Bagi masyarakat permukiman kumuh, mereka dapat saling membantu jika tetangga mereka sedang mendapatkan kesulitan. Terdapat juga sisi negatif dari
kedekatan jarak rumah di permukiman kumuh yaitu tingkat persaingan diantara mereka yang cukup tinggi, hal ini terlihat jika tetangga mereka mendapatkan
bantuan, maka yang lainpun ingin mendapatkan hal yang sama. Beberapa program bantuan Pemerintah seperti Rehab rumah kumuh, Bantuan Langsung
Tunai BLT, Program dana hibah Bawaku makmur seringkali ketua RT maupun ketua RW dijadikan sasaran pertanyaan atau protes dari penduduk yang tidak
mendapatkan bantuan. Relasi sosial antara masyarakat permukiman kumuh dengan masyarakat
permukiman yang tidak kumuh terdapat jarak sosial dikarenakan adanya status sosial ekonomi yang berbeda di antara mereka. Bagi masyarakat permukiman
kumuh, mereka mempunyai perasaan rendah diri, sungkan dan malu kepada mereka yang tergolong ekonomi kaya. Hal ini dikemukakan oleh Ibu W 51 Thn
warga RW 01 : “Kami hanya kenal saja dengan tetangga didepan sana, tidak terlalu dekat
hubungannya karena malu, kami mah orang ga punya. Tapi kalau diantara kami ada yang kena musibah, mereka suka membantu juga seperti
nyumbang uang atau beras. Pernah beras Raskin juga gratis, tidak usah beli tapi disumbang oleh mereka.Tapi sekarang beli lagi engga tau kenapa.
Kalau untuk rehab tumah kumuh ke Pa Maman dan Pa Komar, kami tidak ikut nyumbang karena kami juga tidak punya uang. Setau saya juga tidak
ada sumbangan dari warga lain”.
Ibu E 45 Thn warga RW 01 yang tinggal dipermukiman tidak kumuh mengatakan sebagai berikut :
“Sebagai warga masyarakat, kita wajib untuk saling kenal dan saling menolong apalagi kepada mereka yang tidak mampu. Hanya mungkin kita
tidak terlalu dekat hubungannya dengan mereka, karena walaupun kita ada arisan RT, mereka tidak ikut serta, ga tau kenapa. Mungkin mereka terbatas
ya keuangannya sehingga tidak ikutan, padahal kita juga suka ajakin mereka, sewaktu rehab rumah kumuh Pa Maman dan Pa Komar di RT 02,
kami tidak diminta sumbangannya oleh Pa RT maupun Pa RW”.
Ibu I 40 Thn Ketua RT di RW 11 mengemukakan : “Sewaktu Rehab rumah kumuh di RW kami diadakan, kami sebagai tim
meminta bantuan kepada warga yang tergolong mampu untuk menyumbang. Ternyata mereka mau memberikan sumbangannya seperti bahan bangunan
yaitu semen, batu bekas bongkaran rumah, keramik, konsumsi dan tenaga yang tidak dibayar. Kalau hubungan sosial antara masyarakat kumuh
dengan yang tidak kumuh mungkin biasa-biasa saja, tidak terlalu dekat karena jarak rumah mereka cukup jauh. Tapi kalau diantara masyarakat
permukiman kumuh ya cukup dekat karena jarak rumah mereka berdekatan”.
Relasi antara masyarakat permukiman kumuh dengan masyarakat di luar permukiman kumuh, dapat terjalin dalam hubungan yang saling menguntungkan.
Masyarakat di luar permukiman kumuh dengan kondisi ekonomi tinggi terkadang membutuhkan tenaga kerja untuk menjadi pembantu rumah tangga atau tenaga
kuli bangunan. Hal ini dapat membantu menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan ekonomi bagi masyarakat permukiman kumu
6.5. Tingkat Partisipasi Masyarakat Permukiman Kumuh
Seseorang dalam berpartisipasi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor lingkungan. Faktor internal yaitu adanya kemauan dan kemampuan dari individu
untuk berpartisipasi seperti kesediaan untuk berpartisipasi yang didasari oleh harapan dan kebutuhannya serta didukung oleh tingkat kemampuan individu
seperti kemampuan memberikan materi, tenaga atau ide-ide usulan. Faktor lingkungan yaitu kesempatan atau dukungan dari pimpinan dan kelembagaan
dalam meningkatkan kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan pembangunan. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan
FGD format hasil FGD terlampir, tingkat partisipasi aktif masyarakat terhadap program penataan permukiman kumuh terjadi pada masyarakat RW 11 dan RW
12, sedangkan masyarakat RW 01, RW 02, RW 03, RW 04, RW 09, RW 10, RW 14 dan RW 15 belum menunjukkan tingkat partisipasi aktif terhadap program
penataan permukiman kumuh. Partisipasi masyarakat terlihat aktif di RW 11 pada saat pelaksanaan
program rehab rumah kumuh. Ketua RT dan RW melibatkan masyarakat dengan membentuk tim khusus dan mengajak seluruh masyarakat untuk turut serta
menyumbang sesuai dengan kemampuan masing-masing masyarakat dalam pelaksanaan rehab rumah kumuh salah seorang warga masyarakat RW 11 yang
tergolong tidak mampu. Adanya keterbukaan dari ketua RW dan RT serta tim
tentang anggaran yang diperoleh dari bantuan Pemerintah Kota Bandung yaitu sebanyak Rp. 5.000.000,- Lima Juta Rupiah dapat memancing swadaya
masyarakat dalam bentuk uang sebesar Rp. 1.000.000,- Satu Juta Rupiah, usulan tentang rencana pembangunan dan materi lain berbentuk batu bata bekas, semen
serta bantuan tenaga sukarela. Partisipasi masyarakat terlihat aktif di RW 12 pada saat Pemerintah Kota
memberikan bantuan dana untuk pembangunan sebesar Rp. 10.000.000,- Sepuluh Juta Rupiah. Alokasi anggaran tersebut dipergunakan untuk merehab mesjid,
perbaikan sarana air bersih serta merenovasi MCK. Masyarakat terlibat aktif dalam pelaksanaan program-program tersebut dengan memberikan bantuan uang,
materi konsumsi, bahan bangunan dan tenaga sukarela. Jika di lihat dari hasil pelaksanaan program pembangunan yang berkaitan
dengan permukiman kumuh, maka faktor-faktor penyebab tingkat partisipasi aktif dari masyarakat adalah :
1. Ketua RT dan RW mempunyai inisiatif dan interaksi yang tinggi sehingga mampu berperan aktif menggerakkan masyarakat untuk bekerja sama.
2. Ketua RT dan RW memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada masyarakat untuk terlibat dalam pelaksanaan program dimana masyarakat
dilibatkan penuh dimulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi dari kegiatan pembangunan.
3. Komunikasi yang terbuka antara ketua RT dan RW dengan masyarakat dalam pelaksanaan program sehingga muncul rasa saling percaya antara
masyarakat dan pimpinannya. Faktor-faktor diatas mendorong masyarakat RW 11 dan RW 12 mau dan
mampu untuk terlibat dalam pelaksanaan program. Bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat adalah dalam bentuk materi uang, partisipasi tenaga, dan
partisipasi buah pikiran ide, usulan. Bentuk-bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat berbeda-beda tergantung kepada kemampuan mereka. Ada
masyarakat yang mampu memberikan sumbangan materi dalam bentuk uang atau bahan bangunan serta ide atau usulan tentang rencana kegiatan pembangunan dan
ada juga yang hanya memberikan bantuan tenaga yang tidak dibayar. Hal ini dikemukakan oleh salah seorang warga RW 12, T 42 Thn :