Setinggil Kidul Gapura Gading

1. Ragam hias tumbuhan

Ragam hias tumbuhan merupakan ragam hias yang paling mendominasi di lingkungan Keraton Surakarta. Ragam hias tumbuhan juga mengalami stilasi, bagian yang diambil adalah buah, daun, maupun bunga saja. Ragam hias bunga teratai banyak digunakan dan digambarkan dengan sangat indah. Menurut Sunarman 2010, bunga teratai dianggap sebagai “bunga dari surga” atau nirwana dan keraton dianggap sebagai surga. Ragam hias dari stilasi daun menghiasi pilar- pilar dinding pada bangunan keraton. Pada pilar terdapat ornamen daun yang merambat keatas dikenal dengan istilah sulur-suluran Gambar 20. Gambar 20. Sulur-suluran Masyarakat Jawa mengenal falsafah hidup “kiblat papat lima pancer” yang berarti empat penjuru dan berpusat di tengah yaitu pancer. Bahwa sesuatu yang terarah pada Maha Kuasa harus menjadi satu “pancer” menyatunya segala sesuatu pada diri kita untuk menuju pada Tuhan. Hal ini diterapkan pada ragam hias bunga yang berpusat ditengah. Selain bunga ada juga ragam hias wajikan. Ragam hias ini merupakan ragam hias yang berbentuk stilasi daun dan memusat menuju pancer. Bentuk ragam hias wajikan adalah geometris dan menyerupai belah ketupat sehingga dinamakan wajikan.

2. Ragam hias ular naga

Ragam hias ular naga merupakan perlambangan ragam hias yang terispirasi dari hewan naga yang memiliki bentuk panjang dan pada bagian kepala naga merupakan bagian yang banyak digunakan. Ragam hias ular naga digunakan sebagai penghias keraton dan untuk menghiasi singgasana Sinuhun Paku Buwana yang berada di Setinggil Lor dan disajikan pada Gambar 21. a Ukiran Naga b Ukiran Naga di Bangsal Witono Gambar 21. Ragam Hias Naga Sumber : Aditya Darmasurya, 2011

3. Ragam hias burung

Ragam hias burung menghiasi keraton dalam bentuk ukiran-ukiran pada ornamen pintu maupun hiasan lainnya. Ragam hias burung umumnya sudah mengalami stilasi, yang diambil adalah bagian sayap, ekor maupun kepala saja. Ragam hias burung dapat dilihat pada Gambar 22. Ragam hias burung khususnya burung garuda telah menjadi bagian ragam kebudayaan Hindu di tanah Jawa selama berabad-abad Sunarman, 2010. Penggunaan ragam hias burung memiliki filosofi bahwa burung merupakan hewan yang hidup berdampingan dan berkelompok, hal ini memberi arti bahwa manusia sebaiknya hidup saling rukun dan berdampingan GPH Puger, 2012. Gambar 22. Ukiran burung

4. Radya Laksana

Pada masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwono X dilakukan perubahan besar pada bangunan maupun ornamen Keraton Surakarta. Susuhan Paku Buwono menciptakan suatu logo lambang kebesaran Keraton Surakarta yang disebut dengan “Radya Laksana”. Radya memiliki arti Negara atau Rasta, sedangkan Laksana memiliki arti perjalanan yang tulus arti dan lahir. Lambang tersebut memiliki arti sebagai tuntunan hidup dengan tatanan Jiwa Budaya Jawi Nitinagoro, 2011. Lambang Radya Laksana dapat dilihat pada Gambar 23. Lambang Radya Laksana merupakan lambang kebesaran Keraton Surakarta, sehingga hanya kalangan kerabat keraton yang dapat menggunakan lambang ini, sehingga Radya Laksana digunakan sebagai simbol identitas dan simbol estetik. a Lambang b Ornamenukiran Gambar 23 Radya Laksana Sumber : Google.com Lambang Radya Laksana banyak menghiasi bangunan-bangunan Keraton Surakarta. Radya Laksana merupakan tuntunan hidup ajaran tentang kenegaraan dan kehidupan Setiawan, 2000. Radya Laksana terdiri dari sepuluh unsur yaitu, mahkota, warna merah dan kuning, warna biru muda, matahari, bulan, binatang, bumi, kapas, pita berwarna putih merah dan langit Setiawan, 2000. Hal ini erat hubungannya dengan hastabrata. Mahkota merupakan perlambangan dari seorang raja dan sebagai simbol kebudayaan Jawa. Matahari, bulan dan bintang merupakan lambang kehidupan. Warna merah dan kuning merupakan simbol kesepuhan. Bumi yang dipaku merupakan bumi yang kokoh. Kapas dan padi adalah lambang sandang dan pangan. Pita berwarna putih adalah lambang ayah dan pita merah adalah lambang ibu. Langit maupun angkasa yang berwarna putih dan biru dianggap dapat menolak hal-hal negatif. Warna merupakan elemen penting yang menghiasi Keraton Surakarta. Keraton Surakarta merupakan bangunan bersejarah yang didominasi dengan warna biru dan putih. Pada masa pemerintahan Sinuhun Paku Buwana X 1892- 1939 terjadi perombakan besar pada Keraton Surakarta. Perombakan ini merubah warna bangunan dengan biru dan putih. Warna biru dan putih diambil dari warna langit, warna biru langit dianggap dapat menolak kenistaan dan juga melambangkan sifat yang berwawasan luas dan pemaaf.