sepenuhnya membantu perekonomian masyarakat, sebagian dari masyarakat cenderung menggunakan bantuan tersebut untuk keperluan konsumtif. Hal ini
terlihat dari hasil evaluasi yang diberikan kepada mereka, ternyata sebagian besar masyarakat kebingungan untuk mengisi rincian anggaran yang telah digunakan
dari bantuan dana tersebut. Kebanyakan mereka menjawab bahwa bantuan dana sebesar Rp. 500.000 tidak mencukupi untuk permodalan usaha.
Bantuan yang pernah dirasakan besar manfaatnya oleh masyarakat Kelurahan Cicadas adalah Program Padat Karya, yaitu penciptaan lapangan kerja.
Akan tetapi program tersebut tidak berlanjut. Hal ini dikemukakan oleh Ketua RW 01, K 34 Thn :
“Program-program Pemerintah yang selama ini diberikan kepada masyarakat dalam bentuk uang, tidak membantu taraf kesejahteraan
masyarakat. Bantuan yang diberikan dibelanjakan secara konsumtif. Yang dirasakan paling bermanfaat program dari pemerintah adalah program
padat karya, dimana yang menganggur mendapatkan pekerjaan dan diberi upah”.
Program lain yang dirasakan besar manfaatnya oleh masyarakat Kelurahan Cicadas adalah program perbaikan jalan umum, pembuatan sumur resapan,
pembuatan sumur untuk kebutuhan sehari-hari, pembuatan MCK, seperti yang di kemukakan oleh Tokoh RW 09, K 65 thn sebagai berikut :
“Program-program yang diberikan Pemerintah banyak membantu masyarakat seperti Askeskin, Raskin, JPS dalam bentuk pembangunan
fisik seperti membuat MCK, sumur untuk air bersih, perbaikan jalan. Tapi jika bantuan berupa uang langsung, biasanya tidak sesuai untuk
peruntukan, tidak dijadikan modal usaha, tapi untuk keperluan konsumtif”.
5.4. Latar Belakang Program Rehabilitasi Rumah Kumuh
Dominasi kaum miskin diperkotaan menciptakan banyak kendala bagi pengadaan rumah diperkotaan. Penyediaan lahan untuk mendirikan rumah yang
layak huni dan terjangkau, menjadi hal yang sulit diwujudkan. Belum lagi kemampuan masyarakat atas kepemilikan rumah yang saat ini dibanderol dengan
harga selangit oleh pembangun. Realistis saja, jika mereka terpaksa lebih mendahulukan isi perut daripada tempat berlindung.
Alhasil, permukiman padat penduduk menjadi identik dengan permukiman kumuh yang dipenuhi masyarakat miskin, lingkungan kotor,
prasarana dan infrastruktur terbatas seperti air bersih, saluran pembuangan air, listrik, sarana bermain anak dan tidak tersedianya ruang terbuka. Karena
keterbatasan ini, banyak masyarakat yang memanfaatkan sungai untuk MCK Mandi, Cuci, Kakus, mengambil air dan juga membuang sampah.
Salah satu upaya Pemerintah Kota Bandung untuk mengurangi permasalahan diatas adalah dengan program Rehabilitasi rumah kumuh dan
perbaikan infrastruktur kawasan kumuh. Diantaranya, dengan perbaikan dan peningkatan jalan gang, penyediaan sarana air bersih dan pembangunan drainase.
Selain dukungan dari dana APBD Kota Bandung, diharapkan masyarakat dapat meningkatkan partisipasinya dengan pemberdayaan masyarakat melalui dana
swadaya untuk perbaikan rumah kumuh dan perbaikan infrastruktur kawasan kumuh.
5.5. Prosedur Pelaksanaan Program Rehab Rumah Kumuh
Pada tahun 2006, Pemerintah Kota Bandung dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD telah menganggarkan bantuan lantainisasi bagi rumah-
rumah penduduk yang masih memiliki lantai dari tanah. Berdasarkan data keluarga Pra-sejahtera alasan ekonomi dari Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional BKKBN Kota Bandung , maka setiap Kecamatan yang ada di Kota Bandung mendapatkan bantuan lantainisasi dua buah rumah dimana
setiap rumah mendapatkan bantuan sebesar Rp. 5.000.000,- Lima Juta Rupiah. Dari beberapa Kelurahan yang ada di Kecamatan Cibeunying Kidul, hanya
Kelurahan Cicadas yang memberikan data rumah berlantaikan tanah sebanyak dua rumah yang berlokasi di RW 01. Lurah Cicadas mendapatkan data tentang
rumah berlantaikan tanah berasal dari Petugas Lapangan Keluarga Berencana PLKB setempat. Prosedur pengajuan data tidak berdasarkan hasil musyawarah
dari Ketua RT dan ketua RW. Berdasarkan keterangan dari aparat Kelurahan, data tersebut diminta secepat mungkin oleh pihak Kecamatan selama jangka
waktu dua dari sehingga tidak memungkinkan untuk proses musyawarah dari tiap-tiap Ketua RW. Akhirnya berdasarkan data yang ada di Kelurahan Cicadas,
pada tahun 2006, pengajuan program rehab rumah kumuh diberikan kepada RW 01 Kelurahan Cicadas.
Anggaran dana tahun 2006 yang turun pada bulan Desember menyebabkan jangka waktu yang cukup sempit dalam menyelesaikan program
rehab rumah kumuh. Akhirnya pihak Kecamatan dan Kelurahan mengambil inisiatif untuk segera melaksanaan rehab rumah kumuh di RW 01 tanpa
melibatkan institusi RW, RT dan masyarakat setempat, sehingga tidak ada swadaya dari masyarakat baik itu berupa bantuan dana maupun tenaga. Tenaga
kerja yang digunakan adalah dua orang yang tinggal disekitar rumah yang akan direhab dengan upah standar sebagai kuli bangunan. Alasan tim Kecamatan dan
Kelurahan tidak melibatkan institusi RW maupun RT disebabkan program ini harus cepat selesai dan harus segera memberikan laporan
pertanggungjawabannya kepada pihak Kecamatan yang akan diteruskan ke tingkat Kota Bandung.
Pada tahun 2007 dan tahun 2008, Pemerintah Kota Bandung menambah jumlah pemberian bantuan rehab rumah kumuh sebanyak empat buah rumah tiap
Kecamatan, dan tiap Kecamatan mengajukan data rumah yang akan direhab berdasarkan laporan dari Kelurahan. Hasil rapat minggon antara Camat dengan
para Lurah disepakati untuk tahun 2007, Kelurahan Cicadas mendapatkan jatah dua buah rumah yang akan di rehab, sisanya dibagi untuk dua Kelurahan lain
yang ada di Kecamatan Cibeunying Kidul. Dalam proses mendapatkan data tentang rumah kumuh, pihak Kelurahan menghubungi tiap-tiap Ketua RT dan
Ketua RW untuk mengajukan data rumah kumuh. Masing-masing Ketua RT dan RW akan menentukan rumah warga masyarakat yang diusulkan untuk direhab
berdasarkan fakta yang terlihat dari kondisi rumah serta tingkat ekonomi penghuninya. Penentuan rumah yang akan direhab tidak berdasarkan
musyawarah dengan masyarakat. Pelaksanaan rehab rumah kumuh pada tahun 2007, dialokasikan kepada
RW 08 dan RW 11. Pihak Kecamatan dan Kelurahan menyerahkan bantuan dalam bentuk uang secara utuh kepada ketua RW untuk masing-masing
rumah sebesar Rp. 5.000.000,- Lima Juta Rupiah. Pelaksanaan program rehab rumah kumuh di RW 08, ketua RW tidak membentuk tim khusus dalam program
rehab rumah kumuh. Ketua RW yang mengatur dan membelanjakan anggaran program tersebut sampai rehab rumah selesai dilaksanakan. Tidak ada swadaya
dari masyarakat lain baik dalam bentuk uang maupun tenaga. Anggaran rehab rumah kumuh disesuaikan dengan jumlah yang diterima dari Pemerintah Kota.
Pelaksanaan rehab rumah kumuh di RW 11 melibatkan seluruh aspek masyarakat, dimana ketua RW membentuk tim khusus dalam pelaksanaan
pembangunan tersebut. Partisipasi masyarakat di RW 11 ada yang berbentuk sumbangan bahan bangunan semen, batu bata bekas, konsumsi makanan dan
tenaga kerja. Tim bekerja sama dengan masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi. Anggaran yang digunakan keseluruhan dalam
rehab rumah kumuh di RW 11 sebesar Rp. 6.000.000,- Enam Juta rupiah. Swadaya masyarakat yang terkumpul dalam bentuk uang sebesar Rp. 1.000.000,-
Satu Juta Rupiah Pada tahun 2008, Kecamatan hanya memberikan jatah satu buah rumah di
Kelurahan Cicadas untuk di rehab. Pihak Kelurahan mengajukan data rumah kumuh berdasarkan usulan langsung dari salah seorang warga masyarakat di
RW 12 tanpa persetujuan dari Ketua RW dan Ketua RT setempat. Dengan setengah memaksa dan mengancam, warga yang mengaku dari salah satu Parpol
besar tersebut meminta untuk direhab rumahnya. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya pihak Kelurahan mengusulkan warga RW 12 tersebut untuk direhab
rumahnya. Dalam proses pemberian bantuan yang berbentuk uang sebesar Rp. 5.000.000,- Lima Juta Rupiah, pihak Kecamatan memberikan secara langsung
kepada warga tersebut dengan disaksikan oleh Lurah dan Ketua RW 12. Pada akhirnya, pelaksanaan rehab rumah kumuh di RW 12 dilaksanakan oleh
pemiliknya sendiri, tidak ada proses pengawasan maupun keterlibatan dari ketua RT dan ketua RW serta tidak ada swadaya dari masyarakat.
5.6. Tinjauan Program dalam Kaitannya dengan Pengembangan Ekonomi Lokal