Lanskap Perkantoran dan Perdagangan

Terdapat tujuh buah taman kota di Surakarta, diantaranya Taman Sriwedari dan Taman Balekambang yang memiliki nilai kesejarahan yang tinggi karena terbentuk pada masa pemerintahan Keraton Surakarta. Keberadan taman kota di Surakarta memiliki tatanan lanskap yang mengadopsi gaya arsitektur Keraton Surakarta seperti bentuk bangunan, ragam hias maupun penggunaan tanaman-tanaman ciri khas keraton. Fasilitas umum berupa stasiun dan terminal memiliki nilai pengaruh yang sedang. Terdapat empat stasiun kereta api di Kota Surakarta, keempat stasiun yang didirikan oleh Belanda tersebut memiliki gaya arsitektur Indis. Sedangkan pada Terminal Tirtonadi, bangunan mengadopsi bentuk atap tradisional dan digunakan ragam hias serta tanaman ciri khas keraton. Kota Surakarta memiliki fasilitas dibidang kesehatan yang cukup memadai dengan keberadaan 13 unit rumah sakit yang tersebar di penjuru kota. Pada lanskap sarana pendidikan jarang digunakan konsep tata ruang maupun arsitektur bangunan yang menyerupai Keraton Surakarta. Namun dalam penataan lanskap banyak ditemukan kesamaan pada desain elemen-elemen lanskap seperti ornamen dan juga tanaman-tanaman lokal. Pada tempat ibadah yang meliputi masjid, gereja, klenteng maupun vihara memiliki nilai kesejarahan yang cukup kuat dengan keraton. Keraton sebagai kerajaan Islam memberi pengaruh kepada masyarakat dalam memperkenalkan agama Islam. Sehingga banyak didirikan masjid pada masa itu. Masjid-masjid yang didirikan menggunakan gaya arsitektur tradisional dengan sentuhan ornamen seperti ukiran yang diadopsi dari Keraton Surakarta. Pada masjid-masjid yang baru didirikan juga banyak mengadopsi bentukan atap maupun ornamen dari Keraton Surakarta. Dalam perkembangannya, posisi atau sebaran dari lanskap fasilitas umum sudah tidak lagi mengadopsi konsep tata ruang yang digunakan oleh Keraton Surakarta. Lanskap fasilitas umum tersebar keseluruh penjuru kota, namun keberadaan fasilitas umum lebih banyak berada pada Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Jebres. Hal ini dikarenakan kedua kecamatan tersebut memiliki luasan yang lebih besar dibanding kecamatan lainnya. Nilai pengaruh dari konsep lanskap Keraton Surakarta terhadap lanskap fasilitas umum kota adalah kuat sebesar 8, pengaruh sedang sebesar 65 dan pengaruh rendah sebesar 26.

4.4.1.4 Lanskap Jalan

Lanskap jalan terdiri atas jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal maupun jalan setapak. Dalam penilaian pada lanskap jalan ini dilakukan penilaian pada dua jenis jalan yang dapat menjadi perwakilan dari lanskap kota, yaitu jalan arteri dan jalan lokal. Jalan arteri terdiri dari Jalan Selamet Riyadi, Jalan Ahmad Yani, Jalan Tentara Pelajar dan Jalan Ir. Sutami. Jalan kolektor terdiri dari Jalan Veteran, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Dr. Rajiman, Jalan Kolonel Sugiono, Jalan Kapten Tendean, Jalan Diponegoro, Jalan Honggowongso, Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Jendral Sudirman, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan May Sunaryo, Jalan Brigjen Katamso dan Jalan Mr. Sartono. Terdapat 18 ruas jalan yang tersebar di lima kecamatan di Kota Surakarta. Penilaian dilakukan dengan kriteria yang disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis pada elemen lanskap jalan disajikan pada Tabel 10 dan secara spasial disajikan pada Gambar 34. Tabel 10. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Jalan Nama Jalan Kriteria Total Asosiasi Kesejarahan Kesamaan jenis, desain dan ragam hias Kesamaan jenis elemen lunak Jalan Arteri Jl. Slamet Riyadi 1.2 0.9 0.9 3 Jl. Ahmad Yani 1.2 0.6 0.6 2.4 Jl. Tentara Pelajar 1.2 0.6 0.6 2.4 Jl. Ir. Sutami 1.2 0.6 0.9 2.7 Jalan Kolektor Jl. Veteran 1.2 0.6 0.9 2.7 Jl. Kapt. Mulyadi 1.2 0.6 0.6 2.4 Jl. May Sunaryo 1.2 0.9 0.9 3 Jl. Jend. Sudirman 1.2 0.9 0.9 3 Jl. Honggowongso 1.2 0.6 0.6 2.4 Jl. Dr. Rajiman 1.2 0.9 0.9 3 Jl. Adi Sucipto 0.4 0.9 0.9 2.2 Jl. Diponegoro 1.2 0.9 0.9 3 Jl. Urip Sumoharjo 1.2 0.3 0.3 1.8 Jl. Kapt. Tendean 0.8 0.3 0.3 1.4 Jl. Kol. Sugiono 0.8 0.3 0.3 1.4 Jl. Mr. Sartono 0.8 0.3 0.3 1.4 Jl. Brigjen Katamso 1.2 0.3 0.3 1.8 Jl. Perintis Kemerdekaan 0.8 0.9 0.9 2.6 Keterangan : Skor 1-1,7 = Rendah ; Skor 1,8-2,4 = Sedang; Skor 2,5-3 = Tinggi Hasil analisis skoring pada ruas jalan didapatkan nilai pengaruh kuat pada ruas Jalan Slamet Riyadi, Jalan Dr. Rajiman, Jalan Ir. Sutami, Jalan Veteran, Jalan May Sunaryo, Jalan Jendral Sudirman, Jalan Diponegoro dan Jalan Perintis Kemerdekaan. Sedangkan nilai pengaruh sedang didapatkan pada Jalan A. Yani, Jalan Tentara Pelajar, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Honggowongso, Jalan Adi Sucipto, Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan Kolonel Sugiono. Pengaruh rendah didapatkan pada Jalan Kapten Tendean, Jalan Mr. Sartono dan Jalan Brigjen Katamso. Jalan di Kota Surakarta memiliki nilai sejarah yang tinggi dengan Keraton Surakarta, karena sebagian besar jalan-jalan tersebut terbentuk pada masa pemerintahan Keraton Surakarta. Selain nilai kesejarahan yang kuat, ruas jalan di Kota Surakarta juga ditata dengan baik. Penataan jalan di kota banyak menggunakan site furniture dengan ciri khas ornamen keraton, seperti pada lampu jalan, hiasan dinding pada jalur pejalan kaki, tempat duduk, pergola, petunjuk jalan, tempat sampah dan lainnya. Pada elemen lunak, banyak digunakan tanaman seperti pohon sawo kecik Manilkara kauki, pohon beringin Ficus benjamina maupun pohon tanjung Mimusophs elengi. Pada lanskap jalan dengan nilai pengaruh sedang, jarang ditemukan site furniture dengan ornamen ciri khas keraton dan masih belum tertata dengan baik. Sehingga diperlukan penataan pada lanskap jalan yang memiliki nilai pengaruh sedang. Pemerintah Kota Sura karta mengembangkan sebuah program yaitu ”Solo city walk” di sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Jalan Slamet Riyadi merupakan sebuah jalan arteri yang dikembangkan oleh Pemerintah Kota Surakarta sebagai objek wisata, sehingga dalam penataannya banyak digunakan site furniture yang indah dan dapat menunjang kenyamanan bagi pengguna jalan. Kondisi Jalan Slamet Riyadi disajikan pada Gambar 35. a Pergola pada jalur pejalan kaki b Vegetasi pada jalur jalan Gambar 35. Lanskap Jalan Slamet Riyadi

4.4.2. Analisis Pola Sebaran Lanskap Kota Surakarta

Pengaruh Lanskap Keraton Surakarta terhadap Kota Surakarta dapat dilihat dari gabungan hasil analisis skoring pada masing-masing elemen lanskap, yaitu lanskap permukiman, lanskap perkantoran dan perdagangan, lanskap fasilitas publik dan lanskap jalan. Hasil penilaian terhadap pada keempat elemen dapat disajikan pada Gambar 36. Hasil analisis pada lanskap permukiman pengaruh kuat sebesar 52 kuat, 9 sedang dan 39 pengaruh rendah. Pada lanskap perkantoran dan perdagangan didapatkan nilai pengaruh kuat sebesar 64, pengaruh sedang sebesar 31 dan pengaruh rendah sebesar 5. Lanskap fasilitas umum memiliki nilai pengaruh kuat sebesar 8, sedang 65 dan kuat sebesar 26. Secara keseluruhan pengaruh Keraton Surakarta terhadap Kota Surakarta tersebar pada luasan sebesar 41 pengaruh kuat, pengaruh sedang 35 dan 24 pengaruh rendah. Peta sebaran pengaruh keraton terhadap lanskap Kota Surakarta disajikan pada Gambar 36. Analisis skoring pada elemen-elemen lanskap kota didapatkan bahwa lanskap yang masih memiliki pengaruh kuat dari Keraton Surakarta tersebar pada wilayah selatan Kota Surakarta. Pengaruh lanskap semakin rendah pada bagian utara kota. Sungai Kalianyar secara tidak langsung telah menjadi batas pemisah pada kota Surakarta. Pada bagian selatan Kalianyar merupakan awal dari Kota Surakarta dan dapat dikatakan sebagai bagian “Surakarta lama”, sedangkan pada bagian utara Kalianyar merupakan wilayah perkembangan baru. Keraton Surakarta terletak pada Kecamatan Pasar Kliwon yang berada pada wilayah selatan kota dan memiliki daerah kekuasaan yang berkembang ke arah barat. Sehingga pada wilayah selatan mendapatkan pengaruh yang besar baik dari nilai kesejarahan maupun dalam tatanan lanskap. Dalam perkembangannya, wilayah selatan kota merupakan pusat dari segala aktifitas masyarakat, karena perkembangan infrastruktur, fasilitas kota dan kegiatan perekonomian berkembang pesat pada wilayah selatan. Wilayah utara merupakan wilayah pemekaran kota sehinggga keberadaan sarana dan prasarana kota belum cukup memadai pada wilayah tersebut. Terjadi pembangunan yang tidak seimbang antara Kota Surakarta bagian selatan dengan bagian utara.