Struktur Ekonomi PETA SOSIAL MASYARAKAT KELURAHAN CICADAS

Mata pencaharian lain yang termasuk dalam sektor informal adalah mata pencaharian sebagai pedagang sebanyak 1576 atau sekitar 12,23. Cukup banyaknya masyarakat yang mempunyai mata pencaharian pedagang dikarenakan Kelurahan Cicadas terletak di kawasan pusat perdagangan Cicadas. Mata pencaharian sebagai Pegawai Negeri, ABRI dan pegawai swasta atau yang disebut sebagai sektor formal sebanyak 3440 orang atau sekitar 26,70. Tingginya mata pencaharian di sektor formal di Kelurahan Cicadas disebabkan adanya kompleks Angkatan Darat PPI di RW 13 dimana mayoritas penduduknya adalah ABRI dan Pegawai Negeri. Jika dilihat dari data kependudukan, jumlah angkatan kerja di Kelurahan Cicadas cukup tinggi yaitu sebesar 8002 atau sekitar 62 dari keseluruhan jumlah penduduk. Hal ini merupakan sumber potensi Human Capital jika diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan serta pendidikanketrampilan yang memadai.

4.5. Struktur Ekonomi

Jenis usaha ekonomi Lokal di Kelurahan Cicadas pada tahun 2007, dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 6 Jumlah Lembaga EkonomiJenis Usaha di Kelurahan Cicadas Tahun 2007 N0 LEMBAGA EKONOMIJENIS USAHA JUMLAH BUAH 1 Pasar Pagi Pasar tanpa bangunan permanen 1 2 Toko, kios, warung 224 3 Minimarket 5 4 Warung makan 9 5 Wartel, kios phone 6 6 Warnet 1 7 Bank 1 8 Industri Pakaian kecil 2 9 Industri Makanan kecil 1 Jumlah 250 Sumber : Monografi Kelurahan Cicadas tahun 2007 Dilihat dari data jenis usaha ekonomi lokal, jenis usaha toko, kios dan warung merupakan jenis usaha yang terbanyak di wilayah Kelurahan Cicadas. Hal ini dapat dilihat sebagai potensi sumber daya di Kelurahan Cicadas. Wilayah Cicadas sendiri dikenal sebagai pusat perdagangan yang terpadat di Kota Bandung. Cicadas tidak hanya Kelurahan Cicadas akan tetapi termasuk juga beberapa wilayah lain seperti Kelurahan Padasuka, Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Kebon Waru dan Kelurahan Kiaracondong. Masyarakat umum sering menyebut wilayah tersebut sebagai Cicadas. Usaha perdagangan tersebut, sebenarnya merupakan alternatif usaha untuk menambah pendapatan dari masyarakat, akan tetapi usaha tersebut tidak banyak memberikan pengaruh kepada ekonomi masyarakat. Masih banyak warga masyarakat yang hidup dalam kondisi miskin. Jarak antara warung toko yang berdekatan serta munculnya beberapa minimarket disekitar permukiman penduduk di Kelurahan Cicadas diduga menjadi penyebab tingkat persaingan yang tinggi diantara para pelaku ekonomi lokal. Berdirinya minimarket yang berjumlah lima buah dan berada ditengah-tengah permukiman penduduk dan didekat pasar pagi, juga memberikan imbas kepada persaingan ekonomi lokal yaitu kepada kios dan warung kecil yang dimiliki oleh masyarakat lokal. Hal ini dikemukakan oleh Ketua RW 04 Bapak Haji S 66 Thn yang juga sebagai pemilik kios serba ada : “Semenjak ada minimarket, kios saya jadi berkurang pendapatannya. Masyarakat lebih senang pergi ke minimarket karena harganya mungkin lebih murah dan bisa memilih barang-barang sendiri”. Pelaku ekonomi yang menguasai perdagangan di tempat-tempat strategis seperti dipinggir jalan Raya Ahmad Yani, sebagian besar bukan masyarakat lokal Kelurahan Cicadas, akan tetapi merupakan masyarakat dari wilayah lain. Sehingga sumber daya alam yang berkaitan dengan lahan sebagai potensi ekonomi belum termanfaatkan secara maksimal bagi masyarakat lokal. Sebab lain yang juga merupakan kendala untuk meningkatkan ekonomi pada usaha perdagangan jasa adalah permodalan dan ketrampilan. Masyarakat kesulitan untuk membuka usaha karena tidak mempunyai modal dan ketrampilan yang memadai seperti usaha jahit, salon, sablon kaos dan lainnya. Berkaitan dengan hal ini, sebenarnya Pemerintah Kota Bandung telah memberikan beberapa bantuan pinjaman modal dengan bunga relatif ringan seperti Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga UP2K, Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan P2KP, Jaring Pengaman sosial JPS dan Pemberdayaan Daerah Dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi PDMDKE. Program yang baru-baru ini diluncurkan adalah Program Bawaku Makmur yaitu pemberian secara hibah bantuan modal untuk usaha kecil yang berkisar antara Rp. 500.000 – Rp. 2.000.000 per orang. Usaha industri yang ada di Kelurahan Cicadas sebanyak 3 buah merupakan industri kecil, yaitu industri pakaian, industri handuk, dan sektor industri makanan yaitu pabrik roti. Tenaga kerja pada industri ini hanya sebagian kecil yang memanfaatkan tenaga kerja dari masyarakat lokal. Industri handuk dan pakaian jadi banyak memanfaatkan tenaga kerja dari luar wilayah Kelurahan Cicadas yaitu berasal dari Kabupaten Bandung dengan alasan tenaga kerja dari Kabupaten dapat dibayar dengan upah rendah. Tidak adanya koperasi di Kelurahan Cicadas menyebabkan masyarakat yang membutuhkan pinjaman uang baik itu untuk modal usaha maupun untuk keperluan lainnya menggunakan jasa rentenir dan jasa Bank dengan mengajukan syarat berupa jaminan sertifikat tanah atau rumah dan surat keterangan mempunyai usaha yang diberikan oleh Kelurahan. Hal ini dikemukakan oleh aparat Kelurahan C 44 Thn : “Akhir-akhir ini banyak masyarakat Kelurahan Cicadas yang meminta surat serbaguna keterangan usaha untuk melengkapi persyaratan pinjaman ke Bank. Kebetulan ada beberapa Bank yang menawarkan pinjaman dengan kredit lunak, sehingga sangat banyak warga yang meminta surat keterangan serbaguna. Mungkin karena di kelurahan Cicadas tidak ada koperasi, sehingga mereka antusias jika ada penawaran dari bank, selama ini ada juga masyarakat yang meminjam uang dari rentenir dengan bunga yang cukup tinggi”.

4.6. Struktur Komunitas