6.2.3. Produktivitas Tebu, Pendapatan dan Biaya Usahatani Tebu Petani TRK dan Petani TRB
Pada pola tanam non-keprasan, rata-rata produktivitas petani TRK sebesar 65.48 ton per hektar dengan luasan lahan 1.29 hektar. Sedangkan rata-rata
produktivitas petani TRB mencapai 66.37 ton per hektar dengan luasan lahan rata- rata 2.45 hektar. Pada pola tanam keprasan, rata-rata produktivitas tebu petani
TRK sebesar 68.70 ton per hektar dengan luasan lahan rata-rata 1.62 hektar dan untuk petani TRB, rata-rata produktivitasnya mencapai 70.31 ton perhektar
dengan luasan lahan rata-rata 2.82 hektar. Jumlah gula yang dihasilkan oleh petani TRK dan petani TRB pada pola
tanam non-keprasan berturut-turut sebesar 2 810 kg per hektar dan 3 048 kg per hektar. Sedangkan jumlah gula yang dihasilkan oleh petani TRK dan petani TRB
pada pola tanam keprasan berturut-turut sebesar 3 036 kg dan 3 563 kg. Meskipun jumlah gula petani TRB lebih besar dibandingkan dengan jumlah gula yang
dihasilkan petani TRK, tetapi penerimaan petani TRK lebih besar dibandingkan dengan penerimaan petani TRB.
Penerimaan petani TRK dengan pola tanam non-keprasan lebih besar dibandingkan dengan penerimaan petani TRB, yaitu berturut-turut Rp 30.96 juta
dan Rp. 23.92 juta. Begitu juga dengan hasil analisis usahatani pada pola tanam keprasan dimana penerimaan usaha tani petani TRK lebih besar dibandingkan
dengan penerimaan petani TRB, berturut-turut Rp 33.34 juta dan Rp 27.97 juta. Hal ini terjadi karena perbedaan sumber penerimaan antara petani TRK dengan
petani TRB. Penerimaan usahatani petani TRK bersumber dari nilai lelang gula, nilai lelang tetes dan nilai jual natura. Pada saat penelitian ini dilakukan, harga
lelang rata-rata gula sebesar Rp 8 105.55 per Kg, harga lelang tetes rata-rata sebesar Rp 1 616.67 per Kg dan harga gula di pasar rata-rata Rp. 10 500.00 per
Kg. Jumlah tetes tebu yang dihasilkan oleh petani TRK pada pola tanam non- keprasan sebesar 1 558 kg dan pada pola tanam keprasan sebesar 1 683 kg.
Jumlah natura yang didapatkan oleh petani TRK pada pola tanam non-keprasan sebesa 281 kg dan pada tanam keprasan sebesar 304 kg. Selain itu, petani TRK
juga mendapatkan tambahan sisa rendemen, yaitu untuk petani TRK non-keprasan sebesar 334 Kg dan petani keprasan sebesar 361 Kg. Penerimaan usahatani petani
TRB dihitung berdasarkan harga lelang gula yaitu Rp. 7 850.00. Petani TRB juga
tidak mendapatkan tetes, natura dan sisa rendemen sebagaimana petani TRK. Rata-rata penerimaan, biaya dan keuntungan tebu per hektar di daerah penelitian
pada musim tanam 20092010 untuk pola tanam non-keprasan dan keprasan disajikan pada Tabel 24 dan Tabel 25
Tabel 24. Analisis Finansial Usahatani Tebu Non-Keprasan di Daerah Penelitian
Uraian TRK
TRB Nilai Rata-
RataRpHa Persen
Nilai Rata- RataRpHa
Persen A
Penerimaan 30 955 910
23 923 956 B
Biaya B1 Biaya Diperhitungkan
Bibit 273 912
1.46 261 917
1.49 Pupuk Urea
456 321 2.43
521 848 2.96
Pupuk TSP 1 102 292
5.88 1 117 460
6.34 Pupuk KCL
1 308 372 6.98
1 044 911 5.93
Pestisida Padat 171 235
0.91 185 490
1.05 Pestisida Cair
242 268 1.29
272 790 1.55
Tenaga Kerja 10 445 979
55.72 9 987 914
56.69 Biaya Angkutan Tebu
1 833 448 9.78
2 123 913 12.06
Total Biaya Diperhitungkan 15 833 825
15 516 243
B2 Biaya Tidak Diperhitungkan Bibit
Tenaga Kerja Dalam Keluarga 2 424 759
12.93 1 749 244
9.93 Penyusutan
242 343 1.29
265 999 1.51
Bunga Modal 191 689
1.02 PBB
53 347 0.28
85 750 0.49
Total Biaya Tidak Diperhitungkan 2 912 138
2 100 993 C
Total Biaya Usahatani B1+B2 18 745 963
17 617 236 D
Pendapatan Atas Biaya Tunai A-B1 15 122 085
8 407 712 E
Pendapatan Tunai A-C 12 209 947
6 306 719 F
RC atas Biaya Tunai AB1
1.96 1.54
G RC atas Biaya Total AC
1.65 1.36
Sumber: Data Primer, 2012
Keuntungan petani TRK pada pola tanam non-keprasan maupun pola tanam keprasan lebih besar dibandingkan petani TRB sebagaimana ditunjukkan
oleh Tabel 24 dan Tabel 25. Hasil ini senada dengan hasil penelitian Sriati et al 2008. Keuntungan petani TRK pada pola tanam non-keprasan sebesar Rp 12.21
juta dan petani TRB sebesar Rp. 6.31 juta. Sedangkan keuntungan petani TRK