Kepala Bagian Tanaman Struktur Organisasi dan ketenagakerjaan Perusahaan

16 memiliki kemiringan lebih dari 8 akan dilakukan pengolahan secara manual. Letak lahan yang jauh dari jalan atau posisinya tidak memungkinkan alat berat dan mesin pengolah tanah masuk akan melakukan pengolahan lahan secara manual. Perbedaan cara pengolahan manual dan mekanis tidak hanya dari tenaga kerjanya saja melainkan juga dari tahapan proses pengerjaanya.

5.1.2.1 Pengolahan Lahan Secara Mekanis

Tahapan pengolahan secara mekanis yakni pembajakan, penggaruan, pembuatan got, dan pembuatan juringan. Pembajakan. Pembajakan adalah kegiatan pembalikan tanah dan memotong sisa tanaman yang tumbuh di lahan. Terdapat dua kali pembajakan dalam pengolahan lahan, hal ini bertujuan untuk meringankan peroses pengolahan tanah yakni menurunkan populasi gulma dan mengurangi kandungan besi yang berlebihan dalam tanah. Terdapat Pembajakan I dilakukan dengan bantuan alat 80 HP 4 WD atau 120 HP 4 WD dengan implement bajak piring HD Disc Plough empat piringan atau menggunakan 150 HP 4 WD dengan implement bajak piring lima piringan, dengan kedalaman bajak 30 Cm. Tanaman tebu dapat tumbuh dengan optimal pada tanah yang memiliki solum minimal 50 Cm, apabila solum tanah yang akan ditanami tebu kurang maka pengolahan lahan harus lebih dalam. Kedalaman Pengolahan tanah pada lahan bekas sawah harus melebihi 30-40 cm, karena pada lahan sawah terdapat lapisan bajaa pada kedalaman rata-rata 30-40 cm dari permukaan tanah. Lapisan bajak yang tidak dibongkar akan menyebabkan air tidak dapat terserap, dan menumpuk pada permukaan atas tanah sehingga akar tebu yang sensitif terhadap kelebihan air akan tidak tumbuh optimal dan mengganggu pertumbuhan tanaman tebu. Pembajakan I dilakukan dengan melawan arah juringan. Hal ini dikarenakan agar pembajakan merata. Pada pembajakan II kedalaman pembajakan lebih rendah dari sebelumnya yakni 25 cm. Penggaruan. Penggaruan dilakukan dengan arah tegak lurus hasil bajakan yang bertujuan untuk membongkar bongkahan dan meratakan tanah bekas bajakan Pembuatan juringan. Juringan merupakan tempat menanam benih tebu yang panjangnya tergantung dari luas lahan, namun umumnya berukuran 10 m. Juringan dibuat dengan menggunakan Wing Ridger dengan kedalaman lebih dari 30 cm dan jarak dari pusat ke pusat adalah 1 m. Pada tanah yang memiliki kemiringan 5 harus dibentuk teras terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya tanah longsor. Pembuatan got. Terdapat tiga saluran drainase atau got yakni got keliling, got mujur, dan got malang. Got keliling dibuat paling awal karena berada paling luar mengelilingi kebun dan paling dalam dari antara kedua got tersebut sehingga berfungsi sebagai got yang menerima keluaran dari got mujur. Got keliling memiliki kedalaman 80 cm dan lebar 50 cm. Got mujur menerima aliran air dari got malang. Got mujur memiliki arah yang sama dengan arah juringan, kedalaman got mujur 70 cm dan lebar 50 cm. Got malang berfungsi untuk menerima kelebihan air dari got juringan. Arah got malang berlawanan dengan arah juringan, kedalamanya adalah 60 dan lebar 50 cm.

5.1.2.2 Pengolahan Lahan Cara Manual

Pengolahan secara manual memiliki perbedaan dalam hal tenaga kerja dan tahap pengolahan lahan. Pengolahan secara manual dilakukan tanpa menggunakan 17 bantuan mesin sehingga semuanya dilakukan oleh tenaga manusia dan tahap pengolahannya yang lebih pendek. Terdapat 2 tahap pengolahan lahan cara manual yakni pembentukan got dan langsung pembentukan juringan. Pengolahan lahan cara manual banyak mengeluarkan biaya pada tenaga kerja karena waktu yang dibutuhkan lebih lama dan tenaga kerja yang lebih banyak. Pengolahan lahan cara manual membutuhkan 10 tenaga kerja untuk mengolah lahannya saja tidak termasuk tenaga yang membersihkan gulma untuk 1 hektar, sedangkan pengolahan dengan cara mekanis hanya membutuhkan 1 orang saja untuk operator alat berat. Gambar 2 Pengolahan lahan manual

5.1.3 Persiapan Benih

Kualitas benih tanaman tebu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman tebu. Mempersiapkan benih tebu yang baik merupakan langkah awal untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan berkualitas. Terdapat beberapa langkah dalam mempersiapkan benih tebu yang baik yakni pengadaan bahan tanaman, pemupukan, dan pemanenan.

5.1.3.1 Pengadaan Bahan Tanam

Pengadaan benih tebu dilakukan secara berjenjang agar lebih efektif dan ekonomis, namun perencanaannya harus dilakukan secara matang. Perencanaan yang tepat diperlukan karena setiap jenjang membutuhkan waktu 4-6 bulan untuk dapat digunakan. Jenjang pada pembenihan dimulai dari KBPU, KBP, KBN, KBI, dan terakhir KBD. Kebun Benih Pokok Utama KBPU . Benih yang digunakan untuk KBPU merupakan hasil pemuliaan atau hasil riset dari P3GI atau penangkar benih penjenis, dan hasil benihnya, hasil benih KBPU akan digunakan untuk Kebun Benih pokok KBP. Kebun KBPU dilaksanakan oleh P3GI atau penangkar benih penjenis. Persyaratan untuk KBPU adalah kemurnian varietas 100. Umur benih yang siap untuk disalurkan yakni 6 bulan. Kebun Benih Pokok. Benih yang dihasilkan akan digunakan untuk Kebun Benih Nenek. Kebun benih pokok harus memiliki kemurnian varietas 100. Pihak yang melaksanakan pembenihan di KBP adalah P3GI. Kebun Benih Nenek. Hasil KBN akan digunakan untuk Kebun benih Induk KBI. Pihak yang melaksanakan pembenihan di KBI adalah Pabrik Gula. Kemurnian varietas yang harus dicapai adalah 100, dengan faktor penangkaran minimal 1:6.

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Lahan Kering Di PT. Gula Putih Mataram, Lampung

0 11 86

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu

6 20 96

Pengelolaan tebu (Saccharum officinarum L.) di PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara, kendal dengan aspek khusus modifikasi budidaya untuk menurunkan salinitas

2 9 186

Pengelolaan tanaman tebu ( Saccharum officinarum. L ) lahan kering di PT. Gula Putih Mataram, Lampung dengan aspek khusus manajemen irigasi

3 31 157

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum.L) Lahan Kering Di Pt Gula Putih Mataram, Lampung Dengan Aspek Khusus Tebang, Muat, Dan Angkut

7 48 54

Pengelolaan tebu (Saccharum officinarum L.) di PT Gula Putih Mataram, Lampung Tengah dengan aspek khusus aplikasi blotong pada tanaman tebu lahan kering

8 57 123

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta: dengan Aspek Khusus Mempelajari Produktivitas Tiap Kategori Tanaman

9 45 172

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan Aspek Khusus Manajemen Tebang Angkut Tebu.

3 16 191

Budidaya tebu (Saccharum officinarum L.) lahan kering di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan aspek khusus pemupukan beberapa kategori tanaman tebu lahan kering

3 27 92

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) Di Pabrik Gula Madukismo Dengan Aspek Khusus Penataan Varietas

4 9 64