Efisiensi Produksi Tebu dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

2.5 persen dan natura 10 persen, 3 memperoleh bimbingan dan pengarahan dari mandor PTPN VII Unit Usaha Bungamayang dalam berusahatani tebu, 4 dijamin dalam pengembalian kredit oleh PTPN VII Unit Usaha Bungamayang, dan 5 mengetahui jadwal penebangan, jumlah tebu yang dihasilkan, dan rendemen tebu. Hak yang diperoleh sebagai petani TRB yaitu: 1 memperoleh 65 persen gula hasil tebu yang diolah, 2 memperoleh bimbingan dan pengarahan dari mandor terutama pada masalah dalam usahataninya, dan 3 mengetahui jadwal penebangan, jumlah tebu yang dihasilkan, serta rendemen tebu. Kewajiban yang harus dipenuhi para petani Tebu Rakyat Kredit TRK, yaitu: 1 mengelola usahatani tebu sebaik-baiknya dan mematuhi bimbingan yang dilakukan oleh PTPN VII Unit Usaha Bungamayang, 2 menyerahkan semua hasil usahatani tebunya kepada PTPN VII Unit Usaha Bungamayang selaku pabrik gula, 3 mengembalikan bunga kredit setelah selesai giling dan membayar biaya tebang angkut, 4 menyarahkan fotokopi bukti kepemilikan lahan. Kewajiban yang harus dipenuhi petani tebu rakyat bebas TRB, yaitu : 1 mengelola usahatani dengan baik, tidak harus mengikuti bimbingan yang dilakukan oleh PTPN VII Unit Usaha Bungamayang, 2 diperbolehkan untuk menyerahkan sebagian atau seluruh hasil usahatani tebunya kepada PTPN VII Unit Usaha Bungamayang. TRB juga hanya membayar biaya tebang angkut setelah selesai giling. b. Hak dan Kewajiban PTPN VII Unit Usaha Bungamayang PTPN VII Unit Usaha Bungamayang dalam kemitraannya dengan petani tebu anggota TRK dan TRB selaku pabrik gula juga memiliki hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan hubungan kemitraan ini sehingga berjalan dengan lancar. Pada hubungan kemitraan, hak petani tebu anggota TRK dan TRB merupakan kewajiban PTPN VII Unit Usaha Bungamayang, sedangkan kewajiban petani TRK dan petani TRB merupakan hak dari PTPN VII Unit Usaha Bungamayang. c. Kemitraan dalam Hal Pengolahan Proses pengolahan tebu menjadi gula pasir merupakan rangkaian proses sejak diterimanya bahan baku dari kebun sampai menjadi produk gula. Penentuan waktu tebang dan pengangkutan hasil sampai ke tempat timbangan pabrik gula dilakukan dengan musyawarah oleh pabrik gula dengan petani tebu anggota TRK dan TRB. Hasil penelitian menunjukkan, dalam hal penebangan dan pengangkutan sampai pengolahan terdapat perbedaan antara petani tebu anggota TRK dan petani tebu anggota TRB Tebu hasil usahatani TRK ditimbang di penimbangan pabrik gula dan petani ikut menyaksikan proses penimbangan, lalu dilakukan penetapan rendemen yang dilakukan oleh laboraturium pabrik rendemen sementara, disaksikan oleh wakil petani. Rendemen tebu ditentukan untuk setiap lahan garapan. Petani TRK wajib menyerahkan seluruh hasil tebunya ke pabrik gula dan pabrik gula wajib menerima dan mengolah tebu tersebut. Petani anggota TRK tidak diperkenankan menyerahkan tebunya ke pabrik gula lain yang bukan mitranya Tebu hasil usahatani TRB ditimbang di penimbangan PG dan petani menyaksikan proses penimbangan, lalu dilakukan penetapan rendemen yang dilakukan oleh laboraturium pabrik gula, disaksikan oleh wakil petani. Rendemen tebu ditentukan dengan menggunakan sistem rendemen rata-rata. Petani TRB menyerahkan tebu sesuai dengan yang mereka inginkan untuk diolah menjadi gula. Namun dalam hal ini pabrik gula akan lebih mengutamakan mengolah tebu TRK terlebih dahulu baru TRB. Hasil analisis chi-square untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan petani menjadi anggota TRK dalam penelitian ini menunjukkan bahwa modal, akses ke lahan, dan pengalaman merupakan faktor yang mempengaruhi petani untuk menjalin kemitraan dengan PTPN VII Unit Usaha Bungamayang. Sedangkan dari hasil analisis pendapatan tani menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata petani TRK lebih besar dari pendapatan rata-rata petani TRB yaitu Rp 15 969 443.23 untuk petani TRK dan Rp 13 591 636.84 untuk petani TRB. Demikian pula dengan nilai imbangan penerimaan dan biaya RC usahatani tebu yang menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu yang berarti usahatani menguntungkan. Penelitian yang dilakukan oleh Sriati et al. 2008 tidak menganalisis sampai tahap tingkat efisiensi baik efisiensi petani Tebu Rakyat Kredit TRK maupun Tebu Rakyat Bebas TRB.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

3.1.1. Konsep Usahatani

Ilmu usahatani menurut Soekarwati 2002 adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara-cara petani memperoleh dan mengkombinasikan sumberdaya lahan, tenaga kerja, modal, waktu dan pengolahan yang terbatas untuk mencapai tujuannya. Suratiyah 2008 menjelaskan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Hernanto 1996 menjelaskan bahwa terdapat empat unsur pokok faktor-faktor produksi dalam usahatani, yaitu : 1. Lahan Lahan merupakan faktor yang relatif langka dibanding dengan faktor produksi lain serta distribusi penguasaannya tidak merata di masyarakat. Oleh karena itu, lahan memiliki beberapa sifat, di antaranya adalah : luasnya relatif atau dianggap tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan, dan dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Lahan usahatani dapat diperoleh dengan cara membeli, menyewa, membuka lahan sendiri, wakaf, menyakap atau pemberian negara. 2. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan pelaku dalam usahatani yang bertugas menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi. Dalam usahatani, tenaga kerja dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu : tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak, dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia digolongkan menjadi tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani didasari oleh tingkat kemampuannya. Kualitas kerja manusia sangat dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam kegiatan usahatani digunakan satuan ukuran yang umum untuk mengatur tenaga kerja yaitu jumlah jam dan hari kerja total. Ukuran ini menghitung seluruh pencurahan kerja mulai dari persiapan hingga pemanenan dengan menggunakan inventarisasi jam kerja 1 hari = 7 jam kerja lalu dijadikan hari kerja total HK total. Tenaga kerja