1.61 GAMBARAN UMUM DAN KERAGAAN USAHATANI TEBU DI DAERAH PENELITIAN
nilai elastisitas 0.5509. Berbeda dengan pola tanam non-keprasan, pada pola tanam keprasan variabel lahan cenderung kurang elastis. Artinya petani sudah
tidak rasional lagi menambah luas areal lahannya. Hal ini juga sesuai dengan pola usahatani tebu rakyat dimana penambahan lahan hanya bisa dilakukan jika
menggunakan bibit atau pola non-keprasan. Variabel pupuk Urea X2 pada pola tanam non-keprasan sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 29 berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi batas pada α 10 persen dengan nilai elastisitas sebesar 0.1707. Nilai elastistas tersebut
menunjukkan bahwa penambahan input sebesar 10 persen dengan input lain tetap akan meningkatkan produksi batas petani contoh di daerah penelitian sebesar
1.707 persen. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan nilai elastisitas pada fungsi produksi rata-ratanya yaitu sebesar 0.1202. Nilai ini menunjukkan bahwa
bahwa penggunaan pupuk Urea X3 pada produksi batas kurang elastis dibandingkan produksi rata-ratanya. Pada pola tanam keprasan, variabel pupuk
Urea X2 berpengaruh nyata terhadap produksi batas pada α 10 persen dengan
nilai elastisitas sebesar 0.1136. Nilai elastistas tersebut menunjukkan bahwa penambahan input sebesar 10 persen dengan input lain tetap akan meningkatkan
produksi batas petani contoh di daerah penelitian sebesar 1.136 persen. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai elastisitas pada fungsi produksi rata-rata
yaitu sebesar 0.1202. Nilai ini menunjukkan bahwa bahwa penggunaan pupuk Urea X3 pada produksi batas lebih elastis dibandingkan pada produksi rata-
ratanya. Variabel pupuk TSP X4 pada pola non-keprasan memiliki nilai
elastisitas produksi batas sebesar 0.0883. Artinya penambahan input sebesar 10 persen dengan input lain tetap akan meningkatkan produksi batas sebesar 0.883
persen. Nilai elastisitas pada fungsi produksi batas untuk pupuk TSP ini juga lebih kecil dibandingkan dengan nilai elastisitas pada fungsi produksi rata-ratanya yaitu
0.0989. Penambahan penggunaan Pupuk TSP sebaiknya tidak dilakukan karena sudah tidak rasional untuk dilakukan. Pada pola tanam keprasan, variabel pupuk
TSP X4 memiliki nilai elastisitas produksi batas sebesar 0.1505. Artinya penambahan input sebesar 10 persen dengan input lain tetap akan meningkatkan
produksi batas sebesar 1.505 persen. Nilai elastisitas pada fungsi produksi batas
untuk pupuk TSP ini juga lebih kecil dibandingkan dengan nilai elastisitas pada fungsi produksi rata-ratanya yaitu 0.0963. Pada pola tanam keprasan penambahan
penggunaan pupuk TSP masih mungkin dilakukan. Variabel pupuk KCL X5 pada pola tanam non-keprasan memiliki nilai
elastistas fungsi produksi batas sebesar 0.0579. Artinya penambahan input sebesar 10 persen dengan input lain tetap akan dapat meningkatkan produksi batas sebesar
0.579 persen. Nilai elastisitas pada fungsi produksi batas ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai elastisitas pada fungsi produksi rata-ratanya sebesar
0.0659. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel pupuk KCL X5 kurang elastis atau tidak rasional lagi untuk melakukan penambahan pupuk KCL guna
meningkatkan produksi. Pada pola keprasan, variabel pupuk KCL X5 memiliki nilai elastistas fungsi produksi batas sebesar 0.1070. Artinya penambahan input
sebesar 10 persen dengan input lain tetap akan dapat meningkatkan produksi batas sebesar 1.070 persen. Nilai elastisitas pada fungsi produksi batas ini lebih besar
dibandingkan dengan nilai elastisitas pada fungsi produksi rata-ratanya sebesar 0.0745 atau petani masih rasional untuk menambah penggunaan pupuk KCL guna
meningkatkan produksinya. Penggunaan pupuk baik pupuk Urea X3, pupuk TSP X4 dan pupuk
KCL X5 berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa pada pola non-keprasan, petani cenderung kurang maksimal dalam alokasi penggunaan pupuk Urea dan
lebih banyak menggunakan pupuk TSP dan KCL. Sedangkan pada pola tanam keprasan kondisi ini berlaku sebaliknya. Hasil ini senada dengan hasil penelitian
dari Clowes dan Breakwel 1998 dimana penggunaan pupuk nitrogen pada pola tebu non-keprasan lebih sedikit dibandingkan pada tebu keprasan. Sedangkan
penggunaan pupuk fosfat dan kalium sebaliknya. Pada pola tanam non-keprasan, penggunaan pupuk fosfat berguna untuk mengembangkan akar dan pupuk kalium
berguna untuk meningkatkan kemampuan serap tanah. Sedangkan pada pola tanam keprasan, penggunaan pupuk nitrogen lebih banyak berguna untuk
mempercepat pertumbuhan tanaman. Pada pola tanam non-keprasan, variabel pestisida padat X6 memiliki
nilai elastisitas produksi batas sebesar 0.0819. Artinya, penambahan penggunaan input sebesar 10 persen dan input lain tetap maka akan meningkatkan produksi