4.5.2 Arahan Pengembangan Lanskap Kota Surakarta
Berdasarkan hasil analisis terhadap sebaran lanskap pada Kota Surakarta diketahui bahwa pengaruh kuat Keraton Surakarta terpusat pada bagian selatan
kota dan semakin menuju utara maka nilai pengaruh dari lanskap keraton menjadi semakin rendah. Pengaruh Keraton Surakarta terhadap lanskap kota berada pada
bagian selatan memiliki nilai sejarah penting bagi Kota Surakarta. Pengembangan kota tidaklah bijak apabila tidak memperhatikan kawasan lama yang merupakan
cikal bakal dari terbentuknya kota. Dari hasil analisis didapatkan tiga zona pengaruh yaitu, pengaruh kuat,
pengaruh sedang dan pengaruh rendah. Pada zona pengaruh kuat meliputi Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan beberapa bagian dari
Kecamatan Banjarsari. Zona pengaruh kuat memiliki nilai kesejarahan yang kuat dari Keraton Surakarta dan masih banyak elemen-elemen lanskap yang
mencerminkan adanya pengaruh dari Keraton Surakarta. Pada zona pengaruh kuat dilakukan
penguatan karakteristik
keraton dengan
melestarikan dan
memberdayakan area dan elemen bersejarah yang memiliki kaitan dan karakteristik lanskap keraton. Pengaruh kuat yang berada di selatan kota dapat
diklasifikasikan menjadi zona inti yang merupakan “Kota Lama Surakarta” yang
dahulu merupakan awal perkembangan kota dan pusat pemerintahan Keraton Surakarta Hadi,2001. Pada zona inti dapat dimunculkan kembali karakter-
karakter dari kawasan lama seperti Pecinan, Kauman maupun Loji Wetan yang memiliki ciri khas tersendiri. Wilayah Surakarta lama disajikan pada Gambar 37.
Zona pengaruh sedang meliputi beberapa wilayah di Kecamatan Laweyan, Serengan, Jebres dan Banjarsari. Tindakan pelestarian yang dapat dilakukan pada
zona dengan nilai pengaruh sedang adalah sebagai zona penyangga guna menyangga zona inti dengan zona pengembangan. Pada zona pengangga
dilakukan penguatan karakter keraton dengan meningkatkan nilai karakter dari keraton dilakukan dengan melestarikan dan memberdayakan area dan elemen
bersejarah yang memiliki kaitan dan karakteristik lanskap keraton serta penataan dan perbaikan lanskap pada kawasan ini guna meningkatkan nilai sejarah dan
budaya kawasan.
Gambar 37. Kota Lama Surakarta Sedangkan zona pengaruh rendah diklasifikasikan sebagai zona
pengembangan yang meliputi Kecamatan Jebres dan Banjarsari yang berada pada bagian utara kota. Kawasan ini merupakan wilayah pemekaran kota, sehingga
memiliki pengaruh yang rendah dari keraton. Pada kawasan ini masih banyak terdapat lahan-lahan kosong yang dapat dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan
masyarakat. Sehingga pada kawasan ini dapat menjadi bagian baru dari Kota Surakarta.
4.5.3 Arahan Penataan Lanskap Kota Surakarta
Dalam menjaga dan menciptakan suatu lanskap yang memiliki nilai budaya tinggi, perlu adanya dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh
masyarakat kota. Masyarakat kota memiliki peran penting dalam membentuk lanskap kota, sehingga perlu dilakukan dengan memunculkan kembali aktifitas
maupun kesenian tradisional yang dapat meningkatkan nilai budaya setempat. Dari hasil kuisioner, diketahui bahwa hanya sedikit masyarakat yang memahami
mengenai konsep lanskap keraton, sehingga diperlukan suatu penyuluhan atau himbauan yang informatif mengenai nilai budaya maupun peninggalan sejarah
yang merupakan potensi bagi kota. Penyuluhan maupun himbauan ini diharapkan dapat membuat masyarakat dapat berpartisipasi dalam tindakan pelestarian.
Pada zona lanskap dengan nilai pengaruh yang kuat, banyak terdapat objek dan elemen bersejarah yang kondisinya sudah tidak baik lagi. Sehingga diperlukan
tindakan pelestarian berupa revitalisasi pada elemen lanskap seperti pada Alun- alun Lor dan Alun-alun Kidul Keraton Surakarta. Revitalisasi pada alun-alun
Keraton Surakarta adalah upaya memperbaiki kualitas fisik guna mengembalikan fungsi semula alun-alun sebagai ruang terbuka hijau sesuai dengan kondisi masa
kini tanpa meninggalkan karakter sejarah dan budaya dari alun-alun. Perbaikan kualitas fisik pada alun-alun dapat dilakukan dengan perbaikan infrastruktur,
pemeliharaan pada vegetasi rumput, menghilangkan atau mengganti vegetasi yang tidak sesuai dengan karakater alun-alun, perbaikan pada perkerasan, serta
meningkatkan nilai aktivitas yang dapat menunjang kegiatan sosial, ekonomi dan pariwisata. Ilustrasi pentaan ulang alun-alun utara disajikan pada Gambar 38.
a Sebelum penataan
b Setelah penataan Gambar 38. Penataan lanskap pada Alun-alun utara
Keraton Surakarta yang merupakan cikal bakal dari kota Surakarta, saat ini kondisinya sudah sangat memprihatinkan. GPH Puger menyatakan bahwa sebesar
85 bangunan di keraton sudah rusak, sehingga perlu dilakukan rekonstruksi pada bangunan keraton agar tercipta kembali Keraton Surakarta yang dapat
menunjukkan kemegahan pada masa lalu. Pengembangan kota sudah sepatutnya diselaraskan dengan melestarikan
peninggalan-peninggalan sejarah dari masa lalu. Diperlukan suatu kebijakan dari pemerintah Kota Surakarta hingga petunjuk teknis dalam melestarikan lanskap
sejarah budaya, partisipatif dari masyarakat dalam menjaga dan menata kota, dukungan pelestarian dan pemberdayaan pada area dan elemen bersejarah dan
adanya suatu guideline dalam pengembangan lanskap kota. Berikut terdapat
beberapa rekomendasi penataan lanskap yang dapat digunakan sebagai guideline dalam penataan kota. Guideline disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Guideline penataan lanskap kota
Komponen Karakteristik
Rumah Tinggal
Kantorfasilitas umum
Taman KotaRTH
Lanskap Jalan
Tata Ruang layout √
√ √
Arsitektur Bangunan √
√ √
Ornamen Bangunan √
√ √
√ Desain elemen
√ √
√ √
Vegetasi √
√ √
√ Penamaan dengan
aksara jawa √
√ √
√
Pada lanskap permukiman dapat diadopsi gaya arsitektur seperti bangunan keraton, baik dari konsep ruang maupun dapat digunakan bentuk atap tradisional.
Selain itu penerapan konsep bangunan keraton pada rumah tinggal dan penggunaan ornamen bercirikan keraton. Pada lanskap perkantoran dan
perdagangan dapat diterapkan konsep tata ruang keraton pada bangunan kantor dan juga penggunaan ornamen, softscape, dan hardscape yang bercirikan keraton.
Fasilitas publik yang belum menerapkan konsep lanskap keraton perlu menggunakan ornamen, softscape, dan hardscape yang bercirikan keraton.
Penataan pada lanskap jalan dengan menggunakan site furniture seperti lampu jalan, pergola, tempat sampah, atau paving yang mengadopsi gaya atau ornamen
yang bercirikan keraton serta penanaman tanaman lokal, seperti beringin, sawo kecik, tanjung, atau kepel. Berikut terdapat beberapa ilustrasi pada penataan
lanskap jalan yang disajikan pada Gambar 39.
a Sebelum penataan
b Setelah penataan Gambar 39. Penataan lanskap pada jalur pejalan kaki