Usahatani Tebu Lahan Sawah dan Lahan Kering

dengan petunjuk dari pabrik gula. Akan tetapi, hasilnya sering tidak sesuai harapan sebagaimana yang terdapat dalam penelitian Msuya dan Ashimogo. Msuya dan Ashimogo 2007 melakukan analisis efisiensi produksi terhadap petani tebu plasma bermitra dengan pabrik dan non-plasma tidak bermitra dengan pabrik di Mtibwa di Tanzania dengan menggunakan fungsi produksi stochastic frontier Cobb Douglass. Variabel bebas yang digunakan adalah luas lahan, tenaga kerja dalam keluarga, tenaga kerja luar keluarga, total input bibit, pupuk, pestisida dan keranjang panen dan peralatan. Sedangkan variabel yang digunakan untuk melakukan pendugaan terhadap faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya efek inefisiensi teknis antara lain usia, pendidikan, dummy daerah Mtibwa, dummy daerah Diongoya, dummy daerah Kangga, dummy keaslian penduduk, pengalaman dan ukuran usahatani. Hasil penelitian menunjukkan rata- rata efisiensi teknis untuk plasma adalah 76.43 persen, dan 80.65 persen untuk non plasma. Variabel bebas pada petani plasma yang berpengaruh nyata adalah luas lahan, te naga kerja luar keluarga dan total input α 1 persen dan α 10 persen. Sedangkan pada petani non-plasma, variabel luas lahan dan total input yang berpengaruh nyata α 1 persen dan α 5 persen. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap inefisiensi teknis pada petani plasma adalah umur α 10 persen. Sedangkan untuk petani non plasma tidak ada variabel yang berpengaruh nyata. Skema kemitraan yang dilakukan antara petani dengan pabrik gula dapat berbeda antara satu tempat lain. Govereh et al. 1999 dalam penelitiannya terhadap usahatani tebu rakyat di Kenya menemukan bahwa selama proses persiapan lahan, input, pemanenan dan pengangkutan dilakukan oleh pabrik, sedangkan petani hanya bertanggungjawab dalam penanaman dan perawatan. Unggul 2009 menjabarkan bentuk kemitraan yang terjadi antara petani tebu dengan pihak PG Madukismo. Kerjasama antara PG dengan petani dalam menjalankan usahatani tebu dilakukan dengan memberikan jaminan pendapatan minimum JPM. Petani yang memperoleh JPM adalah petani yang melakukan adopsi inovasi kelembagaan dengan menjalankan usahatani Tebu Rakyat Kemitraan TR Kemitraan dan usahatani Tebu Kerjasama usaha TRKSU. Besaran JPM yang diterima petani disesuaikan dengan potensi lahan. Pada pelaksanaan usahtani TR KSU yang harus dilaksanakan pada lahan sawah kelas I, JPM yang diterima lebih besar daripada pelaksanaan usahatani yang tidak pada lahan kelas I. Sementara petani yang menjalankan usahatani Tebu Rakyat Mandiri TR Mandiri tidak memperoleh JPM. Kemitraan antara petani tebu dengan PTPN VII Unit Usaha Bungamayang berupa program Tebu Rakyat TR terdiri atas dua macam yaitu Tebu Rakyat Kredit TRK dan Tebu Rakyat Bebas TRB. Program TRK merupakan program dimana bank melalui PTPN VII Unit Usaha Bungamayang avalis memberikan kredit modal kerja. Sementara Tebu Rakyat Bebas TRB adalah suatu program dimana petani bermitra dengan PTPN VII Unit Usaha Bungamayang tanpa kredit. Kemitraan petani TRK diawali dengan pengajuan permohonan bermitra dengan program kredit bank melalui PTPN VII Unit Usaha Bungamayang selaku pabrik gula. Pabrik gula akan memeriksa dan melihat keberadaan lahan garapan apakah sesuai atau tidak mendapatkan kredit. Petani anggota TRK harus memenuhi syarat-syarat mendapatkan kredit, yaitu: lahan bebas sengketa dan hak milik serta akses ke lahan lancar dapat dilalui truk. Petani mendapatkan kredit modal kerja berupa bibit, pupuk, herbisidapestisida, dan biaya tenaga kerja dari bank melalui PTPN VII Unit Usaha Bungamayang dengan kewajiban membayar bunga kredit per tahun pada saat bagi hasil. Pada kemitraan TRB, hubungan kemitraan diawali dengan pengajuan permohonan bermitra dengan PTPN VII Unit Usaha Bungamayang selaku pabrik gula tanpa kredit. Pabrik gula akan melakukan melihat keberadaan lahan garapan apakah sesuai atau tidak untuk mengadakan kemitraan. Petani anggota TRB boleh melakukan sewa lahan dengan pihak lain dan apabila akses ke lahan sulit dijangkau petani masih boleh mengikuti program TRB. Petani tebu anggota TRB mengusahakan sendiri segala keperluan usahataninya mulai dari bibit, pupuk, herbisidapestisida, dan tenaga kerja. Sriati et al. 2008 dalam penelitiannya memberikan perbandingan antara petani TRK dan TRB sebagai berikut: a. Hak dan Kewajiban Petani Tebu Rakyat Kredit dan Bebas Hak yang diperoleh sebagai petani TRK yaitu: 1 mendapatkan paket kredit bank melalui PTPN VII Unit Usaha Bungamayang sesuai luas garapan yang telah disetujui, 2 memperoleh 66 persen gula hasil tebu yang diolah, tetes 2.5 persen dan natura 10 persen, 3 memperoleh bimbingan dan pengarahan dari mandor PTPN VII Unit Usaha Bungamayang dalam berusahatani tebu, 4 dijamin dalam pengembalian kredit oleh PTPN VII Unit Usaha Bungamayang, dan 5 mengetahui jadwal penebangan, jumlah tebu yang dihasilkan, dan rendemen tebu. Hak yang diperoleh sebagai petani TRB yaitu: 1 memperoleh 65 persen gula hasil tebu yang diolah, 2 memperoleh bimbingan dan pengarahan dari mandor terutama pada masalah dalam usahataninya, dan 3 mengetahui jadwal penebangan, jumlah tebu yang dihasilkan, serta rendemen tebu. Kewajiban yang harus dipenuhi para petani Tebu Rakyat Kredit TRK, yaitu: 1 mengelola usahatani tebu sebaik-baiknya dan mematuhi bimbingan yang dilakukan oleh PTPN VII Unit Usaha Bungamayang, 2 menyerahkan semua hasil usahatani tebunya kepada PTPN VII Unit Usaha Bungamayang selaku pabrik gula, 3 mengembalikan bunga kredit setelah selesai giling dan membayar biaya tebang angkut, 4 menyarahkan fotokopi bukti kepemilikan lahan. Kewajiban yang harus dipenuhi petani tebu rakyat bebas TRB, yaitu : 1 mengelola usahatani dengan baik, tidak harus mengikuti bimbingan yang dilakukan oleh PTPN VII Unit Usaha Bungamayang, 2 diperbolehkan untuk menyerahkan sebagian atau seluruh hasil usahatani tebunya kepada PTPN VII Unit Usaha Bungamayang. TRB juga hanya membayar biaya tebang angkut setelah selesai giling. b. Hak dan Kewajiban PTPN VII Unit Usaha Bungamayang PTPN VII Unit Usaha Bungamayang dalam kemitraannya dengan petani tebu anggota TRK dan TRB selaku pabrik gula juga memiliki hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan hubungan kemitraan ini sehingga berjalan dengan lancar. Pada hubungan kemitraan, hak petani tebu anggota TRK dan TRB merupakan kewajiban PTPN VII Unit Usaha Bungamayang, sedangkan kewajiban petani TRK dan petani TRB merupakan hak dari PTPN VII Unit Usaha Bungamayang. c. Kemitraan dalam Hal Pengolahan Proses pengolahan tebu menjadi gula pasir merupakan rangkaian proses sejak diterimanya bahan baku dari kebun sampai menjadi produk gula. Penentuan waktu tebang dan pengangkutan hasil sampai ke tempat timbangan pabrik gula