Pola Kemitraan Dalam Produksi Tebu

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

3.1.1. Konsep Usahatani

Ilmu usahatani menurut Soekarwati 2002 adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara-cara petani memperoleh dan mengkombinasikan sumberdaya lahan, tenaga kerja, modal, waktu dan pengolahan yang terbatas untuk mencapai tujuannya. Suratiyah 2008 menjelaskan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Hernanto 1996 menjelaskan bahwa terdapat empat unsur pokok faktor-faktor produksi dalam usahatani, yaitu : 1. Lahan Lahan merupakan faktor yang relatif langka dibanding dengan faktor produksi lain serta distribusi penguasaannya tidak merata di masyarakat. Oleh karena itu, lahan memiliki beberapa sifat, di antaranya adalah : luasnya relatif atau dianggap tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan, dan dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Lahan usahatani dapat diperoleh dengan cara membeli, menyewa, membuka lahan sendiri, wakaf, menyakap atau pemberian negara. 2. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan pelaku dalam usahatani yang bertugas menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi. Dalam usahatani, tenaga kerja dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu : tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak, dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia digolongkan menjadi tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani didasari oleh tingkat kemampuannya. Kualitas kerja manusia sangat dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam kegiatan usahatani digunakan satuan ukuran yang umum untuk mengatur tenaga kerja yaitu jumlah jam dan hari kerja total. Ukuran ini menghitung seluruh pencurahan kerja mulai dari persiapan hingga pemanenan dengan menggunakan inventarisasi jam kerja 1 hari = 7 jam kerja lalu dijadikan hari kerja total HK total. Tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja ternak sering digunakan untuk pengolahan tanah dan angkutan. Begitu pula dengan tenaga kerja mekanik sering digunakan untuk pengolahan tanah, penanaman, pengendalian hama, serta pemanenan 3. Modal Modal merupakan barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi lain menghasilkan produk pertanian. Menurut sifatnya modal dibedakan menjadi dua yaitu modal tetap dan modal tidak tetap. Penggunaan modal berfungsi untuk membantu meningkatkan produktivitas dan menciptakan kekayaan serta pendapatan usahatani. Modal dalam suatu usahatani untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal dapat diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit, warisan, usaha lain, atau kontrak sewa. 4. Manajemen Manajemen usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi dengan sebaik-baiknya sehingga mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Dengan demikian, pengenalan secara utuh faktor yang dimiliki dan faktor yang dikuasai akan sangat menentukan keberhasilan pengelolaan.

3.1.2. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani merupakan hasil pengurangan antara penerimaan total dari kegiatan usahatani dengan biaya usahatani, dimana besar pendapatan sangat tergantung pada besarnya penerimaan dan biaya usahatani tersebut dalam jangka waktu tertentu. Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui keberhasilan usahatani dilihat dari pendapatan yang diterima. Pendapatan yang semakin besar mencerminkan keberhasilan petani yang semakin baik. Dengan dilakukannya analisis tersebut, petani dapat melakukan perencanaan kegiatan usahatani yang lebih baik di masa yang akan datang. Soekartawi et al. 1986 menjelaskan bahwa terdapat beberapa istilah yang dipergunakan dalam menganalisis pendapatan usahatani, yaitu : 1. Penerimaan tunai usahatani merupakan nilai yang diterima dari penjualan produk usahatani. 2. Pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. 3. Pendapatan tunai usahatani adalah produk usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. 4. Pengeluaran total usahatani merupakan nilai semua yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam kegiatan produksi termasuk biaya yang diperhitungkan. 5. Pendapatan total usahatani adalah selisih antara penerimaan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Dalam melakukan analisis usahatani, diperlukan data-data yang terkait dengan penerimaan dan biaya usahatani selama jangka waktu tertentu. Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga jual dari hasil produksi tersebut selama jangka waktu tertentu. Sedangkan biaya usahatani adalah total pengeluaran petani yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani selama jangka waktu tertentu. Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap fixed cost dan biaya variabel variable cost. Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya tetap dan dikeluarkan terus menerus tanpa terpengaruh oleh faktor-faktor produksi yang digunakan dan jumlah produk yang dihasilkan. Sementara biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang digunakan dan jumlah produk yang dihasilkan. Pendapatan usahatani terbagi menjadi pendapatan tunai usahatani dan pendapatan total usahatani. Pendapatan tunai usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya tunai usahatani. Sedangkan pendapatan total usahatani mengukur pendapatan kerja petani dari seluruh biaya usahatani yang dikeluarkan. Pendapatan bersih usahatani diperoleh dari selisih penerimaan usahatani dengan biaya total usahatani. Analisis RC rasio merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui pendapatan usahatani. Dengan dilakukannya analisis RC rasio, maka akan diketahui besar penerimaan usahatani yang diperoleh petani untuk setiap satuan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Nilai RC rasio yang dihasilkan dapat bernilai lebih satu atau kurang dari satu. Jika nilai RC rasio lebih besar dari satu, maka setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya tersebut. Sebaliknya jika nilai RC rasio lebih kecil dari satu, maka setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil daripada tambahan biaya tersebut. Sedangkan jika nilai RC rasio sama dengan satu, maka tambahan biaya yang dikeluarkan akan sama besar dengan tambahan penerimaan yang didapat, sehingga diperoleh keuntungan normal. Pada dasarnya semakin besar nilai RC rasio yang didapat menggambarkan semakin besarnya penerimaan usahatani yang diperoleh untuk setiap satuan biaya yang dikeluarkan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usahatani tersebut layak dan menguntungkan untuk dilakukan. 3.1.3. Konsep Efisiensi Farrell 1957 menjabarkan konsep efisiensi pada tiga pengertian, yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif harga dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis mencerminkan kemampuan petani untuk memperoleh output maksimal dari sejumlah input tertentu. Seorang petani dikatakan lebih efisien secara teknis dari petani lain jika petani tersebut dapat menghasilkan output lebih besar pada tingkat penggunaan teknologi produksi yang sama. Petani yang menggunakan input lebih kecil pada tingkat teknologi produksi yang sama, juga dikatakan lebih efisien dari petani lain jika menghasilkan output yang sama besarnya Bakhsloodeh dan Thomson, 2001. Efisiensi alokatif mencerminkan kemampuan petani untuk menggunakan input dengan proporsi yang optimal pada masing-masing tingkat harga input dan teknologi yang dimiliki sehingga produksi dan pendapatan yang diperoleh maksimal, karena pada dasarnya tujuan petani dalam mengelola usahataninya adalah untuk meningkatkan produksi dan pendapatan. Tingkat produksi dan pendapatan usahatani sangat ditentukan oleh efisiensi petani dalam mengaloksikan sumberdaya yang dimilikinya ke dalam berbagai alternatif aktivitas produksi. Kedua ukuran efisiensi tersebut bila digabungkan menghasilkan ukuran efisiensi ekonomis total yaitu kemampuan menghasilkan produksi yang tinggi dengan biaya produksi yang dapat ditekan serta menjual produksi dengan harga tinggi. Secara secara lebih sederhana efisiensi ekonomis dapat diukur dengan kriteria keuntungan maksimum dan kriteria biaya minimum Sugianto, 1982. Dalam mengelola usahataninya, petani mungkin saja melakukan penyimpangan-penyimpangan yang menimbulkan konsekuensi dalam usahataninya. Penyimpangan-penyimpangan tersebut biasanya terkait erat dengan manajerial petani. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya efisiensi terjadinya inefisiensi. Penentuan sumber dari inefisiensi ini tidak hanya memberikan inforrnasi tentang sumber-sumber potensial yang inefisien, tetapi juga saran terhadap kebijakan meningkatkan atau mengurangi untuk mencapai tingkat efisiensi total. Efisiensi teknis dianggap sebagai kemampuan untuk berproduksi pada isoquant batas. Sebaliknya inefisiensi teknis mengacu pada penyimpangan dari isoquant batas. Sedangkan efisiensi alokatif mengacu pada kemampuan untuk memproduksi pada tingkat output tertentu dengan menggunakan rasio input pada biaya yang minimum. Sebaliknya inefisien alokatif mengacu pada penyimpangan dari rasio input pada biaya minimum. Konsep efisiensi dapat didekati dari dua sisi yaitu dari sisi alokasi penggunaa input dan dari sisi output yang dihasilkan. Pendekatan dari sisi input yang dikemukakan oleh Farrell 1957 yang diilustrasikan pada Gambar 1. Sumber: Coelli et al., l998 Gambar 1. Konsep Efisiensi Orientasi Input Kurva SS’ merupakan isoquant frontier yang menunjukkan kombinasi input X 1 dan X 2 yang efisien secara teknis untuk menghasilkan output Y. Titik P dan Q menggambarkan dua perusahaan yang berbeda yang menggunakan X 2 y X 1 y P R A S Q’ Q A’ S’ kombinasi input dengan proporsi input X 1 dan X 2 yang sama. Keduanya berada pada garis yang sama dari Titik 0 untuk memproduksi satu unit Y. Titik P berada diatas kurva isoquant sedangkan Q menunjukkan perusahaan yang beroperasi pada kondisi efisien secara teknis. Titik Q juga menunjukkan bahwa perusahaan memproduksi sejumlah output yang sama dengan perusahaan di Titik P, tetapi dengan jumlah input yang lebih sedikit. Berdasarkan hal tersebut, maka efsiensi teknis dapat dilihat dari rasio 0Q0P yang menunjukkan proporsi dimana kombinasi input pada P dapat diturunkan dengan rasio X 1 X 2 konstan, sedangkan output tetap Farrell, 1957. Efisiensi alokatif AE dapat ditentukan jika harga input diketahui. Garis isocost AA’ digambarkan menyinggung isoquant SS’ di Titik Q’ dan memotong garis 0P di Titik R. Titik R menunjukkan rasio input-output optimal yang meminimumkan biaya produksi pada tingkat output tertentu karena slope isoquant sama dengan slope garis isocost. Titik Q secara teknis efisien tetapi secara alokatif inefisien karena perusahaan di Titik Q berproduksi pada tingkat biaya yang lebih tinggi daripada di Titik Q’. Jarak 0R-0Q menunjukkan penurunan biaya produksi jika produksi terjadi di Titik Q’ secara alokatif dan teknis efisien sehingga efisiensi alokatif AE untuk perusahaan yang beroperasi di Titik P adalah rasio 0R0Q. Berdasarkan konsep Farrell 1957, ukuran efisiensi teknis dirumuskan sebagai berikut: TE = 0Q0P ...................................................................................... 3.1 Sedangkan ukuran efisiensi alokatif dapat diperoleh melalui persamaan berikut: AE = 0R0Q ..................................................................................... 3.2 Efisiensi ekonomis merupakan gabungan dari efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Secara matematis, efisiensi ekonomis dinyatakan melalui persamaan berikut: EE = TE x AE = 0Q0Px 0R0Q = 0R0P ................................. 3.3 Pengukuran efisiensi teknis dari sisi input merupakan rasio dari input atau biaya batas frontier terhadap input atau biaya observasinya. Bentuk umum dari ukuran efisiensi teknis oleh observasi ke-i pada waktu ke-t didefinisikan sebagai berikut Coelli, 1996: TE= E Y U i , X i E Y U i = 0,X i =E exp -U i i …………………………………..3.4 Dimana nilai TE antara 0 dan 1, atau 0 ≤ TE ≤ 1 Dengan mengasumsikan bahwa sebuah perusahaan atau usahatani dalam mencapai keuntungan harus mengalokasikan biaya secara minimum dari input yang ada, atau berarti sebuah usahatani berhasil mencapai efisiensi alokatif. Dengan demikian akhirnya akan diperoleh fungsi biaya dual sebagai berikut: C = C y i , р i, i + µ i ....................................................................... 3.5 Dimana: C = biaya produksi y i = jumlah output р i = harga input i = koefisien parameter µ i = error term efek inefisiensi biaya Jondrow et al. 1982 mendefinisikan efisiensi secara ekonomi sebagai rasio total biaya produksi minimum yang diobservasi C dengan total biaya produksi aktual C. EE = C C = E C i µ i = 0, Y i ,P i E C i µ i = Y i ,P i = E [ exp U i ] ........................................ 3.6 dimana EE similar 0 ≤ EE ≤ 1. Efisiensi secara ekonomi merupakan gambaran gabungan dari efisiensi teknis dan alokatif. Konsep efisiensi melalui pendekatan output diilustrasikan menggunakan Kurva Kemungkinan Produksi KKP dengan simbol ZZ’ pada Gambar 2. Sumber: Coelli et al., 1998 Gambar 2. Konsep Efisiensi Orientasi Output D Z` Z y 2 x y 1 x C A B B’ D’