pada variabel lahan X1, pupuk Urea X3 dan tenaga kerja X8 memiliki nilai VIF yang lebih besar dari 10 atau menunjukkan terjadinya multikolinearitas,
tetapi hal tersebut masih ditoleransi karena berdasarkan uji statistik t t ratio menunjukkan variabel-variabel tersebut berngaruh nyata.
7.2. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier
Pendugaan fungsi produksi stochastic frontier dilakukan dengan menggunkan metode MLE. Hasil pendugaan menggambarkan kinerja terbaik best
practice dari petani responden pada tingkat teknologi yang ada. Selanjutnya hasil dari pendugaan fungsi produksi stochastic frontier dijadikan sebagai dasar untuk
mengukur efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis dengan menurunkan dari fungsi biaya dual. Tabel 29 menunjukkan hasil pendugaan fungsi produksi
stocahastic frontier dengan menggunakan tujuh variabel input. Tabel 29. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier Pola Tanam Non-
Keprasan dan Keprasan
Variabel Non-Keprasan
Keprasan Parameter
Dugaan T-ratio
Parameter Dugaan
T-ratio Konstanta
0.1410 4.5951
2.0395 6.7042
Lahan X1 0.3163
7.6365
a
0.5509 9.0635
a
Pupuk Urea X3 0.1202
1.7853
b
0.1202 1.9905
b
Pupuk TSP X4 0.0989
4.2600
a
0.0963 2.2492
a
Pupuk KCL X5 0.0659
1.4026
b
0.0745 2.1004
a
Pestisida Padat X6 0.0874
3.9434
a
0.0190 0.3978
a
Pestisida Cair X7 0.0312
1.3291
b
0.0773 2.8409
a
Tenaga Kerja X8 0.2294
6.3509
a
0.1036 1.7798
b
Log likelihood function OLS 32.4692
37.6287 Log likelihood function MLE
38.4318 50.7000
Sigma-squared 0.0041
0.0277 Gamma y
0.8345 0.8242
LR test of the one-sided error 11.9250
0.2614 Ke
terangan: a, b, c nyata pada α 0.05, 0.10, dan 0.15 Sumber: Analisis Data Primer, 2012
Pada pola tanam non-keprasan, hasil pendugaan pada Tabel 29 menunjukkan bahwa variabel lahan X1 berpengaruh nyata terhadap produksi
batas pada α 5 persen dengan nilai elastisitas sebesar 0.3163. Nilai elastistas tersebut menunjukkan bahwa penambahan input sebesar 10 persen dengan input
lain tetap akan meningkatkan produksi batas petani contoh di daerah penelitian sebesar 3.163 persen. Selain itu, hasil pendugaan Tabel 29 juga menjelaskan
bahwa elastisitas produksi lahan X1 pada fungsi produksi stochastic frontier lebih besar dari elastisitas produksi lahan X1 pada fungsi produksi rata-rata yang
bernilai 0.3580. Hasil ini menunjukkan bahwa lahan X1 lebih elastis. Dalam hal ini, petani masih rasional untuk menambah luas areal lahannya guna
meningkatkan produksi. Akan tetapi, faktor yang perlu diperhatikan dalam penambahan luas areal lahan adalah kapasitas giling tebu per hari dari pabrik yang
ada TCD. Berdasarkan data PTPN VII Unit Usaha Bungamayang 2010, dengan total hasil tebu sebesar 1 123 872 ton dengan kapasitas terpasang sekitar
5500 TCD pada tahun 2010. Dengan jumlah ton tebu yang dihasilkan dan kapasitas giling yang terpasang pada tahun tersebut, maka hari giling dalam satu
musim panen bisa mencapai 7 sampai dengan 8 bulan. Hari gilang ini termasuk yang terpanjang di Indonesia mengingat hari giling ideal dalam satu musim tanam
berkisar 3 sampai dengan 4 bulan. Lamanya hari giling tentu saja sangat berpengaruh terhadap produksi gula
yang dihasilkan oleh petani karena berpengaruh terhadap tingkat rendemennya. Akibatnya adalah tebu yang sudah matang dan sudah dapat jadwal tebang tidak
bisa segera digiling akibat keterbatasan TCD. Kondisi ini tentu saja akan menurunkan kualitas rendemennya. Jikapun petani menunda waktu tebang tidak
sesuai dengan jadwal tebang yang diberikan dan menunggu jadwal giling, hal ini pun akan mengakibatkan menurunnya tingkat rendemen karena masa matang tebu
sudah terlewati. Kedua hal tersebut sama-sama merugikan petani. Jika rencana penambahan TCD dari 5500 TCD menjadi 7500 TCD bisa segera terealisasi,
maka petani bisa menambah luas areal lahannya untuk meningkatkan produksinya.
Pada pola tanam keprasan, variabel lahan X1 berpengaruh nyata terhadap produksi batas pada α 5 persen dengan nilai elastisitas sebesar 0.4261. Nilai
elastistas tersebut menunjukkan bahwa penambahan input sebesar 10 persen dengan input lain tetap akan meningkatkan produksi batas petani contoh di daerah
penelitian sebesar 4.261 persen. Nilai elastistas fungsi produksi batas lebih kecil dari elastisitas produksi lahan X1 pada fungsi produksi rata-rata yang memiliki