terbuka dengan atap menyerupai joglo Maruti,2003. Gapura dan Bangsal Pamurakan merupakan tempat penyembelihan hewan dan tempat pembagian
daging bagi mereka yang berhak mendapatkan bagian dari daging pemotongan tersebut. Dahulu Bangsal Pamurakan juga digunakan sebagai tempat berteduh
bagi kendaraan tamu yang ingin menemui raja. Bangsal Pamurakan saat ini telah direnovasi dan dijadikan sebagai kios
kios berjualan cindramata maupun buku bekas. Selain direnovasi juga sudah banyak didirikan kios-kios berjualan yang menyerupai bangunan Bangsal
Pamurakan, sehingga sulit untuk melihat bentukan asli dari Bangsal Pamurakan. Hal ini juga disebabkan karena banyak tenda-tenda penjual yang didirikan tidak
beraturan.
3. Pagelaran Sasana Sumewa
Dalam bahasa Jawa, sasana berarti tempat. Sasana Sumewa merupakan suatu tempat pemerintahan para patih dalem dan juga bawahannya. Keberadaan
Sasana Sumewa merupakan sebuah perlambangan bahwa adanya kekuasaan raja yaitu tata aturan pemerintahan di Keraton Surakarta. Bangunan ini memiliki 48
buah pilarsaka. Jumlah tiang tersebut merupakan sebuah pertanda bahwa Sasana Sumewa didirikan pada saat Sinuhun Pakubuwana X berumur 48 tahun. Pada
bagian tengah Sasana Sumewa terdapat sebuah bangsal kecil yang bernama bangsal Pangrawit yang digunakan sebagai tempat duduk raja pada saat
dilaksanakan acara-acara keraton. Di hadapan Sasana Sumewa terdapat sebuah tugu besar. Tugu ini
merupakan tugu peringatan 200 tahun keberadaan serta berdirinya Keraton Surakarta Nitinegoro, 2011. Pada saat ini Sasana Sumewa dijadikan tempat
kegiatan yang tidak bersifat resmi bahkan pada saat ini, Sasana Sumewa kerap digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi para pengunjung yang mengunjungi
Keraton Surakarta.
4. Setinggil LorUtara
Nitinegoro 2011 menyatakan bahwa Setinggil, dalam bahasa Jawa berarti tanah yang lebih tinggi. Kori wijil pintu keluar merupakan sebuah pintu dengan
undakan tangga sebelum memasuki Setinggil. Setinggil dikelilingi oleh pagar besi yang berfungsi sebagai pagar. Terdapat delapan buah meriam yang menghadap ke
utara dan berjejer dari timur sampai barat. Meriam-meriam ini adalah peninggalan Belanda yang diletakkan sebagai simbol pertahanan. Setinggil memiliki beberapa
bangunan, yaitu bangsal Sewayana dan didalamnya terdapat bangsal Manguntur Tangkil, yaitu merupakan tempat duduk raja yang digunakan pada saat diadakan
acara besar. Pada komplek Setinggil terdapat bangunan dengan gaya arsitektur barat seperti pada bangsal Bale Bang di Gambar 9 yang menampilkan bentuk pilar
pengaruh barat.
Gambar 9. Bangsal Bale Bang Pada Setinggil juga terdapat bangsal atau bale yang digunakan sebagai
tempat menyimpan pusaka-pusaka kramat keraton, diantara lain ada Bale Manguneng, Bale Angun-angun dan juga Bangsal Balembang. Pintu keluar
Setinggil dikelilingi oleh tembok aling-aling, kemudian terdapat tangga turun dari barat dan timur. Tangga dari barat disebut dengan Kori Mangu, sedangkan dari
timur disebut Kori Renteng.
5. Kori Brajanala Lorutara
Kori Brajanala terletak di selatan Setinggil. Kori Brajanala dibangun bersamaan dengan pembangunan tembok keliling Baluwerti atau Cepuri atau
benteng yang semula hanya dibangun menggunakan bambu. Kori Brajanala berasal dari kata braja yang artinya senjata tajam dan nala berarti hati. Kori
Brajanala memiliki arti dan filsafah, siapa yang ingin memasuki keraton harus memiliki ketajaman hati.
Kori Brajanala merupakan bangunan beratap limas yang memiliki dua buah ruang yang digunakan para prajurit raja untuk berjaga dan terdapat sebuah
menara dengan lonceng sebagai penunjuk waktu Maruti, 2003. Di dalam Kori Brajanala terdapat dua buah bangsal, pada bagian luar disebut Bangsal Brajanala
dan pada bagian dalam disebut Bangsal Wisamarta. Wisa memiliki arti upas dan
marta berarti penawar. Bangsal Wisamarta memiliki makna sebelum masuk ke keraton maka hendaknya menghilangkan maksud-maksud yang tidak baik. Pada
saat ini Setelah melewati Kori Brajanala terdapat sebuah halaman luas dengan perkerasan aspal menuju Kori Kamandungan. Terdapat dua pintu gerbang sebelah
timur dan barat halaman Kamadhungan, di sebelah barat bernama Lawang Gapit Kulon dan di sebelah timur bernama Lawang Gapit Wetan.
6. Kori Kamandhungan