Taksasi Produksi Analisis Pendahuluan

31 tebangnya. Setiap mandor biasanya memiliki 20 tenaga kerja, dengan kapasitas normal yakni 1.2 tonhari. Kebutuhan tenaga per hari = Kapasitas pabrik Kapasitasorang = 3 500 tonhari 1.2 tonhari = 2 917 orang Kebutuhan truk per hari = Kapasitas pabrik Kapasitas truk = 3 500 tonhari 6 tonhari = 583 truk Penjadwalan tebangan dan Surat Perintah Angkut SPA. Jadwal tebang dilakukan agar penebangan tebu tidak dilakukan secara berlebihan sehingga tidak melebihi kapasitas pabrik. Tebang tabu yang melebihi kapasitas pabrik akan menyebabkan tebu menjadi layu sehingga nilai rendemen akan turun. Batas tebu menunggu di PG. Madukismo adalah 24 jam. Penjadwalan tebang didapatkan dari taksasi produksi maret, hasil Analisis Pendahuluan, Kapasitas pabrik, dan T-score yang diperoleh kebun. Kebun akan ditebang bila memiliki nilai brix minimal 18, sehingga petugas harus melakukan pengecekan brix sebelum penebangan dengan menggunakan handrefractometer. Banyaknya tebu yang akan dikirim ke pabrik akan di kontrol dengan menggunakan surat perintah angkut SPA. Jumlah SPA yang didapat setiap sinder tebang berdasarkan jumlah tenaga kerja, kapasitas tenaga kerja dan kapasitas truk. SPA = Jumlah tenaga tebang x kapasitas Tonase Keterangan : JT : jumlah tenaga tebang. Kapasitas : kapasitas tenaga tebang per hari. Tonase : lapsitas truk per hari. Surat perintah angkut hanya berlaku untuk satu hari sehingga penebangan tebu harus sesuai dengan jumlah SPA yang dikeluarkan. Penjatahan tebangan per wilayah juga dilakukan, hal ini dilakukan sesuai dengan potensi setiap daerah. Banyak faktor yang mempengaruhi penjatahan tebangan per wilayah beberapa alasannya adalah faktor kemasakan, nilai T-score dan jumlah tenaga tebang. Penebangan. Penebangan dilakukan dengan dua cara yakni secara mekanis dan manual. Penebangan secara mekanis dilakukan dengan menggunakan mesin pemotong yang cara kerjanya seperti pemotong rumput yakni Sugar Cane Brush Cutter.. Penebangan dengan cara mekanis masih dilakukan oleh satu sinder tebang dan masih dalam tahap pengembangan. Penebangan dengan mnggunakan mesin dapat dilakukan pada tebu yang bersih atau sedikit daun kering yang menempel pada tebu. Penebangan dengan cara manual yakni dilakukan sepenuhnya menggunakan tenga manusia. Penebangan dilakukan dengan memotong langsung batang tebu dengan menggunkan arit. Setiap penebasan alat tenaga dapat memotong 3-4 batang tebu. Setelah tebu ditebang maka tebu akan dimuat ke truk Jumlah tebu yang ditebang harus dikendalikan, yakni sesuai dengan SPA yang diberikan hari ini. Penebangan tebu yang melebihi target akan menyebabkan tebu menunggu di kebun sampai proses pengangkutan berikutnya, tetapi dapat juga diangkut apabila mendapatkan SPA tambahan. Surat perintah angkut tambahan akan diberikan apabila kapasitas pabrik masih mampu menampung tebu tambahan. 32

5.1.7.4 Pemuatan Tebu

Tebu yang telah ditebang diikat menjadi bundel, setiap ikatan bundel tebu berisi 20-25 batang tebu. Pengikatan tebu menggunakan kulit batang berguna untuk menekan kehilangan nira di ampas terakhir. Pengikatan dengan menggunakan pucuk tebu akan menurunkan nira yang terperah, hal ini dikarenakan daun pucuk yang awalnya tidak mengandung gula, pada ampas akhir akan memiliki nilai Pol sebesar 2 sama dengan ampas yang lainnya karena menyerap air nira saat penggilingan. Pemuatan tebu ke truk dapat dilakukan dengan dua cara yakni mekanis dan manual. Pemuatan secara mekanis telah di uji coba pada tebangan di Purworejo. Pada pemuatan secara mekanis tenaga tebang hanya perlu membawa bundelan tebu ke mesin pengangkut yang terpasang di truk, lalu mesin akan mengangkat tebu ke dalam bak truk. Tebu yang sudah didalam bak akan disusun dengan rapi oleh tenaga tebang yang berjumlah minimal 2 orang. Gambar 12 Pemuatan tebu ke truk

5.1.7.5 Pengangkutan Tebu

Pelaksanaan pengangkutan tebu ke pabrik dilakukaan dengan bantuan alat transportasi truk. Bobot tebu yang diangkut setiap kali pengiriman yakni 55-65 ku untuk tebu lokal, sedangkan untuk tebu binaan 8-9 ton. Faktor yang menyebabkan perbedaan bobot tebu setiap pengiriman adalah kapsitas truk yang digunakan oleh tebu lokal dan tebu binaan berbeda. Tebu binaan lebih sering menggunakan truk dengan kapasitas yang lebih besar agar tebu yang dikirim lebih banyak sehingga biaya pengangkutan tebu lebih murah, dan lebih cepat. Pengangkutan truk harus disertai dengan SPA yang sesuai dengan identitas kebun agar tebu diterima oleh pabrik.

5.1.8 Pengolahan Hasil Tebu

Tebu yang telah sampai di pabrik akan mengalami beberapa tahap persiapan sebelum diolah menjadi gula. Terdapat beberapa tahap untuk mengolah tebu untuk menjadi gula yakni stasiun persiapan, penggilingan, pemurnian, pengentalan nira, pemasakan, pemutaran, dan pengkristalan.

5.1.8.1 Pos Persiapan

Tebu yang akan diolah harus melalui pos persiapan dahulu, hal ini bertujuan untuk mendapatkan tebu yang bersih, segar, dan manis. Terdapat 5 pos pada pos 33 persiapan yakni pos pemeriksaan, pos timbangan bruto, pembongkaran, timbangan tara, dan Ban contohreteller. Pos Pemeriksaan. Pos pemeriksaan merupakan pos awal yang harus ditemui saat tebu pertama kali datang ke pabrik. Terdapat dua pos pemeriksaan di PG Madukismo yakni di pos Prambanan, pos masuk, dan di emplasemen. Di pos prambanan pengawasan dilakukan dengan visual kotoran, tebu muda, dan tebu terbakar. Pada pos masuk dilakukan visual kotoran dan brix, sedangkan di empalsemen dilakukan visual kotoran.Kegiatan di pos pemeriksaan yakni : 1. Pemeriksaan kelegalan tebu dilihat dari identitas kebun. 2. Pencatatan nama pemilik, nama kebun, plat nomor truk angkut, nomor SPA, dan nama Sinder tebang. 3. Pemeriksaan tanggal SPA harus sesuai dengan hari kedatangan tebu di pabrik. 4. Memeriksa brix pada tebu yang berasal dari luar daerah, apabila nilai brix lebih dari 16 maka tebu akan diterima dan diberikan surat SPA. Tebu yang berasal dari luar hanya membawa surat jalan angkut, karena untuk memberikan SPA ke kebun tebu luar daerah terlalu jauh. Surat jalan yang diberikan ke pos masuk harus sudah distempel di pos prambanan yang merupakan perbatasan DIY dan Jateng. Timbangan Bruto. Timbangan bruto merupakan penimbangan bobot tebu, truk, dan supirnya. Penimbangan dilakukan dengan alat digital yang tersambung dengan komputer. Data bobot lalu dicetak pada SPA dan supir akan diberikan kertas putih untuk mengisi data tanggal digiling, jam digiling,brix, pol ampas, dan nilai nira. A B Gambar 13 Timbangan bruto: A Ruang timbang; B Alat timbang digital Pembongkaran. Pembongkaran adalah pemindahan tebu dari truk ke lori. Pemindahan menggunakan alat derek yang dikendalikan oleh operator. Sebelum tebu diderek dipasang alat pengangkut yakni rantai ke tali angkut yang sudah terpasang dibawah tumpukan tebu. setelah pemasangan rantai tebu siap diangkut lalu dipindahkan ke lori. Tebu yang tersusun tidak rapi dapat menyebabkan runtuhnya tumpukan tebu, sehingga tebu berserakan dan hanya bisa di bersihkan dengan tenaga manusia. Tebu yang jatuh saat pembongkaran akan dibersihkan dan ditumpuk pada lori dan dijadikan tebu rempon. Hasil dari kebun rempon akan menjadi miliki pabrik gula. Pada pembongkaran juga terdapat proses rafaksi yakni pengawasan mutu BSM dengan visual kotor. 34 Timbang Tara. Timbang tara adalah penimbangan truk bersih dengan supirnya. Penimbangan tara akan langsung menghasilkan data bobot bersih tebu yang nantinya akan dicetak di SPA. Pos Ban Contoh Reteller. Tebu yang sudah dipindahkan ke lori akan antri dilapangan yang teduh menunggu untuk digiling. Keadaan lapangan yang teduh berguna untuk mengurangi aktivitas metabolisme batang tebu yakni penguraian sukrosa. Proses penguraian sukrosa akan berlangsung dengan cepat apabila tebu terkena panas sinar matahari, karena suhu meningkatkan enzim invertase. Tebu yang siap disiling akan diperiksa di Pos Ban contoh. Tugas dari ban contoh adalah mencatat identitas tebu yang masuk meja tebu, identitasnya yakni nomer lori dan nomor SPA, pembuatan laporan berapa lori yang masuk setiap jam. Setiap pergantian shift, SPA dari lori yang sudah masuk di pos penimbangan tara akan diberikan ke ban contoh untuk pemeriksaan. Gambar 14 Antrian tebu 5.1.8.2 Stasiun Gilingan Stasiun gilingan merupakan stasiun pemerahan nira tebu. Tebu yang siap digiling akan masuk kemeja tebu, namun sebelum itu harus disiram dahulu dengan air. Penyiraman tebu dengan air tidak dilaksanakan setiap giling, hal ini dikarenakan tahun ini terdapat musibah gunung meletus sehingga abu vulkanik menempel pada tebu. Abu vulkanik yang mengandung silikat akan menyebabkan air nira tebu menjadi kental sehingga merusak mesin. Pemerahan nira di Pabrik Gula Madukismo diulang sebanyak 5 kali. Pada gilingan kedua dan ketiga penggilingan tebu ditambahkan air nira hasil pemerahan digilingan sebelumnya. Pada gilingan ke empat dan kelima ditambahkan air imbibisi yakni air panas yang berguna untuk meningkatkan keluarnya nira. Pemerahan nira dikatakan maksimal apabila sisa pol yang tertinggal 2 pada ampas tebu. Ampas sisa penggilingan terdiri dari dua yakni kasar dan halus. Ampas yang kasar akan digunakan sebagai bahan bakar ketel, sedangkan ampas untuk bahan tambahan pembuatan blotong.

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Lahan Kering Di PT. Gula Putih Mataram, Lampung

0 11 86

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu

6 20 96

Pengelolaan tebu (Saccharum officinarum L.) di PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara, kendal dengan aspek khusus modifikasi budidaya untuk menurunkan salinitas

2 9 186

Pengelolaan tanaman tebu ( Saccharum officinarum. L ) lahan kering di PT. Gula Putih Mataram, Lampung dengan aspek khusus manajemen irigasi

3 31 157

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum.L) Lahan Kering Di Pt Gula Putih Mataram, Lampung Dengan Aspek Khusus Tebang, Muat, Dan Angkut

7 48 54

Pengelolaan tebu (Saccharum officinarum L.) di PT Gula Putih Mataram, Lampung Tengah dengan aspek khusus aplikasi blotong pada tanaman tebu lahan kering

8 57 123

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta: dengan Aspek Khusus Mempelajari Produktivitas Tiap Kategori Tanaman

9 45 172

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan Aspek Khusus Manajemen Tebang Angkut Tebu.

3 16 191

Budidaya tebu (Saccharum officinarum L.) lahan kering di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan aspek khusus pemupukan beberapa kategori tanaman tebu lahan kering

3 27 92

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) Di Pabrik Gula Madukismo Dengan Aspek Khusus Penataan Varietas

4 9 64