Konsep Keberlanjutan Economic Model of Sustainable Shrimp Farming System Management in Sidoarjo District, East Java

Keberlanjutan Ekologi Keberlanjutan Keberlanjutan Sosial Ekonomi Komunitas Gambar 2. Segitiga keberlanjutan Charles, 2001 Sedangkan dalam sistem perikanan budidaya, keberlanjutan ditentukan oleh beberapa aspek yaitu aspek teknologi produksi, aspek sosial dan ekonomi, dan aspek lingkungan Chung dan Kang 2000 dalam Alauddin, 2010. Hampel dan Winther 1997 dalam Alauddin, 2010 juga menyatakan bahwa untuk dapat melakukan pengembangan perikanan budidaya khususnya budidaya tambak udang secara berkelanjutan, maka aspek sosial, aspek lingkungan dan aspek teknologi harus menjadi perhatian yang utama. Kerangka keberlanjutan sistem perikanan budidaya dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4. Gambar 3. Keberlanjutan sistem budidaya Chung dan Kang 2002 dalam Alauddin 2010 Keberlanjutan Institusi Gambar 4. Skema keterkaitan berbagai aspek dalam pengelolaan tambak udang berkelanjutan Hampel dan Winter 1997 dalam Alauddin 2010

2.4. Keberlanjutan pada Pengelolaan Budidaya Udang

Pengembangan budidaya udang perlu melibatkan aspek-aspek keberlanjutan karena seperti yang telah terjadi di banyak negara berkembang, pengembangan budidaya udang di tambak-tambak ternyata telah mengakibatkan kerusakan pada ekosistem mangrove seperti yang dinyatakan dalam beberapa literatur bahwa pengembangan tambak udang telah mengakibatkan kerusakan besar-besaran pada hutan mangrove, deplesi air tanah, intrusi air laut pada level air tanah, eutrofikasi, dan penyebaran penyakit di beberapa tempat. Namun pada saat yang sama budidaya udang juga membutuhkan air bersih dan kaya nutrien dalam jumlah yang besar yang dapat disediakan oleh mangrove yang tidak rusak. Hal ini tentunya menyebabkan adanya konflik antara kebutuhan dari sistem pendukung ekologi yang sehat dan dampak dari budidaya udang pada lingkungan sekitarnya Philips et al.1990, Primavera 1991, 1993, Hamilton dan Snedaker 1984, Rubino 1990 dalam Larsson et al.1994. Keberlanjutan dari budidaya juga telah banyak dipertanyakan sehingga institusi-institusi baik global maupun regional telah mengajukan Best Management Practice BMP untuk mengembangkan produksi yang berkelanjutan. Adapun tujuan dari BMPs ini adalah untuk membuat budidaya menjadi kegiatan yang ramah lingkungan, dengan tetap mempertimbangkan keberlanjutan sosial dan ekonomi FAO, 2007. Dengan merujuk pada pernyataan diatas maka perlu adanya penjelasan lebih lanjut bagaimana pengembangan budidaya yang berkelanjutan dapat dibagi dalam beberapa sistem yaitu sistem ekologilingkungan, sistem ekonomi dan sistem sosial seperti yang akan dijelaskan dibawah ini.

2.5. Keberlanjutan Ekologi

Menurut Kusumastanto 2012, keberlanjutan ekologi terwujud dari praktek perikanan yang tidak merusak lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir yang tidak melebihi daya dukung lingkungan. Kata kuncinya adalah kebijakan pengelolaan sumberdaya pesisir untuk menjamin keberlanjutan ekologis tersebut. Saat ini, keberlanjutan ekologi dapat dihitung berdasarkan dampak lingkungan pada biodiversitas, kolam atau tambak sebagai sumber nutrien dan air, kuantitas dari air yang dikonsumsi, efek pada tanah dan air tanah groundwater dan kualitas air outlet. a Biodiversitas Dampak langsung dari biodiversitas tergantung pada lahan yang digunakan, penggunaan spesies yang eksotik atau melalui rekayasa genetik dan penggunaan ikan tangkapan sebagai pakan pada ikan yang dibudidaya Bosma dan Verdegem, 2011. Lahan yang digunakan mempengaruhi biodiversitas karena kuantitas lahan yang tersedia secara alamiah akan berkurang apabila digunakan sebagai tambak udang misalnya. Dampak ini akan semakin besar apabila produksi dari pakan diikutkan pada perhitungan, dan hal ini juga akan mempengaruhi konversi pakan. b Kolam atau Tambak sebagai Sumber Nutrien dan Air Kualitas dari air buangan outlet ditentukan oleh kualitas dari air yang masuk inlet, tipe inlet dan level inlet, tingkat pertukaran air dengan air disekitar, proses yang terjadi di dasar tanah, jumlah dan tipe aerasi, durasi dari siklus produksi, dan tipe dari fasilitas produksi. Dua tipe dari input yang masuk ke dalam kolam yaitu nutrien dan non-nutrien. Nutrien dapat dibagi menjadi organik pakan, pupuk organik dan anorganik Pupuk anorganik, yang dimaksud non-