Barang Dagangan Relasi Gender Pada Keluarga Perempuan Pedagang Di Pasar Klewer

diatasnamakan oleh suami, dan dua orang anaknya, beliau mengatakan bahwa : “Saya punya 3 kios, yang satu kios atas nama anak perempuan saya, satu kios lagi atas nama anak laki- laki saya dan satu kios lagi atas nama suami saya, jika nanti anak saya yang ketiga sudah dewasa, maka kios yang atas nama suami saya akan saya balik nama ke anak saya. Hal ini dikarenakan saya dan suami nantinya ingin mewariskan masing-masing anak kami sebuah kios. Supaya adil nantinya.” wawancara tanggal 14 April 2010 Dan 3 informan lainnya mengatakan bahwa mereka tidak memiliki kios tersebut sehingga pengatasnamaan masih dimiliki oleh pemegang aslinya, 2 informan yakni Ibu TM dan Ibu Nr berstatus mengontrak kios mereka, sedangkan Ibu IK menempati kios yang dimiliki oleh ibunya. semuanya sama menjawab bahwa manfaat dari kepemilikan kios tersebut selain digunakan sebagai tempat berdagang juga digunakan sebagai jaminan di bank untuk memperoleh pinjaman sebagai tambahan modal bagi usaha mereka.

c. Barang Dagangan

Barang dagangan merupakan aset yang penting dan vital bagi keberlangsungan kagiatan perdagangan seorang pedagang. Secara khusus pengelolaan atas barang dagangan memang tidak memerlukan suatu keahlian tertentu, aktivitaskagiatan ini hanya memerlukan ketelitian dan ketelatenan. Faktor kebiasaan dan kemampuan membaca situasi juga turut mempengaruhi keberhasilan seorang pedagang dalam melakukan pengelolaan suatu barang dagangan. Sebanyak 4 dari 10 informan mengatakan kalau pengelolaan atas barang dagangan di kiosnya dilakukan oleh Ibu istri, seperti yang terjadi pada Ibu SM, Ibu TM, Ibu IK dan Ibu St, untuk 2 informan yakni Ibu SM dan Ibu St mengatakan bahwa: “Karena saya yang kulakan barang dan saya jugalah yang lebih tahu akan keadaan pasar dibandingkan suami saya, maka sayalah yang melakukan pengelolaan barang dagangan.” wawancara tanggal 5 dan 12 April 2010 Sedangkan 2 informan lagi dikarenakan mereka bekerja di pasar sendiri tanpa didampingi suami sehingga merekalah yang tahu tahu akan kondisi pasar, karena merekalah yang ada di pasar. Sebanyak 4 informan mengatakan kalau pengelolaan atas barang dagangan dilakukan berdua antara suami dan istri, hal inilah yang terjadi pada Ibu SW, Ibu Nr, Ibu R dan Ibu NS, untuk Ibu SW dan Ibu NS dikarenakan keduanya mengelola kios yang berbeda sehingga masing- masing dari mereka mengelola dan bertanggungjawab terhadap kios masing-masing. Sedangkan alasan Ibu Nr supaya dia dan suami lebih terbuka dan transparan terhadap kegiatan perdagangan di kios mereka. Pada Ibu R meskipun sang suami tidak ikut di pasar namun sang suami tetap ikut melakukan pengelolaan karena usaha yang ia miliki ini pada awalnya didirikan oleh suaminya, sedang Ibu R hanya tinggal meneruskannya. Seorang informan yakni Ibu Sr mengatakan bahwa : “Pengelolaan barang daganga dilakukan bertiga antara saya dan dua pegawai yang juga cucu saya, soale aku iki kan wis tuwo tho mbak, aku ra kuat yen kudu ngurusi dagangan dewe, aku kesel yen kudu ngurusi dagangan dewe, dadine aku diewangi karo putu-putuku mbak.” wawancara tanggal 8 April 2010 Dan seorang informan terakhir yakni Ibu HR mengatakan kalau pengelolaan atas barang dagangan dilakukan oleh anak perempuannya, karena memang semua aktivitas di pasar sebagian besar telah diserahka kepada anak perempuannya tersebut.

d. Pegawai