masyarakat lebih memanfaatkan dana tersebut untuk keperluan hari raya daripada menggunakannya untuk permodalan.
Program rehabilitasi rumah kumuh dan perbaikan infrastruktur secara langsung tidak berkaitan dengan pengembangan ekonomi lokal, akan tetapi
dampak dari perbaikan infrastruktur terutama di wilayah yang termasuk kumuh, dapat meningkatkan perekonomian lokal, misalnya dengan perbaikan sarana jalan
atau gang yang dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat dapat menumbuhkan usaha warungtoko karena lancarnya pendistribusian barang dari
agen ke warungtoko. Hal ini dapat memotivasi masyarakat untuk meningkatkan usaha ekonomi produktif.
Menurut narasumber yaitu Ketua RW 01, Ketua RW 09 dan aparat Kelurahan jika bantuan-bantuan yang selama ini diberikan kepada masyarakat
Kelurahan Cicadas masih bersifat top down, tidak melibatkan masyarakat lokal, maka hasil pembangunan tidak akan terasa dampaknya. Akan lebih tepat jika
bantuan-bantuan yang diberikan kepada masyarakat Kelurahan Cicadas dalam bentuk barang, tidak berupa uang tunai, karena dari beberapa pengalaman ternyata
pemberiaan dalam bentuk uang tunai tidak efektif, lebih banyak dimanfaatkan untuk keperluan konsumtif. Hal ini dikemukakan oleh aparat Kelurahan J 49
Thn : “Tingkat kesejahteraan masyarakat Kelurahan Cicadas akan tetap pada
masa yang akan datang, jika bantuan-bantuan yang diberikan selama ini dalam bentuk pemberian uang atau modal karena masyarakat banyak
menggunakannya untuk konsumtif. Bantuan tidak membawa dampak untuk kesejahteraan masyarakat, apalagi jika harga-harga kebutuhan pokok
mahal, lapangan pekerjaan sulit. Lebih baik mereka diberi bantuan berupa peralatan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan
keahlian mereka, misalnya mesin las, mesin jahit”.
5.7. Tinjauan Program dalam Kaitannya dengan Modal Sosial dan Gerakan Sosial
Dengan merujuk konsep modal sosial menurut Colletta Cullen Nasdian dan Dharmawan, 2007 maka dalam proses kegiatan Program Bawaku
Makmur sudah terdapat potensi modal sosial diantara anggota masyarakat di Kelurahan Cicadas, dimana mereka saling berinteraksi dan memberikan informasi
tentang adanya Program Bawaku Makmur dan dengan antusias secara bersama-
sama mengajukan permohonan proposal ke tingkat RT, RW, Kelurahan, Kecamatan sampai pada tingkat Pemerintah Kota Bandung. Adanya interaksi dan
ikatan yang kuat antar anggota komunitas Kelurahan Cicadas merupakan modal sosial yang sangat penting untuk mengembangkan program selanjutnya. Hal ini
diungkapkan oleh warga RW 12 ketika ditanyakan tentang informasi Program Bawaku Makmur :
“Saya tau ada bantuan dana Bawaku Makmur dari mulut ke mulut, dari tetangga, teman yang membuat dan mengajukan proposal untuk minta
bantuan dana. Saya juga langsung buat. Saya juga beritahukan kepada teman atau tetangga yang belum tahu”.
Akan tetapi modal sosial tersebut tidak berkelanjutan sampai pada suatu gerakan sosial untuk memanfaatkan bantuan dana hibah Bawaku Makmur. Setelah
bantuan dana tersebut diterima oleh masing-masing masyarakat, mereka memanfaatkan bantuan dana tersebut secara sendiri-sendiri perorangan yang
pada akhirnya ada masyarakat yang memanfaatkan dana untuk usaha tapi sebagian masyarakat tidak menggunakan dana tersebut untuk usaha tetapi untuk
keperluan konsumtif. Jika dilihat dari aspek Psikologi Sosial, tujuan Pemerintah Kota Bandung
memberikan bantuan dana Bawaku Makmur adalah sebagai upaya daya dorong motivasi bagi individu masyarakat untuk melakukan suatu usaha. Menurut
Panjaitan et al 2007, dalam memandang perilaku manusia perlu dilihat dari
berbagai perspektif. Jika di lihat dari perspektif kognitif, tingkah laku manusia tergantung pada bagaimana mereka mempersepsikan dan berfikir tentang
lingkungannya atau dengan kata lain sebagai proses mental individu yang menentukan baik respon aktual maupun potensial dari setiap orang dalam dunia
sosialnya. Sedangkan menurut perspektif interaksionis, manusia adalah agen aktif dalam menentukan tingkah lakunya sendiri dan menetapkan harapan-harapan
sosialnya. Jelaslah, mengapa stimulus yang diberikan Pemerintah Kota Bandung sama yaitu berupa bantuan dana usaha, tetapi respon yang diberikan oleh
masyarakat ternyata berbeda-beda seperti yang dijelaskan di atas, ada sebagian masyarakat yang menggunakan bantuan tersebut secara sungguh-sungguh tapi
ada sebagian masyarakat yang tidak menggunakan secara sungguh-sungguh.
Hal ini berkaitan dengan bagaimana proses mental individu dalam memberikan respon untuk mengelola bantuan dana hibah Bawaku Makmur.
Program rehab rumah kumuh dan perbaikan infrastruktur kawasan kumuh bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan partisipasi dan
swadaya masyarakat lokal. Dalam upaya meningkatkan partisipasi dan swadaya masyarakat tersebut diperlukan empat dimensi modal sosial seperti yang
dikemukakan oleh Colletta dan Cullen Nasdian dan Dharmawan, 2007 yaitu adanya integrasi yang kuat antar anggota keluarga dan tetangga, ikatan dengan
komunitas luar, keefektifan dan kemampuan institusi dalam menjalankan fungsinya serta hubungan yang sinergis antara pimpinan dan komunitas.
Dalam pelaksanaan program rehabilitasi rumah kumuh dan perbaikan infrastruktur kawasan kumuh, modal sosial sangat diperlukan untuk memperkuat
kerjasama sinergis antar institusi dalam pelaksanaan program tersebut. Modal sosial yang kuat antar insititusi seperti Kecamatan, Kelurahan, RW, RT dan
masyarakat dapat menjadikan dasar gerakan sosial dalam pelaksanaan program tersebut. Kenyataan yang terjadi di Kelurahan Cicadas, modal sosial dan gerakan
sosial relatif masih rendah. Jika dilihat dari prosedur pelaksanaan program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota, Kecamatan maupun Kelurahan, masih
bersifat top-down. Program rehab kumuh sepertinya belum memperlihatkan program yang berasal dari usulan masyarakat tapi masih berupa anggaran yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota, hal ini terlihat dimana Pemerintah Kota memberikan bantuan anggaran yang sama rata kepada setiap Kecamatan yang ada
di Kota Bandung. Jangka waktu yang relatif sempit antara pelaksanaan program dengan
turunnya dana membuat pelaksana program sulit untuk mengembangkan swadaya masyarakat disebabkan program rehab rumah kumuh yang harus segera
diselesaikan. Kondisi ini dapat saja menjadikan penyebab Ketua RT dan Ketua RW enggan untuk mengajak masyarakat terlibat, sehingga tidak ada swadaya dan
partisipasi masyarakat dalam program rehab rumah kumuh. Peran ketua RT dan ketua RW sebagai pemimpin di tengah-tengah masyarakat sangat berpengaruh
dalam melaksanakan setiap program. Diperlukan kemampuan inisiatif dan peningkatan kapasitas kepemimpinan para ketua RT, ketua RW serta tokoh
masyarakat lainnya, sehingga dapat mengajak, mempengaruhi dan melibatkan masyarakat dalam setiap program, seperti yang diperlihatkan oleh tokoh-tokoh
masyarakat di RW 11 Kelurahan Cicadas.
VII. RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT