Budidaya Tebu di Lahan Kering

6

3.2.1 Aspek Teknis

Pada aspek teknis mahasiswa menjadi karyawan harian lepas KHL selama tiga minggu. Ketika menjadi KHL mahasiswa melakukan kegiatan budidaya tanaman tebu mulai dari pengolahan lahan sampai proses tebang, muat dan angkut. Kegiatan budidaya dimulai dari persiapan lahan land preparation, pembenihan dan persiapan bahan tanam, persiapan tanam dan penanaman, pengairanirigasi, pengendalian organisme pengganggu tanaman OPT, kultivasi, dan pemupukan, pemanenan, hingga pengolahan hasil. Secara administrasi mahasiswa juga melakukan penulisan jurnal yang diketahui oleh pembimbing lapang, dan mencatat prestasi kerja yang didapatkan lalu hasil dibandingkan dengan standar ketentuan efisiensi kerja pada pabrik.

3.2.2 Aspek Manajerial

Pada aspek manajerial mahasiswa menjadi pendamping mandor selama tiga minggu yakni mengatur dan mengawasi pekerjaan karyawan, check roll, membantu perancangan kebutuhan fisik, teknis dan biaya untuk pekerjaan yang dilakukan dan mengisi buku kerja mandor. Mahasiswa juga menjadi pendamping asisten kebun selama lima minggu dengan melakukan kontrol lapangan, mempelajari aspek manajerial dan administrasi, dan mempelajari keadaan kebun.

3.2.3 Aspek Khusus

Pada aspek khusus selama enam minggu mahasiswa mengikuti proses alur tebang, muat dan angkut. Pengamatan dilakukan pada saat proses penebangan di kebun dan proses persiapan tebu giling di pabrik. Mahasiswa menganalisis dan mengidentifikasi kualitas tebangan, pengukuran brix, pengukuran pol, pengukuran kehilangan hasil tunggak tertinggal, prestasi kerja dan selesai penebangan. Pengamatan dilakukan pada dua wilayah kebun tebu yakni Bantul dan Sleman Timur.

3.3 Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data primer yakni data yang didapat ketika melakukan kegiatan magang khususnya segala hal yang mempengaruhi tebang, muat dan angkut. Pengamatan dilakukan pada saat penebangan dan di pabrik. 3.3.1 Pada Saat Penebangan Pengamatan yang dilakukan saat penebangan yakni pengukruan brix kebun, penghitungan kehilangan hasil tunggak, dan prestasi kerja tenaga tebang

3.3.1.1 Pengukuran Brix Kebun

Pengukuran brix di kebun dilakukan dengan memilih 5 batang tebu setiap kebun. Batang tebu yang akan diukur dipilih dengan cara silang. Tebu yang sudah ditebang, dikeluarkan niranya lalu diukur brixnya dengan menggunakan handrefractometer. Angka yang keluar dari pembacaan handrefractometer merupakan nilai brix nira tebu saat dikebun. 7

3.3.1.2 Penghitungan Kehilangan Hasil Tunggak Tebu

Terdapat tiga kehilangan hasil panen pada tebu yakni kehilangan pucuk, tunggak, dan lonjoran. Kehilangan hasil tunggak adalah kehilangan hasil yang disebabkan oleh sisa batang tebu yang tidak tertebang karena pemotongan tidak mepet tanah. Kehilangan hasil panen tunggak dapat dihitung dengan memotong tunggak atau bagian batang tebu tidak tertebang yang tingginya lebih dari 5 cm, lalu ditimbang bobotnya. Pada setiap wilayah dilakukan pengukuran sebanyak 4 kebun, dengan jumlah juring setiap kebun 5 juring. Juring contoh ditetapkan dengan menggunakan cara diagonal seperti gambar dibawah ini; Gambar 1 Layout pengamatan kehilangan hasil tunggak tebu Juring yang terlewati oleh garis merah yang akan dijadikan juring contoh. Bobot tunggak yang didapatkan dari 5 juring contoh dikonversikan ke hektar dengan menggunakan rumus; Kehilangan hasil setiap Ha = Bobot 5 juring Kg 5 x Faktor juring Faktor juring = Jumlah juring x Panjang juring

3.3.1.3 Penghitungan Prestasi Kerja

Prestasi kerja tenaga tebang dilakukan dengan menghitung jumlah tenaga tebang dan bobot tebu yang dapat ditebang setiap harinya. Prestasi tenaga kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus; Prestasi Kerja = Bobot tebu Jumlah tenaga tebang x Standar kerja Lama waktu penebangan tebu tiap kebun per hektar dilakukan dengan mengamati bobot tebu yang ditebang setiap hari dan taksasi kebun, lalu dimasukkan kedalam rumus; Waktu tebang ha hari = Taksasi kebun ha ⁄ ton Bobot tebu tebang hari ⁄ ha Nilai taksasi yang digunakan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut; Taksasi = Faktor juring x ∑ Batang ∕ juring x Panjang batang x Bobot batang ∕ meter

3.3.2 Pada Saat di Pabrik

Pengamatan yang dilakukan di pabrik adalah pengukuran kandungan gula tebu saat di meja tebu tepat sebelum penggiligan. Kandungan gula tebu dapat diketahui dengan mengukur brix, pol dan menghasilkan angka rendemen tebu. Tebu contoh merupakan tebu lori yang tepat akan masuk meja tebu berjumlah 5 batang,

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Lahan Kering Di PT. Gula Putih Mataram, Lampung

0 11 86

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu

6 20 96

Pengelolaan tebu (Saccharum officinarum L.) di PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara, kendal dengan aspek khusus modifikasi budidaya untuk menurunkan salinitas

2 9 186

Pengelolaan tanaman tebu ( Saccharum officinarum. L ) lahan kering di PT. Gula Putih Mataram, Lampung dengan aspek khusus manajemen irigasi

3 31 157

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum.L) Lahan Kering Di Pt Gula Putih Mataram, Lampung Dengan Aspek Khusus Tebang, Muat, Dan Angkut

7 48 54

Pengelolaan tebu (Saccharum officinarum L.) di PT Gula Putih Mataram, Lampung Tengah dengan aspek khusus aplikasi blotong pada tanaman tebu lahan kering

8 57 123

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta: dengan Aspek Khusus Mempelajari Produktivitas Tiap Kategori Tanaman

9 45 172

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan Aspek Khusus Manajemen Tebang Angkut Tebu.

3 16 191

Budidaya tebu (Saccharum officinarum L.) lahan kering di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan aspek khusus pemupukan beberapa kategori tanaman tebu lahan kering

3 27 92

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) Di Pabrik Gula Madukismo Dengan Aspek Khusus Penataan Varietas

4 9 64