4.4.2. Analisis Pola Sebaran Lanskap Kota Surakarta
Pengaruh Lanskap Keraton Surakarta terhadap Kota Surakarta dapat dilihat dari gabungan hasil analisis skoring pada masing-masing elemen lanskap,
yaitu lanskap permukiman, lanskap perkantoran dan perdagangan, lanskap fasilitas publik dan lanskap jalan. Hasil penilaian terhadap pada keempat elemen
dapat disajikan pada Gambar 36. Hasil analisis pada lanskap permukiman pengaruh kuat sebesar 52 kuat, 9 sedang dan 39 pengaruh rendah. Pada
lanskap perkantoran dan perdagangan didapatkan nilai pengaruh kuat sebesar 64, pengaruh sedang sebesar 31 dan pengaruh rendah sebesar 5. Lanskap
fasilitas umum memiliki nilai pengaruh kuat sebesar 8, sedang 65 dan kuat sebesar 26. Secara keseluruhan pengaruh Keraton Surakarta terhadap Kota
Surakarta tersebar pada luasan sebesar 41 pengaruh kuat, pengaruh sedang 35 dan 24 pengaruh rendah.
Peta sebaran pengaruh keraton terhadap lanskap Kota Surakarta disajikan pada Gambar 36.
Analisis skoring pada elemen-elemen lanskap kota didapatkan bahwa lanskap yang masih memiliki pengaruh kuat dari Keraton Surakarta tersebar pada
wilayah selatan Kota Surakarta. Pengaruh lanskap semakin rendah pada bagian utara kota. Sungai Kalianyar secara tidak langsung telah menjadi batas pemisah
pada kota Surakarta. Pada bagian selatan Kalianyar merupakan awal dari Kota Surakarta dan dapat dikatakan sebagai bagian “Surakarta lama”, sedangkan pada
bagian utara Kalianyar merupakan wilayah perkembangan baru. Keraton Surakarta terletak pada Kecamatan Pasar Kliwon yang berada
pada wilayah selatan kota dan memiliki daerah kekuasaan yang berkembang ke arah barat. Sehingga pada wilayah selatan mendapatkan pengaruh yang besar baik
dari nilai kesejarahan maupun dalam tatanan lanskap. Dalam perkembangannya, wilayah selatan kota merupakan pusat dari segala aktifitas masyarakat, karena
perkembangan infrastruktur, fasilitas kota dan kegiatan perekonomian berkembang pesat pada wilayah selatan. Wilayah utara merupakan wilayah
pemekaran kota sehinggga keberadaan sarana dan prasarana kota belum cukup memadai pada wilayah tersebut. Terjadi pembangunan yang tidak seimbang
antara Kota Surakarta bagian selatan dengan bagian utara.
Dari hasil pengamatan, memudarnya pengaruh lanskap keraton terhadap kota dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu, posisi Keraton Surakarta terhadap Kota
Surakarta, batas alam, perkembangan infrastruktur kota dan faktor kependudukan. Posisi Keraton Surakarta yang berada pada bagian selatan kota mengakibatkan
pengaruh yang kuat pada bagian tersebut. Semakin dekat dengan Keraton Surakarta maka semakin kuat pengaruh yang diberikan. Faktor kedua adalah batas
alam, setalah dibangun Kali Anyar di utara maka secara tidak langsung menjadi pemisah bagi Kota Surakarta. Pada bagian selatan Kali Anyar nilai pengaruh dari
Keraton Surakarta adalah sedang dan pada bagian utara Kali Anyar nilai pengaruh semakin rendah.
Perkembangan infrastruktur kota seperti jalan dan jalur kerata api, ikut serta mempengaruhi pudarnya pengaruh dari Keraton Surakarta. Seperti Jalan
Slamet Riyadi yang menjadi pembatas wilayah kekuasaan keraton dengan mangkunegaran. Pada wilayah perkembangan kota yang cenderung baru,
dipengaruhi oleh adanya perkembangan mode dan teknologi pada masa itu, sehingga tidak lagi mengadopsi gaya tradisional. Dengan berkembangnya mode
dan teknologi, maka gaya tradisional khas keraton sudah tidak menjadi acuanpanutan dalam membentuk suatu lanskap.
Faktor lain yang memberi pengaruh adalah faktor kependudukan, jumlah penduduk yang semakin bertambah memaksa penggunaan lahan semaksimal
mungkin, sehingga banyak rumah tinggal yang terbentuk dengan bentuk bangunan yang tidak berkarakter tradisional. Kedatangan para migran di Kota Surakarta juga
menjadikan nilai budaya lokal secara perlahan luntur. Budaya yang berbeda dari setiap migran mengakibatkan beragam budaya.
4.5 Usulan Pengembangan Lanskap
4.5.1 Konsep Pengembangan Lanskap
Perkembangan lanskap Kota Surakarta dimulai semenjak keberadaan Keraton Surakarta yang membuat segala aktivitas masyarakat berpusat pada
wilayah disekeliling keraton dan perkembangan permukiman menuju kearah barat. Masa penjajahan Belanda memberi pengaruh pada perkembangan lanskap
kota dengan dibangunnya infrastruktur kota. Keberadaan infrastruktur kota seperti sarana transportasi membuat lanskap kota berkembang mengikuti pola linier.
Analisis sebaran lanskap pada Kota Surakarta dilakukan dengan analisis skoring pada lanskap permukiman, lanskap perkantoran dan perdagangan, lanskap fasilitas
umum dan lanskap jalan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh Keraton Surakarta pada
lanskap hanya tersebar pada wilayah selatan kota dengan presentase 41. Sedangkan pada elemen lanskap dengan pengaruh sedang dengan presentase 35.
Pengaruh rendah sebesar 24 yang berada di Kecamatan Banjarsari dan Jebres. Pengaruh kuat dari Keraton Surakarta terpusat pada bagian selatan kota yang
meliputi Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon dan beberapa wilayah di Kecamatan Banjarsari. Sehingga pada kawasan tersebut
dapat dikatakan sebagai kota lama dari Surakarta. Hasil analisis menyatakan bahwa nilai pengaruh dari Keraton Surakarta
hanya sebesar 41, sehingga diperlukan adanya suatu konsep untuk menjaga dan mempertahankan karakter budaya dari Keraton Surakarta. Konsep yang diusulkan
guna pengembangan lanskap kota adalah dengan meningkatkan dan mempertahankan karakter budaya yang dimiliki oleh Kota Surakarta dalam
penataan dan pelestarian lanskap kota guna keberlanjutan Kota Surakarta sebagai kota pusaka. Upaya meningkatkan karakter budaya pada lanskap kota dilakukan
dengan penataan pada lanskap kota agar terbentuk suatu lanskap yang dapat menjadi suatu identitas kota. Sedangkan upaya dalam mempertahankan karakter
lanskap kota dilakukan dengan melindungi, memelihara dan memperbaiki peninggalan sejarah budaya yang terdapat pada Kota Surakarta. Penataan dan
pelestarian pada lanskap kota membutuhkan adanya suatu kebijakan dari pemerintah kota dan juga partisipasi aktif dari masyarakat Kota Surakarta.
4.5.2 Arahan Pengembangan Lanskap Kota Surakarta
Berdasarkan hasil analisis terhadap sebaran lanskap pada Kota Surakarta diketahui bahwa pengaruh kuat Keraton Surakarta terpusat pada bagian selatan
kota dan semakin menuju utara maka nilai pengaruh dari lanskap keraton menjadi semakin rendah. Pengaruh Keraton Surakarta terhadap lanskap kota berada pada
bagian selatan memiliki nilai sejarah penting bagi Kota Surakarta. Pengembangan kota tidaklah bijak apabila tidak memperhatikan kawasan lama yang merupakan
cikal bakal dari terbentuknya kota. Dari hasil analisis didapatkan tiga zona pengaruh yaitu, pengaruh kuat,
pengaruh sedang dan pengaruh rendah. Pada zona pengaruh kuat meliputi Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan beberapa bagian dari
Kecamatan Banjarsari. Zona pengaruh kuat memiliki nilai kesejarahan yang kuat dari Keraton Surakarta dan masih banyak elemen-elemen lanskap yang
mencerminkan adanya pengaruh dari Keraton Surakarta. Pada zona pengaruh kuat dilakukan
penguatan karakteristik
keraton dengan
melestarikan dan
memberdayakan area dan elemen bersejarah yang memiliki kaitan dan karakteristik lanskap keraton. Pengaruh kuat yang berada di selatan kota dapat
diklasifikasikan menjadi zona inti yang merupakan “Kota Lama Surakarta” yang
dahulu merupakan awal perkembangan kota dan pusat pemerintahan Keraton Surakarta Hadi,2001. Pada zona inti dapat dimunculkan kembali karakter-
karakter dari kawasan lama seperti Pecinan, Kauman maupun Loji Wetan yang memiliki ciri khas tersendiri. Wilayah Surakarta lama disajikan pada Gambar 37.
Zona pengaruh sedang meliputi beberapa wilayah di Kecamatan Laweyan, Serengan, Jebres dan Banjarsari. Tindakan pelestarian yang dapat dilakukan pada
zona dengan nilai pengaruh sedang adalah sebagai zona penyangga guna menyangga zona inti dengan zona pengembangan. Pada zona pengangga
dilakukan penguatan karakter keraton dengan meningkatkan nilai karakter dari keraton dilakukan dengan melestarikan dan memberdayakan area dan elemen
bersejarah yang memiliki kaitan dan karakteristik lanskap keraton serta penataan dan perbaikan lanskap pada kawasan ini guna meningkatkan nilai sejarah dan
budaya kawasan.