Kori Brajanala Kidul Arsitektur Bangunan dan Filosofi Keraton Surakarta

sawo kecik dipercaya menjadi pengharum alami dan buah sawo kecik sangat digemari oleh para putri keraton karena memiliki khasiat untuk mengharumkan tubuh dan konon daunnya dapat digunakan sebagai penurun penyakit kolesterol. Pohon sawo kecil hingga saat ini masih terjaga keberadaannya dan sangat terawat.

4. Alun-alun Kidul

Alun-alun Kidul berada tepat dihadapan Setinggil Kidul. Alun-alun Kidul hanya memiliki setengah luasan dari Alun-alun lor. Alun-alun kidul merupakan hamparan rumput hijau dengan sepasang pohon beringin yang berada tepat ditengah Alun-alun Kidul. Sama seperti Alun-alun Lor, halaman Alun-alun Kidul dahulu merupakan hamparan pasir yang berasal dari pantai selatan. Pada Alun- alun Kidul terdapat pula jalur pedestrian yang membelah sisi timur dan barat alun- alun. Saat ini Alun-alun Kidul kerap digunakan untuk area berwisata oleh warga Surakarta. Pada malam hari alun-alun sangat ramai oleh para pengunjung karena banyak terdapat penjual-penjual makanan di lingkungan Alun-alun Kidul ini, sehingga banyak sampah dan kotor.

4.1.3.4. Ornamen dan ragam hias Keraton Surakarta

Ornamen atau ragam hias adalah seni dekoratif yang digunakan untuk memperindah suatu bangunan. Ornamen dapat berupa ukiran maupun pahatan dari batu, kayu bahkan logam mulia. Sebuah bangunan memiliki ragam hias yang berbeda dan disesuaikan dengan bentuk maupun arsitektur pada bangunan tersebut. Pada Keraton Surakarta terdapat banyak bentuk ragam hias. Ragam hias pada keraton merupakan bentukan dua dimensi maupun tiga dimensi yang terinsprasi dari bentuk menyerupai flora dan fauna. Ragam hias pada keraton banyak dipengaruhi oleh ragam hias bercorak Hindu, Budha, Islam maupun Eropa. Ragam hias corak flora dan fauna ini dapat terlihat pada pilar-pilar bangunan maupun atap bangunan sebagai penambah nilai estetika dari bangunan Keraton Surakarta. Ragam hias pada keraton merupakan ukiran dan pahatan indah menggunakan material alami yaitu kayu. Kayu merupakan material yang banyak digunakan karena pada saat itu kayu merupakan material yang mudah didapatkan. Ragam hias pada keraton terbagi menjadi empat jenis yaitu, ragam hias tumbuhan, ragam hias ular naga, ragam hias burung dan Radya Laksana.

1. Ragam hias tumbuhan

Ragam hias tumbuhan merupakan ragam hias yang paling mendominasi di lingkungan Keraton Surakarta. Ragam hias tumbuhan juga mengalami stilasi, bagian yang diambil adalah buah, daun, maupun bunga saja. Ragam hias bunga teratai banyak digunakan dan digambarkan dengan sangat indah. Menurut Sunarman 2010, bunga teratai dianggap sebagai “bunga dari surga” atau nirwana dan keraton dianggap sebagai surga. Ragam hias dari stilasi daun menghiasi pilar- pilar dinding pada bangunan keraton. Pada pilar terdapat ornamen daun yang merambat keatas dikenal dengan istilah sulur-suluran Gambar 20. Gambar 20. Sulur-suluran Masyarakat Jawa mengenal falsafah hidup “kiblat papat lima pancer” yang berarti empat penjuru dan berpusat di tengah yaitu pancer. Bahwa sesuatu yang terarah pada Maha Kuasa harus menjadi satu “pancer” menyatunya segala sesuatu pada diri kita untuk menuju pada Tuhan. Hal ini diterapkan pada ragam hias bunga yang berpusat ditengah. Selain bunga ada juga ragam hias wajikan. Ragam hias ini merupakan ragam hias yang berbentuk stilasi daun dan memusat menuju pancer. Bentuk ragam hias wajikan adalah geometris dan menyerupai belah ketupat sehingga dinamakan wajikan.

2. Ragam hias ular naga

Ragam hias ular naga merupakan perlambangan ragam hias yang terispirasi dari hewan naga yang memiliki bentuk panjang dan pada bagian kepala naga merupakan bagian yang banyak digunakan. Ragam hias ular naga digunakan sebagai penghias keraton dan untuk menghiasi singgasana Sinuhun Paku Buwana yang berada di Setinggil Lor dan disajikan pada Gambar 21.