Hasil Simulasi Sistem Budidaya Polikultur Tradisional

Gambar 19. Grafik hasil simulasi produksi udang tahun 2013-2043 pada sistem polikultur tradisional

8.3.3. Hasil Simulasi Sistem Budidaya Monokultur Tradisional Plus

Pada sistem budidaya monokultur tradisional plus nilai parameter yang dimasukkan pada input produksi adalah hasil dari fungsi Cobb-Douglas pada sistem tradisional yang dimodifikasi agar sesuai dengan apa yang dilakukan di lapangan, besar kilogram input yang dimasukkan sesuai dengan jumlah total pada sistem budidaya tersebut dan terdapat input pakan, harga input produksi merupakan harga input produksi berlaku pada saat penelitian Lampiran 11. Total Biaya merupakan jumlah total dari perkalian antara input produksi yang digunakan dengan harga input produksi tersebut. Produksi yang digunakan merupakan nilai total produksi yang didapatkan dari wawancara yaitu 950 kg. Hasil produksi dari sistem monokultur tradisional adalah hasil produksi terkecil apabila dibandingkan dengan sistem budidaya lainnya, karena saat ini sangat sulit menemukan petani tambak yang menggunakan sistem ini. Setelah memasukan semua parameter beserta rumus-rumus yang digunakan dalam model maka hasil simulasi yang dihasilkan untuk tahun 2013- 2043 menyatakan bahwa dengan asumsi indeks pencemaran, harga dan input produksi tetap maka pada tahun 2043 keuntungan yang akan didapatkan hanyalah sebesar adalah Rp.7.584.694 karena kerugian yang dialami dari tahun 2027 hingga tahun 2035. Hal ini tentu saja dengan asumsi bahwa setelah mengalami kerugian dari tahun 2027 hingga 2035, petani tambak masih akan menggunakan sistem budidaya ini. Tabel 46. Hasil simulasi pada sistem budidaya monokultur tradisional plus Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 Gambar 20. Grafik hasil simulasi produksi udang tahun 2013-2043 pada sistem budidaya monokultur tradisional plus Penurunan drastis pada tahun 2035 collapse pada sistem monokultur tradisional plus Gambar 20 ini disebabkan karena menumpuknya bahan organik hasil metabolit udang maupun akibat adanya penggunaan pakan yang juga menambah laju pencemaran pada tambak. Pada sistem budidaya ini karena spesies yang dibudidayakan hanyalah udang, maka bahan organik tidak dimanfaatkan oleh bandeng sebagai pakan alami klekap pada akhirnya laju asimilasi lingkungan lebih lambat daripada laju pencemaran sehingga produksi udang menjadi negatif. Hal ini sejalan dengan Kordi dan Andi 2007 yang menyatakan bahwa sebuah ekosistem yang dirusak misalnya untuk membangun tambak dan kemudian dipelihara biota misalnya udang yang hidupnya tidak wajar. Proses ini menghasilkan lagi berbagai bahan, berupa limbah organik dan anorganik, yang mau tidak mau harus diterima oleh ekosistem tersebut. Dengan situasi yang demikian buruk dipastikan ekosistem yang rusak tidak mampu menampung dan mengolah beban yang demikian berat, dan akhirnya semuanya harus menanggung risiko. Penurunan kualitas lingkungan dan kegagalan panen, ini berhubungan timbal balik.