V. GAMBARAN UMUM
5.1 Karakteristik Taman Wisata Alam Rimbo Panti
Karakteristik TWA Rimbo Panti yang akan dipaparkan terdiri dari profil tempat wisata, sejarah dan perkembangan tempat wisata, sumberdaya manusia
tempat wisata, dan rencana pengelola terkait pengembangan kawasan wisata
TWA Rimbo Panti. 5.1.1
Profil Taman Wisata Alam Rimbo Panti
Kawasan Cagar Alam Rimbo Panti yang termasuk register 75 pertama kali ditunjuk melalui Gubernur Besluit No. 34 staablat 420 tanggal 8 Juni 1932 dengan
luas awal 3.120 ha, kemudian pada tahun 1979 dengan keputusan Menteri Pertanian No. 284KptsUm61979 tanggal 1 Juni 1979 sebagian areal cagar alam
dialih fungsikan menjadi TWA dengan nama sama seluas 570 ha. Saat ini status kawasan ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 101Menhut-
II2011 tanggal 18 Maret 2011 tentang Penetapan Kawasan TWA Rimbo Panti yang terletak di Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat BKSDA Sumatera
Barat 2012. Penunjukan kawasan ini sebagai kawasan konservasi diduga karena
keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi, serta kelengkapan tipe ekosistem asli yang mewakili tipe hutan tropis dataran rendah. Cagar Alam Rimbo
Panti merupakan salah satu cagar alam yang sebagian kawasannya beralih fungsi menjadi objek wisata di Sumatera Barat, karena memiliki kekhasan tumbuhan dan
hewan, serta sumber air panas dengan keindahan estetis dan rekreatif yang menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung kesana. Faktor utama yang
menyebabkan terancamnya kelestarian ekosistem cagar alam, yaitu aktivitas pengunjung dan masyarakat yang semakin sulit untuk dikendalikan terutama pada
saat peak season dan libur lebaran. Hal ini akan membawa dampak yang buruk terhadap kelestarian dan keberlanjutan ekosistem cagar alam.
Menurut tata letak administratifnya, kawasan TWA ini terletak di Kabupaten Pasaman, yang berbatasan langsung dengan Nagari Panti, Petok, dan
Padang Lapai. Kawasan TWA Rimbo Panti berada di tepi jalan raya Padang-
Medan, tepatnya di ruas Lubuk Sikaping-Panti dengan jarak sekitar 210 km dari Kota Padang, sekitar 20 km dari Lubuk Sikaping, dan sekitar 1 km dari Panti.
Kawasan TWA Rimbo Panti ini terletak di ruas jalan yang dikategorikan sebagai jalan negara, sehingga untuk mencapai kawasan ini cukup mudah.
5.1.2 Pengelola Taman Wisata Alam Rimbo Panti
Sistem pengelolaan kawasan wisata ini sedikit berbeda, karena kawasan wisata ini berdekatan dengan cagar alam. Kawasan cagar alam tidak boleh
dimasuki secara bebas, karena merupakan tempat konservasi flora dan fauna. Oleh karena itu, pengelola kawasan ini terdiri dari dua instansi terkait. Kawasan cagar
alam dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam BKSDA Kabupaten Pasaman, dan kawasan TWA dikelola oleh Dinas Pemuda, Olahraga,
Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Pasaman. Pengelolaan secara teknis di lapangan dilakukan oleh Petugas Resort KSDA
Panti yang terdiri dari Polisi Hutan Polhut dan juru pelihara. Petugas resort berkewajiban menjaga kondisi dan kelestarian cagar alam. Petugas resort bertugas
memantau kegiatan masyarakat dan pengunjung kawasan wisata agar tidak sampai masuk ke kawasan cagar alam, sedangkan juru pelihara bertugas menjaga
lingkungan kawasan TWA. Juru pelihara juga ikut bertanggung jawab mengawasi kegiatan pengunjung kawasan wisata agar tidak masuk pada kawasan cagar alam.
5.1.3 Rencana Pengelola Terhadap Pengembangan Taman Wisata Alam
Rimbo Panti
Rencana pengembangan
TWA Rimbo
Panti diharapkan
agar pelaksanaannya lebih terarah, sehingga tujuan pengelolaan dapat tercapai,
pelayanan fasilitas dapat ditingkatkan, dan kelestarian cagar alam dapat terjaga. Hasil wawancara langsung dengan Kepala Seksi Promosi Pariwisata Dinas
Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Pasaman, menyatakan rencana pengembangan TWA Rimbo Panti diharapkan mampu memberikan
manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar kawasan, dan secara tidak langsung bisa mendukung upaya konservasi.
Rencana pengembangan TWA Rimbo Panti jangka panjang adalah pembuatan waterboom yang bersumber langsung dari sumber mata air panas yang
ada di lokasi wisata. Pengembangan waterboom diharapkan mampu menjadi daya
tarik baru pada lokasi ini, akan tetapi ada beberapa hambatan yang dihadapi pengelola dalam mewujudkan pembangunan waterboom ini. Hambatan utama
yang dihadapi adalah terkait dengan izin pembangunan waterboom. Terjadi perbedaan konsep antara pihak BKSDA dan Dinas Pariwisata. Dinas pariwisata
ingin mengembangkan dan memajukan pariwisata lokal dengan pembangunan waterboom, namun disisi lain pihak BKSDA ingin menjaga fungsi ekologi dari
cagar alam agar kelestariannya terjaga.
5.2 Karaktersitik Responden Pengunjung Taman Wisata Alam Rimbo Panti
Karakteristik responden pengunjung dibedakan berdasarkan faktor sosial ekonomi demografi pengunjung yang terdiri dari jenis kelamin, umur, asal
daerah, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, status pernikahan, dan jumlah tanggungan. Karakteristik responden pengunjung TWA Rimbo Panti juga
dibedakan berdasarkan karakteristik dalam berwisata yang terdiri dari frekuensi
kunjungan, motivasi kunjungan, cara kedatangan, dan jenis kendaraan. 5.2.1
Faktor Sosial Ekonomi Demografi Responden Pengunjung
Karakteristik responden pengunjung TWA Rimbo Panti berdasarkan faktor sosial ekonomi demografi dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Karakteristik responden pengunjung TWA Rimbo Panti berdasarkan faktor sosial ekonomi demografi pada Tahun 2013
Karakteristik Jumlah orang
Persentase 1. Jenis Kelamin
Laki-laki 53
53 Perempuan
47 47
Jumlah 100
100 2. Umur Tahun
11-20 14
14 21-30
29 29
31-40 19
19 41-50
24 24
51-60 13
13 ≥ 61
1 1
Jumlah 100
100 3. Asal Daerah
Kabupaten Pasaman dan sekitarnya 59
59 Kabupaten Agam
21 21
Kota Bukittinggi 7
7 Kota Padang, Padang Panjang, dan Pariaman
9 9
Kota Payakumbuh 3
3 Kabupaten Mandailing Natal
1 1
Jumlah 100
100