Perkembangan Kondisi Pergulaan di Lampung Utara

kebun, pengeprasan, penyulaman, pemupukan, perawatan, penyemprotan dan kegiatan tebang angkut. Kegiatan pengolahan tanah meliputi bajak 1, bajak 2, dan pembuatan jalur. Pada kegiatan tanam, penggunaan bibit disesuaikan dengan masa tanam. Jenis bibit yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu BM 9604 untuk masa awal sedangkan untuk masa tanam bulan ke-4, ke-5 dan ke-6 digunakan bibit BM 9605. Sedangkan pada pola keprasan, petani tidak menggunakan bibit baru tetapi melakukan keprasan. Umur bibit yang tertanam rata-rata 6 sampai 7 bulan. Aktivitas penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit yang mati atau tidak tumbuh dengan baik. Kegiatan perawatan atau klentek mengelupas daun yang kering dilakukan dua kali oleh petani yaitu untuk klentek ke-1 dilakukan pada bulan ke-5 sampai dengan bulan ke-6, sedangkan untuk klentek ke-2 dilakukan pada bulan ke-7, ke-8 dan ke-9. Sebagian besar petani melakukan aktivitas penyemprotan setelah klentek ini. Penyemprotan dilakukan dengan melihat ada tidaknya gulma setelah klentek. Jenis obat yang digunakan oleh petani bermacam-macam antara lain DMA, Gramason, Round Up, Gesapak, Karmex dan Andal. Pupuk yang dianjurkan oleh pabrik terdiri dari 3 jenis yaitu pupuk Urea, TSP dan KCL dengan dosis masing-masing 300 Kg per hektar. Pemupukan pertama dilakukan pada bulan ke-2 sampai dengan bulan ke-3 dengan dosis 300 Kg pupuk TSP dan 100 Kg pupuk Urea. Sedangkan untuk pemupukan kedua dilakukan pada bulan ke-5 sampai dengan bulan ke- 6 dengan dosis pupuk KCL 300 Kg dan pupuk Urea 200 Kg. Di daerah penelitian juga dijumpai pupuk lain yang digunakan oleh petani yaitu pupuk NPK, pupuk Phonska, pupuk Kujang, pupuk kandang serta kompos. Aktivitas terakhir dalam usahatani tebu adalah aktivitas tebang dan angkut. Pada bulan ke-3 dan ke-4 tebu mulai dianalisa kemasakannya dengan periode seminggu sekali. Kegiatan ini dilakukan oleh Litbang pabrik. Jika waktu tebang sudah tiba, Litbang mengeluarkan jadwal tebang yang diberikan pada kelompoktani petani tebu rakyat TRK. Setelah itu, dikeluarkan surat perintah tebang setiap setengah bulan sekali untuk setiap kelompoktani. Kegiatan penebangan dilakukan oleh petani. Alat angkut yang biasanya digunakan adalah truk. Setelah tebu ditebang, kemudian dibawa ke pabrik untuk ditimbang dan dilakukan penggiliangan oleh pabrik gula. Pada kelompok petani TRK, penentuan rendemen dilakukan dengan menggunakan rendemen sementara. Sedangkan untuk petani TRB, penentuan rendemen dilakukan dengan menggunakan rendemen tahun sebelumnya. Penjualan gula hasil giling dilakukan oleh para koordinator kelompok masing- masing, sedangkan untuk petani TRB penjualan gula dilakukan oleh pabrik karena mereka menjual tebunya. Baik gula yang dihasilkan oleh petani TRK maupun pabrik tebu sendiri dan TRB dijual dengan menggunakan sistem lelang. Penggunaan tenaga kerja pada usahatani tebu non-keprasan di daerah penelitian meliputi kegiatan kegiatan persiapan lahan, penanaman, penyulaman, pemupukan, klentek melepaskan daun kering, penyemprotan dan tebang angkut. Sementara kegiatan pada tebu kepras antara lain pembersihan kebun, pengeprasan, penyulaman, pemupukan, klentek, penyemprotan dan tebang angkut. Kegiatan usahatani di daerah penelitian rata-rata menggunakan tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita dan traktor. Tenaga kerja pria mendominasi dalam setiap kegiatan usahatani tebu. Sedangkan tenaga kerja wanita biasanya digunakan pada kegiatan pemupukan. Traktor digunakan dalam kegiatan persiapan lahan, yaitu untuk bajak 1, bajak 2 dan pembuatan jalur. Penggunaan tenaga kerja di daerah penelitian sebagian besar dilakukan dengan menggunakan sistem borongan. Tetapi ada beberapa petani yang menggunakan tenaga kerja harian, yaitu saat proses pemupukan dan penyemprotan. Menurut keterangan petani contoh, penggunaan tenaga borongan dapat menghemat penggunaan tenaga kerja. Upah borongan tenaga kerja pria pada setiap kegiatan dalam usahatani tebu antara Rp. 400-700 ribu per hektar. Sedangkan untuk upah borongan traktor berkisar antara Rp. 1.100.000 sampai Rp 1.300.000 rupiah per hektar. Upah harian untuk tenaga kerja pria dan wanita berkisar antara 35 sampai dengan 50 ribu rupiah. Hitungan konversi tenaga kerja borongan baik tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita dan tenaga kerja traktor adalah berdasarkan harga borongan per hektar dibagi dengan upah tenaga kerja pria atau wanita per hari yang berlaku di daerah penelitian.