1.36 GAMBARAN UMUM DAN KERAGAAN USAHATANI TEBU DI DAERAH PENELITIAN

lain tetap akan meningkatkan produksi batas petani contoh di daerah penelitian sebesar 3.163 persen. Selain itu, hasil pendugaan Tabel 29 juga menjelaskan bahwa elastisitas produksi lahan X1 pada fungsi produksi stochastic frontier lebih besar dari elastisitas produksi lahan X1 pada fungsi produksi rata-rata yang bernilai 0.3580. Hasil ini menunjukkan bahwa lahan X1 lebih elastis. Dalam hal ini, petani masih rasional untuk menambah luas areal lahannya guna meningkatkan produksi. Akan tetapi, faktor yang perlu diperhatikan dalam penambahan luas areal lahan adalah kapasitas giling tebu per hari dari pabrik yang ada TCD. Berdasarkan data PTPN VII Unit Usaha Bungamayang 2010, dengan total hasil tebu sebesar 1 123 872 ton dengan kapasitas terpasang sekitar 5500 TCD pada tahun 2010. Dengan jumlah ton tebu yang dihasilkan dan kapasitas giling yang terpasang pada tahun tersebut, maka hari giling dalam satu musim panen bisa mencapai 7 sampai dengan 8 bulan. Hari gilang ini termasuk yang terpanjang di Indonesia mengingat hari giling ideal dalam satu musim tanam berkisar 3 sampai dengan 4 bulan. Lamanya hari giling tentu saja sangat berpengaruh terhadap produksi gula yang dihasilkan oleh petani karena berpengaruh terhadap tingkat rendemennya. Akibatnya adalah tebu yang sudah matang dan sudah dapat jadwal tebang tidak bisa segera digiling akibat keterbatasan TCD. Kondisi ini tentu saja akan menurunkan kualitas rendemennya. Jikapun petani menunda waktu tebang tidak sesuai dengan jadwal tebang yang diberikan dan menunggu jadwal giling, hal ini pun akan mengakibatkan menurunnya tingkat rendemen karena masa matang tebu sudah terlewati. Kedua hal tersebut sama-sama merugikan petani. Jika rencana penambahan TCD dari 5500 TCD menjadi 7500 TCD bisa segera terealisasi, maka petani bisa menambah luas areal lahannya untuk meningkatkan produksinya. Pada pola tanam keprasan, variabel lahan X1 berpengaruh nyata terhadap produksi batas pada α 5 persen dengan nilai elastisitas sebesar 0.4261. Nilai elastistas tersebut menunjukkan bahwa penambahan input sebesar 10 persen dengan input lain tetap akan meningkatkan produksi batas petani contoh di daerah penelitian sebesar 4.261 persen. Nilai elastistas fungsi produksi batas lebih kecil dari elastisitas produksi lahan X1 pada fungsi produksi rata-rata yang memiliki nilai elastisitas 0.5509. Berbeda dengan pola tanam non-keprasan, pada pola tanam keprasan variabel lahan cenderung kurang elastis. Artinya petani sudah tidak rasional lagi menambah luas areal lahannya. Hal ini juga sesuai dengan pola usahatani tebu rakyat dimana penambahan lahan hanya bisa dilakukan jika menggunakan bibit atau pola non-keprasan. Variabel pupuk Urea X2 pada pola tanam non-keprasan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 29 berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi batas pada α 10 persen dengan nilai elastisitas sebesar 0.1707. Nilai elastistas tersebut menunjukkan bahwa penambahan input sebesar 10 persen dengan input lain tetap akan meningkatkan produksi batas petani contoh di daerah penelitian sebesar 1.707 persen. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan nilai elastisitas pada fungsi produksi rata-ratanya yaitu sebesar 0.1202. Nilai ini menunjukkan bahwa bahwa penggunaan pupuk Urea X3 pada produksi batas kurang elastis dibandingkan produksi rata-ratanya. Pada pola tanam keprasan, variabel pupuk Urea X2 berpengaruh nyata terhadap produksi batas pada α 10 persen dengan nilai elastisitas sebesar 0.1136. Nilai elastistas tersebut menunjukkan bahwa penambahan input sebesar 10 persen dengan input lain tetap akan meningkatkan produksi batas petani contoh di daerah penelitian sebesar 1.136 persen. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai elastisitas pada fungsi produksi rata-rata yaitu sebesar 0.1202. Nilai ini menunjukkan bahwa bahwa penggunaan pupuk Urea X3 pada produksi batas lebih elastis dibandingkan pada produksi rata- ratanya. Variabel pupuk TSP X4 pada pola non-keprasan memiliki nilai elastisitas produksi batas sebesar 0.0883. Artinya penambahan input sebesar 10 persen dengan input lain tetap akan meningkatkan produksi batas sebesar 0.883 persen. Nilai elastisitas pada fungsi produksi batas untuk pupuk TSP ini juga lebih kecil dibandingkan dengan nilai elastisitas pada fungsi produksi rata-ratanya yaitu 0.0989. Penambahan penggunaan Pupuk TSP sebaiknya tidak dilakukan karena sudah tidak rasional untuk dilakukan. Pada pola tanam keprasan, variabel pupuk TSP X4 memiliki nilai elastisitas produksi batas sebesar 0.1505. Artinya penambahan input sebesar 10 persen dengan input lain tetap akan meningkatkan produksi batas sebesar 1.505 persen. Nilai elastisitas pada fungsi produksi batas