Sumber-Sumber Inefisiensi Teknis Analisis Efisiensi Teknis 1. Sebaran Efisiensi Teknis

Dimana: C = biaya produksi tebu per individu petani Rupiah Y = jumlah produksi tebu ton P X1 = harga rata-rata sewa lahan per hektar, yaitu Rp 1 120 000 P X3 = harga rata-rata pupuk Urea per kilogram yaitu Rp 1 800 P X4 = harga rata-rata pupuk TSP per kilogram, yaitu Rp 4 600 P X5 = harga rata-rata pupuk KCL per kilogram, yaitu 5 200 P X6 = harga rata-rata pestisida padat per kilogram, yaitu Rp 90 000 P X7 = harga rata-rata pestisida cair per liter, yaitu Rp 80 000 P X8 = harga upah tenaga kerja per HOK, yaitu Rp 45 000 Sedangkan pada pola tanam keprasan, fungsi biaya isocost frontier sebagai berikut: Ln C = -0.4674 + 0.9599 lnY+ 0.5288 lnP X1 + 0.1153 lnP X3 + 0.0925 lnP X4 + 0.0715 lnP X5 + 0.0182 lnP X6 + 0.0742 lnP X7 + 0.0995 lnP X8 .... 7.2 Dimana: C = biaya produksi tebu per individu petani Rupiah Y = jumlah produksi tebu ton P X1 = harga rata-rata sewa lahan per hektar, yaitu Rp 1 125 000 P X3 = harga rata-rata pupuk Urea per kilogram yaitu Rp 1 800 P X4 = harga rata-rata pupuk TSP per kilogram, yaitu Rp 4 600 P X5 = harga rata-rata pupuk KCL per kilogram, yaitu 5 200 P X6 = harga rata-rata pestisida padat per kilogram, yaitu Rp 90 000 P X7 = harga rata-rata pestisida cair per liter, yaitu Rp 80 000 P X8 = harga upah tenaga kerja per HOK, yaitu Rp 45 000 Berdasarkan hasil penurunan fungsi biaya dual pada persamaan 7.1 dapat dihitung nilai efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis petani contoh pola non- keprasan. Sedangkan hasil penurunan fungsi biaya dual pada persamaan 7.2 dapat dihitung nilai efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis petani contoh pola keprasan. Sementara itu, inefisiensi diasumsikan meningkat dengan semakin naiknya biaya pada tingkat harga input tertentu. Sebaran nilai efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi petani pada pola tanam non-keprasan dan keprasan dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Sebaran Efisiensi Alokatif dan Efisiensi Ekonomi Petani Pada Pola Tanam Non-Keprasan dan Keprasan di Daerah Penelitian Sebaran Efisiensi Efisiensi Alokatif Efisiensi Ekonomi Pola Non-Keprasan Pola Keprasan Pola Non-Keprasan Pola Keprasan Jumlah Orang Persen Jumlah Orang Persen Jumlah Orang Persen Jumlah Orang Persen 0.2 3 12.00 0.00 6 24.00 0.00 0.2-0.3 17 68.00 0.00 17 68.00 0.00 0.3-0.4 5 20.00 0.00 2 8.00 0.00 0.4-0.5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.5-0.6 0.00 7 14.00 0.00 8 16.00 0.6-0.7 0.00 8 16.00 0.00 17 34.00 0.7-0.8 0.00 17 34.00 0.00 15 30.00 0.8-0.9 0.00 9 18.00 0.00 6 12.00 0.9-1.0 0.00 9 18.00 0.00 4 8.00 Total 25 100.00 50 100.00 25 100.00 50 100.00 Rata-Rata 0.2653 0.7681 0.2359 0.7125 Maksimum 0.3612 0.9963 0.3094 0.9775 Minimum 0.1757 0.5228 0.1747 0.5128 Sumber: Analisis Data Primer, 2012 Efisiensi alokatif petani non-keprasan berada pada kisaran 0.1757 sampai dengan 0.3612 dengan rata-rata 0.2653. Jika rata-rata petani dengan pola tanam keprasab dapat mencapai tingkat efisiensi alokatif paling tinggi, maka mereka akan menghemat biaya sebesar 26.54 persen 1-0.26530.3612. Sedangkan untuk petani paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 33.77 persen 1-0.17570.2653. Efisiensi alokatif pola tanam keprasan berkisar antara 0.5228 sampai dengan 0.9963 dengan nilai rata-rata 0.7681. Jika rata-rata petani keprasan dapat mencapai tingkat efisiensi alokatif paling tinggi, maka mereka akan menghemat biaya sebesar 22.91 persen 1- 0.76810.9963. Sedangkan untuk petani paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 31.93 persen 1-0.52280.7681. Efisiensi ekonomis petani non-keprasan berada pada kisaran 0.1747 sampai dengan 0.3094 dengan nilai rata-rata 0.2359. Sedangkan efisiensi petani keprasan berada pada kisaran 0.5128 sampai dengan 0.9775 dengan nilai rata-rata 0.7125. Jika rata-rata petani non-keprasan dapat mencapai efisiensi paling tinggi, maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 23.76 persen 1-0.23590.3094. Sedangkan yang paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 25.92 persen 1-0.17470.2359. Pada petani keprasan, jika rata-rata petani dapat mencapai efisiensi paling tinggi, maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 27.10 persen 1-0.71250.9775. Sedangkan petani yang paling tidak efisen, mereka dapat menghemat biaya sebesar 28.04 persen 1-0.51280. 7125. Pada pola tanam non-keprasan, petani belum dapat dikatakan efisien secara alokatif dan ekonomis karena nilai efisiensi rata-rata kedua kelompok ≤ 0.7. Sedangkan pada pola keprasan, petani sudah dapat dikatakan efisien secara alokatif dan ekonomis karena nilai efisiensi rata-rata kedua kelompok ≥ 0.7. Rendahnya efisiensi alokatif petani pola tanam non-keprasan dibandingkan dengan pola keprasan karena petani tidak melakukan perbedaan dalam pemberian inputnya. Dengan kata lain, petani tetap mengalokasikan input yang sama pada pola tanam non-keprasan dan keprasan meskipun hasil produksi tebu pada pola tanam non-keprasan cenderung rendah. Berdasarkan pada pola kemitraan, sebaran efisiensi alokatif dan ekonomis petani non-keprasan pola kemitraan TRK dan TRB dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Sebaran Efisiensi Alokatif dan Ekonomis Petani Non-Keprasan dengan Pola Kemitraan TRK dan TRB di Daerah Penelitian Sebaran Efisiensi Efisiensi Alokatif Efisiensi Ekonomi TRK TRB TRK TRB Jumlah Orang Persen Jumlah Orang Persen Jumlah Orang Persen Jumlah Orang Persen 0.2 2 14.29 1 9.09 3 21.43 3 27.27 0.2-0.3 10 71.43 7 63.64 11 78.57 6 54.55 0.3-0.4 2 14.29 3 27.27 0.00 2 18.18 0.4-0.5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.5-0.6 0.00 0.00 0.00 0.00 0.6 0.00 0.00 0.00 0.00 Total 14 100.00 11 100.00 14 100.00 11 100.00 Rata-Rata 0.2625 0.2689 0.2278 0.2462 Maksimum 0.3612 0.3244 0.2944 0.3094 Minimum 0.1871 0.1757 0.1778 0.1747 Sumber: Analisis Data Primer, 2012 Efisiensi alokatif petani TRK berada pada kisaran 0.1871 sampai dengan 0.3612 dengan rata-rata 0.2625. Jika rata-rata petani contoh TRK dapat mencapai tingkat efisiensi alokatif paling tinggi, maka mereka akan menghemat biaya sebesar 27.31 persen 1-0.26250.3612. Sedangkan untuk petani paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 28.74 persen 1-0.18710.2625. Efisiensi alokatif untuk petani TRB berkisar antara 0.1757 sampai dengan 0.3094 dengan nilai rata-rata 0.2462. Jika rata-rata petani contoh TRB dapat mencapai tingkat efisiensi alokatif paling tinggi, maka mereka akan menghemat biaya sebesar 17.13 persen 1- 0.175702689. Sedangkan untuk petani paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 34.64 persen 1-0.26890.3244. Efisiensi ekonomis petani contoh TRK berada pada kisaran 0.1778 sampai dengan 0.2944 dengan nilai rata-rata 0.2278. Sedangkan efisiensi petani contoh TRB berada pada kisaran 0.1747 sampai dengan 0.3094 dengan nilai rata-rata 0.2462. Jika rata-rata petani contoh TRK dapat mencapai efisiensi paling tinggi, maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 22.63 persen 1-0.22780.2944. Sedangkan yang paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 21.92 persen 1-0.17780.2278. Pada petani contoh TRB, jika rata-rata petani dapat mencapai efisiensi paling tinggi, maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 20.43 persen 1-0.24620.3094. Sedangkan petani yang paling tidak efisen, mereka dapat menghemat biaya sebesar 29.03 persen 1-0.17470.2462. Pada pola tanam non-keprasan, baik petani yang tergabung dalam TRK maupun TRB belum dapat dikatakan efisien secara alokatif karena nilai efisiensi rata-rata kedua kelompok ≤ 0.7. Berdasarkan pada pola kemitraan, sebaran nilai efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi petani contoh keprasan dengan pola kemitraan TRK dan TRB dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37. Sebaran Efisiensi Alokatif dan Ekonomis Petani Keprasan dengan Pola Kemitraan TRK dan TRB di Daerah Penelitian Sebaran Efisiensi Efisiensi Alokatif Efisiensi Ekonomi TRK TRB TRK TRB Jumlah Orang Persen Jumlah Orang Persen Jumlah Orang Persen Jumlah Orang Persen 0.5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.5-0.6 6 19.35 0.00 6 19.35 2 10.53 0.6-0.7 4 12.90 4 21.05 9 29.03 8 42.11 0.7-0.8 10 32.26 8 42.11 11 35.48 4 21.05 0.8-0.9 5 16.13 4 21.05 4 12.90 3 15.79 0.9-1.0 6 19.35 3 15.79 1 3.23 2 10.53 Total 31 100.00 19 100.00 31 100.00 19 100.00 Rata-Rata 0.7545 0.7901 0.7039 0.7265 Maksimum 0.9860 0.9963 0.9082 0.9775 Minimum 0.5228 0.6604 0.5128 0.5457 Sumber: Analisis Data Primer, 2012 Efisiensi alokatif petani TRK sebagaimana disajikan pada Tabel 35 berada pada kisaran 0.5228 sampai dengan 0.9860 dengan rata-rata 0.7545. Jika rata-rata petani contoh TRK dapat mencapai tingkat efisiensi alokatif paling tinggi, maka mereka akan menghemat biaya sebesar 23.48 persen 1-0.75450.9860. Sedangkan untuk petani paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 30.71 persen 1-0.52280.7544. Efisiensi alokatif untuk petani TRB berkisar antara 0.6604 sampai dengan 0.9963 dengan nilai rata-rata 0.7901. Jika rata-rata petani contoh TRB dapat mencapai tingkat efisiensi alokatif paling tinggi, maka mereka akan menghemat biaya sebesar 20.69 persen 1- 0.79010.9963. Sedangkan untuk petani paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 16.42 persen 1-0.66040.7901. Pada pola tanam keprasan efisiensi ekonomis petani contoh TRK berada pada kisaran 0.5128 sampai dengan 0.9082 dengan nilai rata-rata 0.7039. Sedangkan efisiensi petani contoh TRB berada pada kisaran 0.5457 sampai dengan 0.9775 dengan nilai rata-rata 0.7265. Jika rata-rata petani contoh TRK dapat mencapai efisiensi paling tinggi, maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 22.49 persen 1-0.70390.9082. Sedangkan yang paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 27.16 persen 1-0.51280.7039. Pada petani contoh TRB, jika rata-rata petani dapat mencapai efisiensi paling tinggi, maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 25.67 persen 1-0.54570.7265. Sedangkan petani yang paling tidak efisen, mereka dapat menghemat biaya sebesar 24.89 persen 1-0.72650.7265. Pada pola tanam keprasan, baik petani contoh yang tergabung dalam TRK maupun petani yang tergabung dalam TRB dapat dikatakan efisien secara alokatif karena nilai efisiensi rata-rata kedua kelompok ≤ 0.7. Kedua kelompok kemitraan yaitu TRK dan TRB secara rata-rata telah efisien secara teknis, akan tetapi dengan harga input yang berlaku di daerah setempat, biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani TRB lebih murah dibandingkan dengan petani TRK khususnya pada pola tanam non-keprasan. Kondisi ini terjadi karena petani TRB lebih fleksibel dalam penggunaan inputnya.

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

8.1. Simpulan

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pola non-keprasan adalah pola budidaya tebu dengan menggunakan bibit dan pola keprasan adalah budidaya tebu tanpa menggunakan bibit atau tanaman tebu yang tumbuh setelah tanaman pertama ditebang. Usahatani tebu non- keprasan maupun keprasan di daerah penelitian masih layak secara finansial untuk diusahakan karena memiliki nilai RC 1. Pendapatan usahatani pola keprasan lebih besar dibandingkan pola non-keprasan karena produksi tebu pada pola tanam keprasan lebih besar dibandingkan non-keprasan. Berdasarkan pada pola kemitraan, pendapatan usahatani petani TRK lebih besar dibandingkan petani TRB. Hal ini karena sumber penerimaan usahatani petani TRK lebih besar dibandingkan petani TRB. 2. Hasil estimasi usahatani tebu fungsi produksi frontier pada pola non-keprasan dijumpai variabel lahan, pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pestisida padat, pestisida cair dan tenaga kerja memiliki berpengaruh nyata. Pada pola keprasan, variabel yang berpengaruh nyata yaitu lahan, pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pestisida cair dan tenaga kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis adalah pendidikan, pengalaman dan ukuran usahatani. Ukuran usahatani memiliki pengaruh paling besar untuk mengurangi inefisiensi teknis. Usahatani pola non-keprasan dan keprasan sudah efisien secara teknis dan pola keprasan lebih efisien dibandingkan dengan non-keprasan. Kemitraan berpengaruh positif karena mampu membawa petani mencapai efisiensi teknis baik pada pola non-keprasan maupun keprasan. Petani sudah mampu mencapai efisiensi alokatif dan ekonomi pada pola keprasan tetapi belum pada pola non-keprasan. Berdasarkan pada pola kemitraan, petani TRB lebih efisien dibandingkan petani TRK baik secara teknis, alokatif maupun ekonomis. Hal ini kerena petani TRB memiliki lahan lebih luas dan lebih fleksibel dalam penggunaan inputnya.