Daya Dukung pada Tambak Udang

pada komponen biotik maupun abiotik, makanan dari masing-masing spesies, dan tingkat pada saat materi-materi yang tercerna digunakan dan ditransfer diantara berbagai entitas pada jaring makanan Baird dan Ulandowicz 1989, Peters dan Schaaf 1991, Christensen dan Pauly 1998 dalam Luo J, et al. 2001. Selanjutnya menurut Colt dan Orwicz 1991, daya dukung secara tipikal merupakan istilah untuk loading banyaknya spesiesaliran air dan densitas volume banyaknya spesiesvolume. Karena produksi dari hasil metabolisme proposional dengan konsumsi pakan, maka daya dukung dapat lebih akurat didefinisikan dengan istilah dari input pakan banyaknya pakanhari atau konsumsi oksigen banyaknya oksigenvolume. Parameter-parameter ini secara mendasar dan indipenden terdiri atas suhu, ukuran spesies atau tingkat pemberiaan pakan, sehingga penggunaanya jauh lebih sederhana dibandingkan penggunaan berdasarkan kriteria loading. Pengembangan dari metode yang sederhana diatas dan dapat digunakan ini didasarkan pada asumsi : 1 Daya dukung dibatasi dengan konsumsi oksigen dan akumulasi dari produk metabolisme. 2 Jumlah oksigen yang dikonsumsi dan kuantitas dari produk metabolisme proposional terhadap pakan yang diberikan Haskell, 1955 dalam Colt dan Orwicz, 1991. Meade pada salah satu penelitiannya mencoba untuk menghitung jumlah oksigen untuk mengoksidasi bahan organik hasil buangan yang terdapat di suatu perairan dan jumlah oksigen yang tersedia didalam air untuk melakukan tugas tersebut. Kedua hal ini dilakukan dengan menghitung oksigen terlarut dan BOD. Oksigen terlarut merupakan jumlah dari molekul oksigen di dalam air dan salah satu kriteria penting yang menentukan kualitas air alami. Oksigen terlarut juga mempengaruhi proses air buangan. Daya dukung air untuk oksigen terlarut, yang biasa disebut sebagai tingkat saturasi oksigen terlarut, tergantung pada suhu air. Tingkat saturasi oksigen terlarut pada suhu air yang berbeda dapat dihitung menggunakan DOmeter. Selain oksigen terlarut, parameter yang dapat digunakan adalah BOD Biochemical Oxygen Demand, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik yang secara biokimiawi berada di dalam air, oleh karena itu merupakan cara tidak langsung untuk menghitung kontaminasi pada air organik. Semakin besar BOD, semakin besar penurunan oksigen di sungai maupun danau Meade et al. 1998.

2.5.2. Hubungan Daya Dukung Tambak dan Sistem Budidaya

Seperti yang telah dinyatakan diatas bahwa dalam menganalisis keberlanjutan ekologi pada sistem budidaya udang yang berbeda dapat digunakan analisis daya dukung, maka perlu dilihat hubungan mendasar antara daya dukung dan sistem budidaya udang yaitu penggunaan sistem budidaya udang yang melebihi daya dukung perairan tambak maka pada jangka panjang akan terjadi penurunan produksi pada tambak dan pada akhirnya tidak berkelanjutan. Seperti yang dinyatakan oleh Kautsky et al. 2000 yang mengembangkan konsep dari “ecological print” dan daya dukung bagi tambak udang bahwa “ecological print” adalah area yang dibutuhkan sebuah ekosistem untuk mempertahankan produksi per unit area tambak udang, dan besar dari “footprint” ini berhubungan langsung dengan intensitas produksi. Konsep ini kemudian menyediakan indikasi berguna dari daya dukung pada suatu area untuk budidaya udang, apabila produksi melebihi daya dukung maka kualitas air akan memburuk dan hasil produksi akan menurun, kemudian ditambahkan bahwa risiko penyakit pada budidaya udang biasanya meningkat seiring peningkatan intensitas budidaya dan padat penebaran. Kolam dengan kepadatan tinggi akan memfasilitasi penyebaran patogen. Kurangnya suplai air bersih, pembuangan limbah yang tidak tepat membawa pada sisa-sisa metabolisme yang berlebihan, degradasi lingkungan, dan akhirnya membuat udang menjadi stress karena kualitas air yang buruk dan lebih rentan terhadap penyakit. Secara mendasar, budidaya perikanan merupakan proses ekologi yang alami, walaupun pada sistem budidaya udang yang intensif mencoba menjangkau hingga proporsi industri. Pengembangan menuju sistem monokultur dengan orientasi yang tinggi sayangnya membuat hubungan dan ketergantungan ekologi yang sudah tersedia pada perairan menjadi lebih samar. Selain itu, keuntungan yang tinggi memungkinkan petani tambak untuk mengganti beberapa jasa ekosistem alamiah dan input sumberdaya yang pada awalnya sangat diperlukan, seperti misalnya semakin besarnya kemungkinan untuk memompa air dari tempat yang relatif lebih jauh, meningkatkan input dari pakan buatan, obat-obatan, tenaga, dll. Oleh karena itu, tambakkolam tidak lagi perlu ada didalam kawasan mangrove, yang pada awalnya sangat berguna pada lingkungan perairan tambak dan mengurangi masalah tanah kolam yang pH-nya rendah. Namun, walau bagaimanapun, masih terdapat beberapa jasa lingkungan yang tidak bisa digantikan dengan teknologi yang ada, baik karena memang adanya keterbatasan teknologi maupun karena ketidaksadaran petani tambak pada pentingnya jasa lingkungan, hal ini kemudian akan mulai dirasakan ketika masalah mulai muncul pada hasil produksi, walaupun dalam jangka pendek, masalah tersebut dapat diatasi dengan antibiotik, bahan kimia dan obat-obatan, namun pemahaman ekologi secara komprehensif dan manajemen tambak yang baik akan lebih berguna dalam jangka panjang karena dengan mengerti jasa-jasa lingkungan dan penyebab masalah yang terjadi maka petani tambak dapat mengambil keuntungan dari jasa lingkungan dengan cara yang berkelanjutan Kautsky et al. 2000. Pada publikasi oleh Rosenberry 1998 dalam Kaustky et al. 2000 dikompilasikan data mengenai persentasi distribusi antara sistem ekstensif, semi- intensif dan intensif yang dilakukan di negara-negara penghasil udang seperti yang terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Persentase distribusi sistem budidaya udang di negara-negara penghasil udang Negara Ekstensif Semi-Intensif Intensif China 50 45 5 Indonesia 70 15 15 Filipina 40 50 10 Taiwan 10 40 10 Thailand 5 15 80 Vietnam 80 15 5 Ecuador 60 40 Sumber : Rosenberry, 1998 dalam Kaustky et al. 2000 Pada tahun 1988, produksi udang menurun di Taiwan, yang pada saat itu merupakan produsen udang terbesar di dunia, oleh karena penurunan produksi udang maka China kemudian mengambil tempat pertama, namun setelah itu juga