Perumusan Masalah Nilai dan Manfaat Ekonomi Pengembangan Taman Wisata Alam bagi Konservasi dan Masyarakat Sekitar (Studi Kasus Taman Wisata Alam Rimbo Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cagar Alam

Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami Undang- Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Salah satu sifat alam adalah tidak statik unstatic dan berproses secara terus menerus dengan hukum alam. Lingkungan hidup mengalami dinamika dan berevolusi seiring waktu. Wardhana 2001 mengungkapkan ada dua faktor yang menyebabkan kerusakan daya dukung alam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan kerusakan yang berasal dari alam itu sendiri dan sulit untuk dicegah, karena merupakan proses alami yang tejadi pada bumi untuk mencari keseimbangan. Faktor eksternal adalah kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya. Selain aktifitas pembangunan, dampak lingkungan dapat juga diakibatkan oleh aktifitas manusia Soemarwoto 1989. Upaya pemanfaatan cagar alam juga dapat merusak kelestarian dan kealamian cagar alam itu sendiri, seperti tindakan menebang pohon, mengubah bentuk alami kawasan cagar alam, dan berbagai aktifitas lain yang dapat merusak kealamian kawasan cagar alam.

2.2 Taman Wisata Alam

Taman Wisata Alam TWA adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam. TWA ini merupakan objek dan kegiatan yang berkaitan dengan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan ekosistemnya, baik dalam bentuk asli alami maupun perpaduan hasil buatan manusia Arief 2001. TWA dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan wisata alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek- aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya. Suatu kawasan ditetapkan sebagai kawasan TWA apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa, atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik. 2. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam. 3. Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam. Pada kawasan pelestarian alam dapat dilakukan suatu kegiatan bagi kepentingan penelitian dan kegiatan lain yang menunjang budidaya serta kegiatan wisata alam. Kegiatan-kegiatan tersebut akan mampu meningkatkan potensi masyarakat sekitarnya yang ikut aktif dalam kegiatan sehari-harinya. Kawasan Pelestarian Alam terdiri dari Kawasan Taman Nasional, Kawasan Taman Hutan Raya, dan Kawasan TWA. Upaya pengawetan TWA dilaksanakan dalam berbagai bentuk kegiatan berikut, yaitu 1 Perlindungan dan pengamanan; 2 Inventarisasi potensi kawasan; 3 Penelitian dan pengembangan yang menunjang pelestarian potensi; dan 4 Pembinaan habitat dan populasi satwa BKSDA Sumatera Barat 2012. Menurut Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 dinyatakan bahwa sesuai dengan fungsinya, TWA dapat dimanfaatkan untuk keperluan pariwisata alam dan rekreasi, penelitian dan pengembangan kegiatan dapat berupa karya wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta peragaan dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam tersebut, serta pendidikan dan kegiatan penunjang budidaya.

2.3 Pariwisata

Menurut Burkart dan Medlik 1987 menjelaskan pariwisata sebagai suatu transformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek ke tujuan- tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja, serta kegiatan- kegiatan mereka selama tinggal di tempat tujuan itu. Menurut Wahab 2003 pariwisata dapat dipandang sebagai suatu yang abstrak, misalnya sebagai suatu gejala yang melukiskan kepergian orang-orang di dalam negaranya sendiri pariwisata domestik atau penyeberangan orang-orang pada tapal batas suatu negara pariwisata internasional. Proses berpergian ini mengakibatkan terjadinya interaksi dan hubungan-hubungan, saling pengertian insani, persepsi, motivasi, kepuasan, dan lain-lain diantara sesama pribadi atau antar kelompok. Pariwisata juga disebut sebagai industri yang mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1969, ketika disadari bahwa industri pariwisata merupakan usaha yang dapat memberikan keuntungan pada pengusahanya. Sehubungan dengan itu Pemerintah Republik Indonesia sejak dini mengeluarkan Instruksi Presiden No. 9 Tahun 1969 tanggal 6 Agustus 1969 menyatakan bahwa, usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara Yoeti 1985. Selain itu, Undang- Undang No. 9 Tahun 1990 menjelaskan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

2.4 Ekowisata

Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat Fandeli dan Mukhlison 2000. Ekowisata yang berasaskan konservasi terhadap keanekaragaman hayati dan ekositemnya merupakan prinsip yang penting dalam visi ekowisata, ditambah dengan pemberdayaan masyarakat lokal dan pembangunan ekonomi kerakyatan dapat menjadi landasan pengembangan untuk merumuskan misi. Misi ekowisata dapat dijabarkan melestarikan alam dengan mengkonversi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Penciptaan lapangan kerja setempat, pengembangan ekonomi kerakyatan serta peningkatan pendapatan lokal maupun regional secara adil dapat dirumuskan sebagai strategi pengembangan ekowisata yang menentukan kewilayahannya berlandaskan ekosistem dan kesatuan pengelolaannya. Ciri-ciri ekowisata menurut Fandeli dan Mukhlison 2000