Radya Laksana Ornamen dan ragam hias Keraton Surakarta

a Ukiran Naga b Ukiran Naga di Bangsal Witono Gambar 21. Ragam Hias Naga Sumber : Aditya Darmasurya, 2011

3. Ragam hias burung

Ragam hias burung menghiasi keraton dalam bentuk ukiran-ukiran pada ornamen pintu maupun hiasan lainnya. Ragam hias burung umumnya sudah mengalami stilasi, yang diambil adalah bagian sayap, ekor maupun kepala saja. Ragam hias burung dapat dilihat pada Gambar 22. Ragam hias burung khususnya burung garuda telah menjadi bagian ragam kebudayaan Hindu di tanah Jawa selama berabad-abad Sunarman, 2010. Penggunaan ragam hias burung memiliki filosofi bahwa burung merupakan hewan yang hidup berdampingan dan berkelompok, hal ini memberi arti bahwa manusia sebaiknya hidup saling rukun dan berdampingan GPH Puger, 2012. Gambar 22. Ukiran burung

4. Radya Laksana

Pada masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwono X dilakukan perubahan besar pada bangunan maupun ornamen Keraton Surakarta. Susuhan Paku Buwono menciptakan suatu logo lambang kebesaran Keraton Surakarta yang disebut dengan “Radya Laksana”. Radya memiliki arti Negara atau Rasta, sedangkan Laksana memiliki arti perjalanan yang tulus arti dan lahir. Lambang tersebut memiliki arti sebagai tuntunan hidup dengan tatanan Jiwa Budaya Jawi Nitinagoro, 2011. Lambang Radya Laksana dapat dilihat pada Gambar 23. Lambang Radya Laksana merupakan lambang kebesaran Keraton Surakarta, sehingga hanya kalangan kerabat keraton yang dapat menggunakan lambang ini, sehingga Radya Laksana digunakan sebagai simbol identitas dan simbol estetik. a Lambang b Ornamenukiran Gambar 23 Radya Laksana Sumber : Google.com Lambang Radya Laksana banyak menghiasi bangunan-bangunan Keraton Surakarta. Radya Laksana merupakan tuntunan hidup ajaran tentang kenegaraan dan kehidupan Setiawan, 2000. Radya Laksana terdiri dari sepuluh unsur yaitu, mahkota, warna merah dan kuning, warna biru muda, matahari, bulan, binatang, bumi, kapas, pita berwarna putih merah dan langit Setiawan, 2000. Hal ini erat hubungannya dengan hastabrata. Mahkota merupakan perlambangan dari seorang raja dan sebagai simbol kebudayaan Jawa. Matahari, bulan dan bintang merupakan lambang kehidupan. Warna merah dan kuning merupakan simbol kesepuhan. Bumi yang dipaku merupakan bumi yang kokoh. Kapas dan padi adalah lambang sandang dan pangan. Pita berwarna putih adalah lambang ayah dan pita merah adalah lambang ibu. Langit maupun angkasa yang berwarna putih dan biru dianggap dapat menolak hal-hal negatif. Warna merupakan elemen penting yang menghiasi Keraton Surakarta. Keraton Surakarta merupakan bangunan bersejarah yang didominasi dengan warna biru dan putih. Pada masa pemerintahan Sinuhun Paku Buwana X 1892- 1939 terjadi perombakan besar pada Keraton Surakarta. Perombakan ini merubah warna bangunan dengan biru dan putih. Warna biru dan putih diambil dari warna langit, warna biru langit dianggap dapat menolak kenistaan dan juga melambangkan sifat yang berwawasan luas dan pemaaf.

4.2 Kota Surakarta

4.2.1 Kondisi Umum Kota Surakarta

Kota Surakarta merupakan kota terbesar kedua di provinsi Jawa Tengah. Kota Surakarta sebagai Pusat Kegiatan Nasional termasuk kedalam Kawasan Subosukawonosraten Kota Surakarta, Kab. Boyolali, Kab. Sukoharjo, Kab. Karanganyar, Kab. Wonogiri, Kab. Sragen dan Kab. Klaten. Dalam area kerjasama tujuh kabupatenkota ini, Kota Surakarta menjadi penghubung bagi daerah hinterland-nya. Kota Surakarta sering disebut sebagai pusat pertumbuhan wilayah Jawa Tengah bagian selatan, dengan potensi ekonomi sangat tinggi, khususnya di bidang industri, perdagangan, pariwisata dan jasa lainnya Bappeda, 2012. Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110˚45’15” dan 110˚45’35” BT dan 7˚36’00” dan 7˚56’00” LS. Kota Surakarta dikelilingi oleh tujuh kabupaten pendukung dan memiliki batas wilayah sebagai berikut :  Utara : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar  Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo  Barat : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sukoharjo  Selatan : Kabupaten Sukoharjo Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan “Kota Solo” memiliki luas 4.404,06 Ha dan terbagi menjadi lima wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari. Keraton Surakarta Hadiningrat terletak pada Kelurahan Baluwerti, Kecamatan Pasar Kliwon yang berada pada bagian selatan Kota Surakarta. Seperti umumnya kota-kota di Indonesia, Kota Surakarta memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata 24,8°C sampai 18,1˚C dengan kelembaban udara berkisar antara 66-84 dan tekanan udara sebesar ±1.010 atmosfir. Kota Surakarta terletak pada ketingian antara 80-130 meter di atas permukaan laut mdpl. Kemiringan lahan adalah 0 hingga 15 dan tergolong landai. Solo merupakan sebuah kota yang dilewati oleh empat sungai utama, yaitu Bengawan Solo, Kali Pepe, Kali Anyar dan Kali Jenes. Keempat sungai ini sudah ada dari zaman kolonial dahulu dan memiliki kontribusi besar bagi kota. Masing-masing sungai terletak pada posisi yang berbeda dan memberi manfaat pada daerah sekitarnya sebagai sumber air maupun