Ditambahkan oleh Csavas 1995 dalam Arquitt, et al. 2003 bahwa pada tahun 1980-an, permintaan terhadap udang secara global yang terus naik dan
stagnasi pada hasil penangkapan udang dari alam telah menciptakan kesempatan untuk mengekspor udang yang berasal dari industri budidaya. Negara-negara
dengan iklim dan sumberdaya alam yang cocok untuk pengembangan budidaya udang, secara khusus negara Asia dan Amerika Latin, mengambil kesempatan
tersebut dengan mengubah garis pantai yang membentang luas menjadi menjadi tambak-tambak udang. Namun pada tahun 1995-1997, produksi udang mengalami
penurunan drastis dan meninggalkan jejak sumberdaya alam dan lingkungan pesisir yang rusak dan kerusakan secara sosial melalui hilangnya sumber mata
pencaharian melalui budidaya udang.
2.2. Sistem Budidaya Udang di Indonesia
Sistem budidaya udang dapat diklasifikasikan pada 3 tipe berdasarkan perbedaan ekonomi dan teknologi yaitu ekstensif, semi-intensif dan intensive.
Perbedaan tipe dari sistem budidaya ini memberi dampak berbeda pada kelayakan sosio-ekonomi dan lingkungan.
Sistem Produksi Ekstensif secara tipikal menggunakan versi tradisional yang dimodifikasi dan sering disebut sebagai sistem dengan padat tebar rendah
dan input yang juga rendah. Biasanya petani tambak yang menggunakan sistem ini menghasilkan nutrien dan bahan organik yang secara insignifikan dihasilkan
oleh suatu ekosistem. Sistem ini sebagian besar bergantung pada produktivitas alami pada kolam, walaupun pupuk organik dan anorganik biasanya digunakan
untuk menghasilkan pertumbuhan dari pakan alami. Sebagian besar pekerja di tambak merupakan sanak saudara dari pemilik tambak-pengelola tambak-teknis
tambak Muluk dan Bailey, 1996 dalam Shang et al. 1998. Sistem Produksi Semi-Intensif menggunakan tingkatan intermediate dalam
hal padat tebar dan input lainnya. Investor pada sistem ini biasanya merupakan penduduk lokal yang menyadari keuntungan potensial yang mungkin dihasilkan
oleh budidaya udang. Pekerja tambak biasanya berasal dari penduduk sekitar atau keluarga. Pemilik tambak biasanya bergerak aktif dalam mengelola produksi
udang Muluk dan Bailey, 1996 dalam Shang et al. 1998.
Sistem Produksi Intensif biasanya memiliki karakteristik yang berbeda seperti secara relatif padat tebar dan input yang tinggi misalnya pakan
buatanpelet dan bahan kimia dan obat-obatan, yang secara normal meningkatkan nutrien dan bahan organik pada ekosistem kolam. Biaya dari pengurangan yang
disebakan polusi abatement cost biasanya merupakan pembatas kelayakan komersial suatu perusahaan. Sebagian besar investor pada operasi intensif dalam
pengusaha di kota atau anggota dari elit lokal yang tertarik pada beberapa sektor ekonomi atau perusahaan besar. Pekerja yang dipekerjakan pada sistem ini
biasanya direkrut dari tempat yang lebih jauh dibandingkan pekerja lokal yang ada di sekitar tambak, yang biasanya memiliki keahlian tertentu dalam bidang
budidaya. Pemilik tambak tidak berperan secara aktif pada pengelolaan tambak, oleh karena itu mereka mempekerjakan staf manajer dan teknis. Kriteria teknologi
dalam budidaya tambak udang dapat terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria teknologi budidaya tambak udang
Kriteria Teknologi Budidaya
Intensif Semi-intensif
Tradisional
Pakan Pakan formula
lengkap Alami dan
tambahan pakan buatan
Alami
Pengelolaan air Pompa dan
aerasi Pasang surut dan
pompa Pasang surut
Padat penebaran ekorm
2
≥ 30
10-30 1-10
Ukuran petak tambak ha
0.1 – 1 1-5
3-20
Produksi tonMT 2-20
0.5-5 0.1-0.5
Lama pemeliharaan bulan
3-4 3-4
4-6
Dampak Budidaya Sangat tinggi
Sedang tinggi Tidak signifikan
Sumber : Chamberlain 1991, dalam Kusumastanto 1994; Deb 1998; Effendi 1998; Central Proteinaprima 2002 dalam Allauidin 2004.