Permasalahan Pola Kemitraan antara Pabrik Gula dengan Petani

47 sedang mengalami pertumbuhan vegetatif yang memiliki kandungan enzim invertase lebih banyak dari bagian batang bawah. Oleh karena itu pada saat proses menunggu batang tebu mengalami penurunan gula yang besar. Hasil analisis data penurunan brix, pol, dan rendemen sementara dari kedua wilayah berbeda nyata hal ini dapat dilihat dari nilai P-Value dibawah 0.05 yakni 0.005 untuk penurunan brix, 0.049 untuk nilai pol, dan 0.027 untuk nilai rendemen sementara. Nilai penurunan brix tebu Wilayah Bantul yang lebih besar 2 kali lipat dan nilai pol yang lebih rendah dari tebu Wilayah Sleman Timur disebabkan oleh kondisi tebu di wilayah Bantul banyak yang roboh, sedangkan keadaan tebu di wilayah Sleman Timur tegak. Keadaan kebun tebu roboh yang kotor dan lembab, menyebabkan kotoran juga ikut terangkut pada saat pengangkutan tebu ke pabrik. Kotoran yang ikut terangkut pada saat pengangkutan banyak mengandung mikrooganisme yang dapat menyebabkan penurunan kandungan gula hingga 50 dalam proses invertase gula Menurut Kulkarni dan Warne 2004. Penurunan kandungan gula pada kebun tebu Wilayah Bantul dapat dikurangi dengan penebangan yang bersih, pencegahan tebu roboh dan menggunakan alat mekanisasi penebangan untuk mendapatkan tebu tebangan yang mepet tanah.

6.3.3 Kehilangan Hasil Tunggak di Kebun

Kehilangan hasil adalah jumlah yang tidak didapatkan dari hasil panen. Terdapat tiga kehilangan hasil yang dapat diukur yakni pucuk, tunggak, dan lonjoran. Kehilangan hasil dari tunggak dapat dihitung dengan mengukur bobot tunggak tertinggal dikebun yang tingginya lebih dari 5 cm. Hasil pengamatan bobot tunggak tertinggal di wilayah Bantul dan Sleman Timur dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil kehilangan hasil tunggak tertinggal di kebun Kebun Luas ha produktivitas tebu tonha Kehilangan ton Standar kehilangan hasil Kehilangan hasil tonha tonha Bantul Kebun a 1.56 84.7 2.33 1 0.85 1.76 1.49 Kebun b 1.56 84.7 2.27 1 0.86 1.72 1.46 Kebun c 1.08 94.7 3.41 1 0.95 3.34 3.16 Kebun d 5.48 75.8 10.88 1 0.76 2.63 1.99 Rata-rata kehilangan 84.98 4.723 1 0.855 2.36 2.02 ± 0.80 Sleman Timur Kebun 1 15 86.4 12.03 1 0.86 0.93 0.80 Kebun 2 15 90.0 13.58 1 0.90 1.01 0.91 Kebun 3 15 86.4 13.77 1 0.86 1.06 0.92 Kebun 4 15 86.4 15.68 1 0.86 1.22 1.05 Rata-rata kehilangan 87.3 13.77 1 0.87 1.05 0.92 ±0.10 P-value kehilangan hasil tunggak 0.033 : Berbeda nyata pada taraf 5 48 Tabel 9 Taksasi Maret dan produksi realisasi tebu Kebun Luas ha Taksasi Produktivitas tebu tonha Ketepatan taksasi Ton Tonha Bantul Kebun a 1.56 101.86 65.00 84.7 76.74 Kebun b 1.56 101.86 65.00 84.7 76.74 Kebun c 1.08 81.00 75.00 94.7 85.53 Kebun d 5.48 493.20 90.00 75.8 118.73 Rata-rata 180.98 73.75 84.98 86.79 Sleman Timur Kebun 1 15 1200 80.00 86.4 92.59 Kebun 2 15 1200 80.00 90.0 88.89 Kebun 3 15 1200 80.00 86.4 92.59 Kebun 4 15 1200 80.00 86.4 92.59 Rata-rata 1200 80 87.3 91.64 Data diatas menunjukkan bahwa wilayah Sleman Timur memiliki ketepatan taksasi produksi lebih tinggi dari pada wilayah Bantul, hal ini dapat disebabkan oleh keahlian tenaga taksasi wilayah SlemanTimur yang lebih baik dari pada Bantul. Hal ini juga dapat disebabkan setelah penghitungan taksasi terdapat musim hujan yang sangat panjang sehingga bobot tebu terus bertambah besar dari penghitungan yang ditetapkan saat taksasi Maret. Hasil analisis data diatas menujukkan bahwa kehilangan hasil tunggak di kebun Bantul berbeda nyata dengan kebun Wilayah Sleman, yakni bobot tunggak yang tertinggal di kebun Wilayah Bantul lebih besar 2.2 kali lipat dari kebun Wilayah Sleman Timur. Hal ini disebabkan tebu dari kebun wilayah Bantul yang hampir semuanya merupakan kebun tebu roboh akan mengalami pertumbuhan vegetatif yang lebih panjang dari pada tebu yang normal. Pertumbuhan vegetatif ini diakibatkan oleh batang tebu yang roboh menempel ke tanah lalu mengeluarkan akar. Bagian batang tebu yang menempel di tanah akan susah untuk ditebang, sehingga banyak tunggak tebu yang lebih dari 5 cm di lapangan. A B Gambar 17 Kehilangan hasil tunggak: A Kondisi Kebun Bantul; B Tunggak tertinggal Kebun Bantul

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Lahan Kering Di PT. Gula Putih Mataram, Lampung

0 11 86

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu

6 20 96

Pengelolaan tebu (Saccharum officinarum L.) di PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara, kendal dengan aspek khusus modifikasi budidaya untuk menurunkan salinitas

2 9 186

Pengelolaan tanaman tebu ( Saccharum officinarum. L ) lahan kering di PT. Gula Putih Mataram, Lampung dengan aspek khusus manajemen irigasi

3 31 157

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum.L) Lahan Kering Di Pt Gula Putih Mataram, Lampung Dengan Aspek Khusus Tebang, Muat, Dan Angkut

7 48 54

Pengelolaan tebu (Saccharum officinarum L.) di PT Gula Putih Mataram, Lampung Tengah dengan aspek khusus aplikasi blotong pada tanaman tebu lahan kering

8 57 123

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta: dengan Aspek Khusus Mempelajari Produktivitas Tiap Kategori Tanaman

9 45 172

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan Aspek Khusus Manajemen Tebang Angkut Tebu.

3 16 191

Budidaya tebu (Saccharum officinarum L.) lahan kering di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan aspek khusus pemupukan beberapa kategori tanaman tebu lahan kering

3 27 92

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) Di Pabrik Gula Madukismo Dengan Aspek Khusus Penataan Varietas

4 9 64