Penggerek Pucuk Triporyza vinella F

27 perkembangbiakan saat musim hujan. Kumbang yang keluar dari tanah akan terperangkap di net lalu mati, sehingga dapat memutus siklus hidup uret.

5.1.7 Panen

Pemanenan merupakan kegiatan penebangan tebu yang masak dan siap diangkut ke pabrik. Pemanenan tebu harus direncanakan sebaik mungkin agar tebu yang masuk sesuai dengan kapasitas giling pabrik sehingga tebu tetap segar, manis, dan bersih. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan tebang harus dilakukan taksasi produksi dan analisis pendahuluan.

5.1.7.1 Taksasi Produksi

Taksasi produksi adalah kegiatan untuk memperkirakan bobot hasil pemanenan tebu. Taksasi produksi bertujuan mempersiapkan jumlah angkutan dan jumlah kebutuhan tenaga tebang. Terdapat dua macam taksasi produksi yakni taksasi Maret dan Taksasi Desember Taksasi Desember. Taksasi Desember dilakukan untuk memperhitungkan awal giling dan lama hari giling. Taksasi Desember juga memperhitungkan hasil tebangan tebu secara kasar. Jumlah juringan tebu yang dijadikan contoh pengamatan yakni 5 dari jumlah lobangan. Aspek yang diamati yakni panjang batang, jumlah batang setiap juring, bobot batang setiap meter, dan diameter batang, lalu hasil pengamata dimasukkan kedalam rumus utuk mendapatkan angka taksasi produksi; Taksasi Produksi = Faktor juring x ∑ Batang ∕ juring x Panjang batang x Bobot batang ∕ meter Pengukurang tinggi batang dilakukan mulai dari ujung bawah sampai satu ruas sebelum pucuk, sedangkan faktor lobang didapat dari buku kebun. Bobot batang meter didapatkan dari memotong 1meter batang bagian tengah lalu ditimbang. hasil pengukuran dari Taksasi Maret. Taksasi Maret merupakan hasil taksasi yang nantinya akan digunakan untuk perencanaan tebang yakni mulai dari jadwal tebangan, kebutuhan tenaga tebang, dan tenaga angkut. Aspek yang diamati dan cara pengukuran pada taksasi Maret sama dengan taksasi Desember, tetapi pada tebu yang berumur 7-9 bulan akan dilakukan pengukuran brix. Hal ini dilakukan untuk dapat menghitung awal musim giling tebu. Pengukuran brix dilakukan pada batang bagian tengah dengan karena batangnya tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Perbedaan taksasi maret dengan desember adalah pada taksasi maret jumlah batang setiap rumpunnya sudah hampir tetap tidak seperti pertumbuhan bulan Desember yang laju pertambahan batangnya masih tinggi.

5.1.7.2 Analisis Pendahuluan

Analisis pendahuluan merupakan kegiatan untuk mengetahui tingkat kematangan tebu yang siap ditebang. Hasil dari analisis pendahuluan berguna untuk mengatur jadwal kebun yang akan ditebang, jadwal tebang juga di gabungkan dengan taksasi produksi. Analisis pendahuluan dilakukan selama 8 periode yang setiap periodenya memiliki jarak 15 hari. Hasil dari analisis pendahuluan yakni Faktor Kemasakan FK, Koefisien Peningkatan KP, Koefisien Daya Tahan KDT, dan rendemen contoh. Proses Analisis Pendahuluan dilakukan pengambilan tebu dan persiapan tebu sebelum digiling, menentukan brix dan menentukan pol. 28 Pemilihan tebu contoh. Pemilihan tebu contoh dilakukan dengan mengambil tebu dikebun yang sudah dijadwalkan oleh Bina Sarana Tani. Kebun yang diamati setiap harinya rata-rata 8-10 kebun dan tebu yang diambil setiap kebun rata-rata berjumlah 10. Jumlah tebu yang diambil setiap kebun bergantung pada luas kebun, apabila kebun memiliki luas lebih dari 10 ha maka akan diambil 20 tebu contoh, dan begitu seterusnya setiap kelipatan 10 ha kebun. Tebu contoh yang telah diambil selanjutnya dibawa ke laboratorium analisis pendahuluan. Tebu yang akan dianalisis harus didata mengenai jumlah tebu yang berbunga dan siwilan lalu dipotong menjadi 3 bagian yakni atas, tengah, dan bawah. Tahap selanjutnya tebu dibelah menjadi dua, hal ini bertujuan untuk melihat serangan penggerek pucuk dan batang. Serangan hama penggerek dapat dilihat dari lingkaran merah didalam batang. Tebu yang siap digiling harus diukur bobotnya terlebih dahulu, penggilingan dan penimbangan harus tetap sesuai bagian tebu.Penggilingan tebu dilakukan 5-6 kali, agar nira yang keluar dapat maksimal, nira yang dihasilkan lalu ditimbang. A B Gambar 10 Tebu contoh: A Pengukuran panjang tebu; B Penimbangan bobot tebu Penentuan Brix. Brix adalah total padatan terlarut dalam tebu. Terdapat 4 data pengukuran brix dalam analisis pendahuluan yakni brix atas, tengah, bawah, dan campuran. Terdapat 2 cara pengukuran brix yakni dengan menggunakan handrefractometer atau dengan menggunakan stik brix Hydrometer. Prinsip kerja dari handrefractometer yakni dengan menggunakan biasan dari cahaya, sedangkan stik brix berdasarkan berat jenis nira. Pengukuran dengan menggunakan handrefractometer yakni dengan meneteskan nira tebu ke alat lalu angka brix dibaca pada ujung alat. Pengukuran dengan menggunakan stik brix Hydrometer yakni dengan menuangkan brix ke Mol brix lalu masukkan stik brix kedalamnya, lalu tunggu 1-1.5 menit. Terdapat 3 macam ukuran skala stik brix di PG Madukismo yakni skala 0-13, 13-21, dan 19-27, laboran paling sering menggunakan skala 0-13 pada awal periode dan ditengah periode akan sering menggunakan skala 13-21. Keunggulan dari penggunaan hydrometer adalah menggunakan semua nira yang didapat sehingga lebih akurat, sedangkan handrefractomer hanya beberapa tetes nira yang digunakan sehingga tidak akurat apabila nira tidak tercapur dengan baik. Stik brix juga dapat mengukur suhu nira, karena terdapat koreksi brix yang besarnya tergantung dari suhu nira.

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Lahan Kering Di PT. Gula Putih Mataram, Lampung

0 11 86

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu

6 20 96

Pengelolaan tebu (Saccharum officinarum L.) di PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara, kendal dengan aspek khusus modifikasi budidaya untuk menurunkan salinitas

2 9 186

Pengelolaan tanaman tebu ( Saccharum officinarum. L ) lahan kering di PT. Gula Putih Mataram, Lampung dengan aspek khusus manajemen irigasi

3 31 157

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum.L) Lahan Kering Di Pt Gula Putih Mataram, Lampung Dengan Aspek Khusus Tebang, Muat, Dan Angkut

7 48 54

Pengelolaan tebu (Saccharum officinarum L.) di PT Gula Putih Mataram, Lampung Tengah dengan aspek khusus aplikasi blotong pada tanaman tebu lahan kering

8 57 123

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta: dengan Aspek Khusus Mempelajari Produktivitas Tiap Kategori Tanaman

9 45 172

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan Aspek Khusus Manajemen Tebang Angkut Tebu.

3 16 191

Budidaya tebu (Saccharum officinarum L.) lahan kering di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan aspek khusus pemupukan beberapa kategori tanaman tebu lahan kering

3 27 92

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) Di Pabrik Gula Madukismo Dengan Aspek Khusus Penataan Varietas

4 9 64