Kesimpulan KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

yang cukup aktif. Hal ini berkat kesempatan dan dorongan yang diberikan oleh kelembagaan dan kepemimpinan yang aktif. Delapan RW lainnya belum terlihat tingkat partisipasi masyarakatnya secara aktif. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan FGD yang dilakukan pengkaji, rendahnya tingkat partisipasi masyarakat di delapan RW yang ada di Kelurahan Cicadas terhadap program-program yang berkaitan dengan penataan permukiman kumuh disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor internal yaitu : Faktor lingkungan : kurangnya kesempatan dan dukungan yang diberikan berbagai pihak seperti Kecamatan, Kelurahan, Ketua RT dan ketua RW untuk melibatkan masyarakat dalam program penataan permukiman kumuh. Kesempatan hanya diberikan kepada orang-orang tertentu saja yang menyebabkan hubungan antara masyarakat dengan tokoh-tokoh kepemimpinan lokal belum terbina dengan baik, sehingga menimbulkan rasa saling curiga dan tidak percaya antara pemimpin dan masyarakatnya terhadap pelaksanaan program pembangunan. Faktor penentu internal : kurang kemauankesediaan untuk melibatkan diri dalam pelaksanaan program pembangunan, yang pada akhirnya masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk memberikan usulan- usulan rencana pembangunan, tidak mampu memberikan sumbangan materi maupun tenaga sukarela yang disebabkan kurangnya kesempatan dan dukungan dari kepemimpinan lokal Camat, Lurah, ketua RT dan RW . 3. Dalam rangka upaya memberdayakan masyarakat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program penataan permukiman kumuh sangat diperlukan peran stakeholders yang ada serta peran aparat Kelurahan yang berkaitan langsung dengan masyarakat sebagai pengembangpekerja masyarakat. 4. Program yang dirancang bersama masyarakat dalam rangka memberdayakan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penataan permukiman kumuh adalah : 1 Peningkatan kualitas pengurus RW dan RT, 2 Peningkatan taraf ekonomi masyarakat 3 Perbaikan sarana dan prasarana permukiman yang partisipatif dan 4 Peningkatan kualitas hidup sehat masyarakat. Keterlibatan, partisipasi dan swadaya masyarakat dalam program dimulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi sangat diperlukan dan harus dilakukan secara konsekwen. Keterlibatan masyarakat ini merupakan tonggak awal dari keberhasilan sebuah program. Dukungan dari semua pihak termasuk para pemegang kebijakan merupakan sarana agar program tersebut dapat berkesinambungan dan bermanfaat bagi masyarakat tidak hanya masyarakat permukiman kumuh tetapi seluruh masyarakat di Kelurahan Cicadas Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung.

8.2. Rekomendasi

Belajar dari proses perencanaan dan pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang pernah dilaksanakan di Kelurahan Cicadas, merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi berbagai pihak terutama yang berkepentingan dalam program pengembangan masyarakat. Mengacu pada paradigma pembangunan yang desentralistik dan menggunakan pendekatan pembangunan yang sifatnya bottom up dimana rencana pembangunan yang disusun meliputi rencana yang betul-betul dibutuhkan oleh masyarakat, pelaksanaan dan hasilnyapun ditujukan untuk masyarakat. Berkaitan hal tersebut, terdapat beberapa upaya yang perlu menjadi perhatian bagi pihak terkait, agar program ini benar-benar dapat berjalan sesuai dengan harapan bersama, yaitu : Pengembangan Konsep Oppenheim 1966 dan Sumardjo Saharudin 2007 Menurut Oppenheim, tingkah laku adalah fungsi dari interaksi antara manusia dan lingkungannya. Faktor manusia faktor internal yang ada dalam diri manusia seperti temperamen, sikap atau karakter akan saling terkait dengan lingkungan disekitarnya sehingga memunculkan perilaku tertentu dalam penelitian ini dibatasi pada variabel partisipasi. Penelitian ini mempertajam apa yang telah dikemukakan oleh Oppenheim serta Sumardjo dan Saharudin. Upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam program penataan permukiman kumuh di Kelurahan Cicadas, memberikan sumbangan pemikiran bahwa faktor internal ternyata tidak hanya berkaitan dengan temperamen, sikap atau karakter individu tetapi juga berkaitan dengan status kepemilikan lahan individu yang bersangkutan. Adapun faktor lingkungan yang menjadi penentu dalam konteks studi ini adalah variabel kelembagaan dan kepemimpinan. Pemerintah Kota Bandung, Kecamatan, Kelurahan dan Instansi Terkait 1. Lebih meningkatkan Peran aparat Pemerintahan dalam pengawasan kebijakan tata ruang dan pemanfaatan lahan yang tepat. 2. Meningkatkan peran aparat Pemerintahan sebagai Pengembang Masyarakat PM dimulai dari Kecamatan sampai Kelurahan tentang pentingnya melibatkan peran masyarakat dalam setiap program pembangunan. 3. Meningkatkan peran instansi terkait lainnya seperti Puskesmas, Dinas Pertamanan, Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya untuk bersama-sama mensosialisasikan tentang pentingnya penataan permukiman kumuh. 4. Mengetahui secara mendalam karakteristik serta kebutuhan-kebutuhan masyarakat lokal agar lebih mudah untuk menggerakkan partisipasi masyarakat. 5. Memperbaiki sarana dan prasarana infrastruktur permukiman kumuh disertai perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya dalam bentuk penciptaan lapangan kerja. 6. Meremajakan secara bertahap permukiman kumuh serta rumah tidak layak huni yang berbasiskan pada masyarakat, untuk mengurangi kuantitas dan kualitas rumah yang tidak layak huni menjadi rumah sehat dan layak huni. 7. Memfasilitasi masyarakat yang menempati status lahan bukan milik sendiri dengan pihak-pihak terkait dan bersama-sama mencari solusi pemecahannya.