G. DEFINISI KONSEPTUAL
1. Gender
1.1 Definisi Gender Istilah “gender” pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller
1968 untuk memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang bersifat sosial budaya dengan pendefinisian yang
berasal dari ciri-ciri fisik biologis. Dalam ilmu sosial orang yang juga sangat berjasa dalam mengembangkan istilah dan pengertian gender ini
adalah Ann Oakley 1972. Sebagaimana stoller, Oakley mengartikan gender sebagai konstruksi sosial atau atribut yang dikenakan pada
manusia yang dibangun oleh kebudayaan manusia. Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia dan Women
Support Project II CIDA dalam Riant Nugroho, 2008:3 Pada sumber lain, Oakley 1972 dalam Sex, Gender and Society
menuturkan bahwa gender berarti perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis merupakan perbedaan jenis
kelamin sex adalah kodrat Tuhan maka secara permanen berbeda dengan pengertian gender. Gender merupakan behavioral differences
perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial, yakni perbedaan yang bukan ketentuan Tuhan melainkan
diciptakan oleh manusia bukan kodrat melalui proses sosial dan cultural yang panjang. Dalam The Cultural Construction of Sexuality
sebagaimana yang diuraikan oleh Caplan 1987 bahwa behavioral
differences perbedaan perilaku antara perempuan dan laki-laki bukanlah sekedar biologis, namun melalui proses cultural dan sosial.
Dengan demikian, gender dapat berubah dari tempat ke tempat, dari waktu ke waktu, bahkan dari kelas ke kelas, sedangkan jenis kelamin
biologis akan tetap tidak berubah Mansour Fakih dalam Riant Nugroho, 2008:3.
Sementara itu, Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia mengartikan gender adalah peran-peran sosial
yang dikonstruksi oleh masyarakat, serta tanggungjawab dan kesempatan laki-laki dan perempuan yang diharapkan masyarakat agar
peran-peran sosial tersebut dapat dilakukan oleh keduanya laki-laki dan perempuan. Gender bukanlah kodrat maupun ketentuan Tuhan,
oleh karena itu gender berkaitan dengan proses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai
dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya di tempat mereka berada. Dengan kata lain, gender adalah pembedaan
antara perempuan dan laki-laki dalam peran, fungsi, hak, perilaku yang dibentuk oleh ketentuan sosial dan budaya setempat Riant Nugroho,
2008:4. Sedangkan konsep gender lainnya sebagaimana yang diungkapkan
oleh Mansour Fakih dalam bukunya Analisis Gender Transformasi Sosial adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun
perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun cultural. Misalnya,
bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional atau keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan
perkasa. Ciri dari sifat itu merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut,
keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, dan perkasa Riant Nugroho, 2008:4.
Dari berbagai definisi gender di atas maka dapat disimpulkan bahwa gender adalah suatu konstruksi atau bentuk sosial yang
sebenarnya bukan bawaan lahir sehingga dapat dibentuk atau diubah tergantung tempat, waktuzaman, sukurasbangsa, budaya, status
sosial, pemahaman agama, negara, ideologi, politik, hukum, dan ekonomi. Oleh karenanya, gender bukanlah kodrat Tuhan, melainkan
buatan manusia yang dapat dipertukarkan dan memiliki sifat relatif. Hal tersebut bisa terdapat pada laki-laki maupun pada perempuan.
Sedangkan jenis kelamin sex merupakan kodrat Tuhan ciptaan Tuhan yang berlaku di mana saja dan sepanjang masa yang tidak
dapat berubah dan dipertukarkan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
1.2 Ketimpangan Gender