Human Skill ketrampilan manusiawi Ketrampilan manusiawi adalah kemampuan untuk bekerja dengan orang
lain secara efektif dan untuk membina kerjasama. Pada setiap organisasi apapun tidak mungkinlah seorang pemimpin melepaskan diri dari persyaratan memiliki
ketrampilan manusiawi. Conseptual Skill Ketrampilan konseptual
Ketrampilan konseptual adalah kemampuan untuk berfikir dalam istilah yang berkaitan dengan perencanaan jangka panjang. Misalnya kerangka kerja,
model dan sebagainya. Ketrampilan konseptual berkaitan dengan gagasan-gagasan, sedangkan
ketrampilan manusiawi menyangkut manusia dan ketrampilan teknis berhubungan dengan sarana.
2.6. Kerangka Pemikiran
Oppenheim 1966 mengemukakan bahwa tingkah laku adalah interaksi antara manusia all person’s inner determinants dan lingkungannya all the
environtmental factors. Menurut Sumardjo dan Saharudin 2007 terdapat dua hal yang mendukung partisipasi masyarakat yaitu ada unsur yang mendukung untuk
berperilaku tertentu dalam diri seseorang faktor internal dan terdapat iklim atau lingkungan yang memungkinkan terjadinya perilaku tertentu faktor lingkungan.
Partisipasi adalah salah satu bentuk tingkah laku dimana individu atau masyarakat ikut berperan serta dalam suatu kegiatan pembangunan. Individu atau masyarakat
dalam melakukan aktivitas partisipasi, tanpa ada paksaan dari siapapun, jadi partisipasi dilakukan dengan didasari oleh kesadaran individu atau masyarakat.
Menurut hipotesa peneliti, faktor penentu internal internal determinants yang mempengaruhi seseorang dalam berpartisipasi adalah adanya kemauan yang
didasari oleh motif, kebutuhan, harapan dan adanya kemampuan yaitu adanya kesadaran atau keyakinan pada dirinya bahwa dia mempunyai kemampuan untuk
berpartisipasi baik itu partisipasi pikiran, ide, tenaga, materi dan lainnya. Selain faktor internal, seseorang dalam berpartisipasi juga ditentukan oleh faktor
lingkungan environtmental factors yaitu kesempatan dan dukungan dari lingkungan sekitarnya seperti kesempatan yang diberikan oleh kelembagaan dan
kepemimpinan untuk berpartisipasi terhadap program pemerintah yang berkaitan dengan penataan permukiman kumuh.
Atas dasar tersebut di atas, maka penulis berupaya untuk mengkaji strategi peningkatan parrtisipasi masyarakat Kelurahan Cicadas dalam penataan
permukiman kumuh. Apabila partisipasi masyarakat dalam penataan permukiman kumuh meningkat, diharapkan dapat tercipta lingkungan permukiman yang bersih,
sehat dan teratur. Untuk menggerakkan partisipasi masyarakat di komunitas permukiman kumuh diupayakan untuk memberdayakan mereka dengan
pendekatan yang bersifat bottom-up yaitu menggali permasalahan dan kebutuhan- kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat permukiman kumuh serta membuat
perencanaan dan pelaksanaan penataan kawasan kumuh. Adapun kerangka pemikiran dapat dilihat dalam gambar skema sebagai berikut :
Dikembangkan dari Oppenheim 1966 dan Sumardjo Saharudin 2007.
Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran
Faktor Internal :
Kemauan : motif, harapan, kebutuhan.
Kemampuan
Faktor Lingkungan :
Kesempatan yg diberikan oleh
kelembagaan dan kepemimpinan
PROGRAM PEMERINTAH
TINGKAT PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM
PROGRAM PENATAAN
PERMUKIMAN KUMUH
STRATEGI PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
PENINGKATAN PARTISIPASI
MASYARAKAT DLM PROGRAM
PENATAAN PERMUKIMAN
KUMUH
III. METODE KAJIAN
3.1 Batas-Batas Kajian
Kajian komunitas adalah proses pencarian pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang berbagai aspek sosial komunitas, dengan bertumpu pada
kaidah-kaidah dan prosedur kerja ilmiah. Dengan komunitas dimaksudkan adalah suatu satuan sosial yang merupakan sistem sosial yang terintegrasi atas dasar satu
atau lebih basis ikatan sosial, misalnya kekerabatan, terotorial, atas desa dan kepentingan sosial Sitorus dan Agusta, 2007.
Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong 1988 metode penelitian kualitatif adalah
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini
diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik utuh. Dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau
hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Tujuan dari kajian ini adalah kajian komunitas eksplanasi yaitu pencarian
pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang berbagai aspek sosial komunitas melalui penjelasan faktor penyebab atau kejadiangejala sosial yang
dipertanyakan, atau mengidentifikasi jaringan sebab akibat berkenaan dengan suatu kejadian atau gejala sosial.
Model kajian menggunakan aras kajian subjektif-mikro, yaitu sebagai upaya memahami sikap, pola perilaku dan upaya-upaya yang ada kaitannya
dengan masalah yang dipertanyakan dalam kajian. Strategi yang digunakan adalah strategi studi kasus. Studi kasus merupakan pilihan yang relevan untuk mengkaji
suatu komunitas, karena karakter pengembangan masyarakat yang harus menyesuaikan diri dengan konteks lokal dan karena instrumen yang digunakan
dalam kajian adalah manusia maka disebut studi kasus instrumental yang bersifat deskriptif terhadap permasalahan partisipasi masyarakat dalam program penataan
permukiman kumuh di Kelurahan Cicadas Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung.