oleh peraturan yang ada dalam keluarga, sehingga mereka membebaskan setiap anggota keluarganya.
b. Pemilihan Menu
Pemilihan menu biasa dilakukan sehari sebelum kegiatan memasak dilakukan. Rata-rata pemilihan menu ditawarkan
kepada semua anggota keluarganya, kerena tidak semua anggota keluarga setuju dengan menu yang dimasak. Jika
sudah begitu biasanya masakanpun tidak habis dimakan. Bahkan terkadang pemilihan menu menjadi pekerjaan yang
sulit karena masakan yang ditawarkan hanya berkisar pada jenis yang itu-itu saja.
Untuk keperluan pemilihan menu 7 dari 10 informan mengatakan kalau pemilihan menu secara dominan dilakukan
oleh ibu, tapi dengan catatan para ibu tersebut juga menawarkannya kepada anggota keluarganya yang lain, baik
anak maupun suami, bahkan di keluarga Ibu SM beliau juga terkadang mendiskusikannya dengan pembantunya. Sebagai
contohnya yang dikatakan oleh Ibu SW, beliau mengatakan: “yang memilih menu itu saya sama anak perempuan
saya mbak, soalnya kalau ibu itu kan lebih tahu apa selera dari suami-suaminya, tapi sok-sok yo aku taren-
tarenan karo bojo lan putu-putuku mbak, sesuk pengene dimasakne opo ngono.”
wawancara tanggal 7 April 2010
Sedangkan 2 informan mengatakan kalau pemilihan menu dilakukan oleh semua anggota keluarga, hal ini terjadi
pada keluarga Ibu NS dan Ibu HR, bahkan di keluarga Ibu HR para pembantu juga berhak untuk memilih menu, dikatakan
oleh beliau bahwa menu keluarganya majikan dengan para pembantunya berbeda, karena keluarga Ibu HR beragama
katolik sedangkan pembantunya adalah seorang muslim. Sedangkan seorang informan terakhir yakni Ibu Nr
mengatakan kalau ia tidak pernah memasak, mengingat ia hanya tinggal berdua dengan suaminya, karena memang
mereka belum dikaruniai anak, sehingga beliau merasa malas jika harus memasak hanya untuk 2 orang, makan di warung
menjadi solusi keluarga ini, selain tidak direpotkan dengan urusan memasak mereka juga bebas menentukan sendiri akan
apa yang ingin mereka makan.
c. Memasak