pariwisata domestik atau penyeberangan orang-orang pada tapal batas suatu negara pariwisata internasional. Proses berpergian ini mengakibatkan terjadinya
interaksi dan hubungan-hubungan, saling pengertian insani, persepsi, motivasi, kepuasan, dan lain-lain diantara sesama pribadi atau antar kelompok.
Pariwisata juga disebut sebagai industri yang mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1969, ketika disadari bahwa industri pariwisata merupakan
usaha yang dapat memberikan keuntungan pada pengusahanya. Sehubungan dengan itu Pemerintah Republik Indonesia sejak dini mengeluarkan Instruksi
Presiden No. 9 Tahun 1969 tanggal 6 Agustus 1969 menyatakan bahwa, usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri
pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara Yoeti 1985. Selain itu, Undang-
Undang No. 9 Tahun 1990 menjelaskan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik
wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
2.4 Ekowisata
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang
bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat
Fandeli dan Mukhlison 2000. Ekowisata yang berasaskan konservasi terhadap keanekaragaman hayati dan ekositemnya merupakan prinsip yang penting dalam
visi ekowisata, ditambah dengan pemberdayaan masyarakat lokal dan pembangunan ekonomi kerakyatan dapat menjadi landasan pengembangan untuk
merumuskan misi. Misi ekowisata dapat dijabarkan melestarikan alam dengan mengkonversi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Penciptaan lapangan kerja setempat, pengembangan ekonomi kerakyatan serta peningkatan pendapatan lokal maupun
regional secara adil dapat dirumuskan sebagai strategi pengembangan ekowisata yang menentukan kewilayahannya berlandaskan ekosistem dan kesatuan
pengelolaannya. Ciri-ciri ekowisata menurut Fandeli dan Mukhlison 2000
mengandung unsur-unsur utama yaitu, konservasi, edukasi dan pemberdayaan outbound, serta pemberdayaan masyarakat setempat.
2.5 Nilai Ekonomi Kawasan Wisata
Fauzi 2004 menyatakan bahwa pengertian nilai atau value, khususnya yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya alam dan
lingkungan memang bisa berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, diperlukan suatu persepsi yang sama untuk penilaian ekosistem
tersebut. Salah satu cara yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian harga pada barang dan jasa yang
dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan. Secara umum, nilai ekonomi didefenisikan sebagai pengukuran jumlah
maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa yang diinginkan. Secara formal, konsep ini disebut dengan
keinginan membayar willingness to pay seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan
pengukuran ini , nilai ekosistem bisa “diterjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi
dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa Fauzi 2004.
2.6 Travel Cost Method TCM
Travel Cost Method Metode Biaya Perjalanan sebagai suatu metode yang digunakan untuk menilai suatu sumberdaya yang tidak memiliki nilai pasar non-
market resources dapat memodelkan permintaan terhadap jasa lingkungan yang berupa kegiatan rekreasi Haab dan McConnell 2002. Menurut Fauzi 2004,
Metode Biaya Perjalanan TCM digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka outdoor recreation, seperti memancing,
berburu, hiking, dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji tentang semua biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat
rekreasi yang diinginkan Secara umum, ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan
nilai ekonomi berdasarkan TCM, yaitu: 1.
Pendekatan sederhana melalui zonasi.
2. Pendekatan Individual Travel Cost Method ITCM dengan menggunakan
data sebagian besar dari survei. Haab dan McConnel 2002, menyatakan bahwa dalam melakukan valuasi
dengan metode TCM, ada dua tahap kritis yang harus dilakukan, yaitu pertama, menentukan perilaku model itu sendiri dan kedua, menentukan pilihan lokasi.
Fokus pertama menyangkut apakah TCM yang dibangun harus ditentukan dulu fungsi preferensinya secara hipotesis, setelah itu baru membangun model
perilakunya behavioural model, atau apakah model perilaku langsung ditetapkan. Fokus kedua berkaitan dengan apakah kita harus melakukan
pemodelan untuk semua atau beberapa tempat sebagai suatu model. Penentuan fungsi permintaan untuk kunjungan ke suatu tempat wisata dengan pendekatan
ITCM menggunakan teknik ekonometrik. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat wisata akan dipengaruhi oleh biaya perjalanan travel cost
dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang berkemiringan negatif.
Menurut Haab dan McConnel 2002, agar penilaian terhadap sumberdaya alam melalui TCM tidak bias, fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi
dasar: 1.
Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi.
2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas ataupun
disutilitas. 3.
Perjalanan merupakan perjalanan tunggal bukan multi-trips.
2.7 Demand Wisata
Morley 1990 dalam Ross 1998 menyatakan permintaan akan pariwisata tergantung pada ciri-ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur, motivasi, dan
watak. Ciri-ciri tersebut akan mempengaruhi kecenderungan orang untuk berpergian mencari kesenangan, ketenangan, dan kenyamanan bagi pribadi
masing-masing. Permintaan wisata juga ditentukan oleh karakteristik tempat tujuan wisata, biaya perjalanan, jarak tempuh, tingkat pendapatan, dan daya
tariknya. Kebijaksanaan dan tindakan pemerintah dapat meningkatkan atau