Kesediaan Membayar Pengunjung WTP

Tabel 6.9 memperlihatkan nilai rataan WTP pengunjung terhadap tarif masuk gedung herbarium adalah sekitar Rp. 2000. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung bersedia membayar tarif masuk gedung herbarium hingga Rp. 2000, dengan harapan pengelola dapat meningkatkan jumlah koleksi tanaman dan memperluas bangunan herbarium. Nilai rataan WTP pengunjung masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tarif yang diinginkan pengelola, karena kondisi gedung herbarium saat ini belum sesuai dengan harapan pengunjung. Gedung herbarium relatif kecil dan tidak terawat, serta koleksi tanaman masih sangat sedikit. Nilai WTP pengunjung bisa mendakati tarif yang diinginkan pengelola, yaitu sebesar Rp. 6.000 jika pengelola melakukan pengembangan sesuai dengan harapan pengunjung. Saat ini tidak ada tarif masuk yang dikenakan untuk atraksi wisata gedung herbarium. Hal ini karena sedikitnya koleksi herbarium yang ada, kurang luasnya bangunan, dan tidak terawatnya kondisi bangunan. Kondisi ini membuat pengunjung tidak tertarik untuk datang mengunjungi atraksi wisata ini, sehingga atraksi wisata ini hanya dibuka pada saat-saat tertentu. Pengelola bisa menerapkan tarif masuk untuk atraksi gedung herbarium sebesar nilai rataan WTP pengunjung, yaitu sekitar Rp. 2.000 untuk menarik minat pengunjung. Penetapan tarif masuk ini harus diiringi dengan pengembangan lokasi sesuai harapan pengunjung, sehingga dapat menarik minat pengunjung.

6.3 Manfaat Ekonomi bagi Masyarakat dan Kegiatan Konservasi

Pengembangan TWA Rimbo Panti dapat memberikan dampak positif dan negatif, baik terhadap lingkungan maupun kondisi sosial masyarakat. Dampak positif dan negatif dari pengembangan TWA Rimbo Panti meliputi banyak aspek dari kondisi lingkungan dan sosial masyarakat. Salah satu dampak positif pengembangan TWA Rimbo Panti terlihat dari manfaat ekonomi yang dirasakan masyarakat dan kegiatan konservasi pada cagar alam.

6.3.1 Manfaat Ekonomi Bagi Masyarakat

Persepsi masyarakat sekitar, unit usaha dan tenaga kerja di TWA Rimbo Panti perlu diketahui karena merupakan pihak yang langsung merasakan manfaat dari pengembangan wisata. Tabel 6.10 menyajikan persepsi responden masyarakat, unit usaha, dan tenaga kerja terhadap pengembangan TWA Rimbo Panti. Tabel 6.10 Persepsi responden masyarakat sekitar, unit usaha, dan tenaga kerja terhadap pengembangan TWA Rimbo Panti Tahun 2013 Manfaat yang dirasakan Masyarakat Unit Usaha Tenaga Kerja Jumlah ∑ ∑ ∑ ∑ Rata-Rata 1. Membuka lapangan pekerjaan 11 55,00 9 60,00 8 53,33 28 56,11 2. Peningkatan pendapatan 7 35,00 3 20,00 5 33,33 15 29,44 3. Menjaga kondisi lingkungan 0,00 1 6,67 1 6,67 2 4,45 4. Menghasilkan udara bersih 0,00 2 13,33 1 6,67 3 6,67 5. Peningkatan PAD 2 10,00 0,00 0,00 2 3,33 Jumlah 20 100,00 15 100,00 15 100,00 50 100,00 Sumber: Data primer 2013 Tabel 6.10 memperlihatkan lebih dari 50 responden masyarakat, unit usaha, dan tenaga kerja menyatakan manfaat yang dirasakan dari pengembangan wisata di Cagar Alam Rimbo Panti adalah peningkatan lapangan kerja, yaitu masing-masing sebanyak 55, 60, dan 53,33 responden. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang membuka unit usaha seperti warung makan, penginapan, berdagang asongan, dan lainnya ketika kawasan wisata tersebut mulai dikembangkan dan ramai dikunjungi wisatawan. Pengembangan kawasan wisata juga akan menyerap tenaga kerja untuk kegiatan operasional. Sangat sedikit dari responden yang menyatakan dampak yang terkait dengan lingkungan. Hal ini karena pola pikir dan faktor ekonomi dari responden yang masih rendah. Mereka hanya memikirkan untuk memperoleh penghasilan lebih besar dengan adanya pengembangan TWA Rimbo Panti. Secara umum, responden masyarakat, unit usaha, dan tenaga kerja menyatakan bahwa pengembangan kawasan wisata dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Pengembangan TWA Rimbo Panti membuka peluang bagi masyarakat untuk memiliki usaha dan bekerja sebagai pekerja di unit usaha tersebut. Manfaat ini juga dirasakan oleh masyarakat di luar kawasan Panti, meskipun masih sedikit masyarakat yang dapat merasakan manfaat tersebut. Tabel 6.11 Dampak keberadaan TWA Rimbo Panti bagi masyarakat sektor wisata Penyerapan Dampak Peluang Kerja Total Masyarakat Sekitar Panti Masyarakat Luar Panti Pemilik Unit Usaha 11 4 15 Tenaga Kerja 13 2 15 Jumlah 24 6 30 Sumber: Data primer 2013 Tabel 6.11 menunjukkan bahwa dari total pemilik usaha dan penyerapan tenaga kerja karena adanya TWA Rimbo Panti lebih besar dirasakan oleh masyarakat sekitar Panti jika dibandingkan masyarakat di luar Panti. Sebanyak 11 pemilik unit usaha merupakan masyarakat sekitar Panti dan sisanya dimiliki oleh masyarakat di luar panti. Begitu pula dengan tenaga kerja, sebanyak 13 orang tenaga kerja juga berasal dari sekitar Panti dan hanya dua orang yang merupakan masyarakat luar Panti. Beragam jenis unit usaha yang muncul dengan keberadaan TWA Rimbo Panti dapat dilihat pada Tabel 6.12 berikut: Tabel 6.12 Jumlah unit usaha dan jenis usaha di TWA Rimbo Panti No Jenis Usaha Jumlah 1. Warung Makan 3 2. Kios Makanan 5 3. Warung Kopi 1 4. Pedagang Asongan 3 5. Penginapan 2 6. Toilet Umum 1 Total 15 Sumber: Data primer 2013 Tabel 6.12 menunjukkan jumlah unit usaha dan jenis usaha apa saja yang ada di TWA Rimbo Panti. Unit usaha ini mulai dibuka setelah adanya TWA Rimbo Panti. Pemilik unit usaha sudah memiliki pekerjaan utama sebelum adanya kegiatan wisata di TWA. Pekerjaan disektor wisata merupakan pekerjaan sampingan bagi mereka. Unit usaha warung makan menyediakan berbagai menu makan. Sedangkan kios makanan terdiri dari kios bakso, soto, dan jajanan ringan. Beragam jenis pekerjaan yang dapat diserap dengan keberadaan TWA Rimbo Panti. Tabel 6.13 yang menggambarkan jenis pekerjaan dan jumlah penyerapan tenaga kerja yang diperlukan.