17. Setinggil Kidul
Setinggil Kidul memiliki bentuk bangunan yang sangat berbeda dengan Setinggil Lor. Setinggil Kidul hanyalah bangunan Jawa dengan pendapa besar
dikelilingi oleh pagar besi yang menghadap Alun-alun Kidul tanpa adanya pagelaran seperti Sasana Sumewa. Setinggil Kidul dikelilingi oleh Jalan Supit
Urang Kidul dan terdapat dua buah meriam yang menghiasi Maruti, 2003. Saat ini kondisi Setinggil Kidul sangat tidak terawat, rumput-rumput sekitar nya sudah
tinggi dan banyak sampah yang bertebaran. Pada Setinggil Kidul terdapat dua buah gerbong kereta bekas yang dahulu digunakan oleh pihak keraton. Setinggil
Kidul dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Setinggil Kidul
18. Gapura Gading
Gapura Gading merupakan pintu keluar dari keraton bagian selatan. Gapura Gading merupakan sebuah gapura berwarna kuning gading, sesuai
namanya, dan terdapat lambang Radya Laksana pada bagian atas gapura Maruti, 2003. Gapura gading menghubungkan keraton dengan Jalan Veteran.
Bangunan tradisional Jawa merupakan bangunan yang menjadi dasar pada bangunan-bangunan Keraton Surakarta. Tata ruang bangunan tradisional Jawa
Tengah terdiri dari lima bagian ruang yaitu Pendapa, Pringgitan, Griya Ageng, Gandok dan Pawon. Keraton Surakarta menggunakan konsep bangunan yang
sama dengan tata ruang bangunan tradisional Jawa. Analogi bangunan di Keraton Surakarta dengan bangunan rumah tradisional Jawa disajikan pada Gambar 16.
Pandapa merupakan bangunan yang terletak paling depan dengan sakatiang sebagai penopangnya, pandapa biasanya dilengkapi dengan atap berbentuk
limasan dan digunakan sebagai tempat berkumpul maupun tempat menerima
tamu. Pringgitan adalah ruang penghubung antara Pendapa dengan Griya Ageng yang merupakan pusat maupun inti dari kegiatan keluarga di rumah. Griya Ageng
terbagi menjadi dua, bagian depan memiliki luasan lebih besar dan digunakan untuk ruang berkumpul keluarga, sedangkan bagian belakang terdiri dari tiga
ruangan, yaitu Krobongan, Senthong Tengenkanan dan Senthong Kiwakiri Setiawan, 2000. Selanjutnya, Gendok yang berada di sisi kiri dan kanan Griya
Ageng yaitu ruang yang digunakan sebagai kamar anggota keluarga dan Pawon ruang yang letaknya paling belakang yang merupakan sebuah dapur.
Gambar 16. Analogi Tata Letak Bangunan Keraton dan Rumah adat Sumber : Setiawan 2000
Terdapat lima bentuk atap pada bangunan pokok rumah adat Jawa, yaitu Panggungpe, Kampung, Tajug , Limasan dan Joglo. Hal ini diterapkan pada
bentuk bangunan di Keraton Surakarta, raja tidak diperbolehkan mendirikan bangunan tempat tinggal dengan atap limasan atau joglo atau kampung, melainkan
dengan sinom mangkurat untuk Sasana Prabasuyasa. Bangunan limasan maupun joglo digunakan untuk bangunan pelengkap saja Setiawan, 2000. Masing-