1. E
u
i
|
X
i
= 0, yang berarti rata-rata hitung dari simpangan deviasi yang berhibungan dengan setiap X
i
tertentu sama dengan nol. 2.
Cov u
i
, u
j
=0, i≠j, yang berarti tidak ada autokorelasi atau tidak ada korelasi
antara kesalahan pengganggu u
i
dan u
j
. 3.
Var u
i
|
X
i
=
σ , yang berarti setiap error mempunyai varian yang sama atau penyebaran yang sama homoskedasitas.
4. Cov
u
i
, X
i
= 0, yang berarti tidak ada korelasi kesalahan pengganggu dengan setiap variabel yang menjelaskan X
i
. 5.
N 0; σ , yang berarti kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal
dengan rata-rata nol dan varian σ .
6. Tidak ada multikolianearitas yang berarti bahwa tidak ada hubungan liniear
yang nyata antara variabel-variabel yang menjelaskan. Namun demikian saat fungsi Cobb Douglas diduga dengan menggunakan
metode OLS sering terjadi multikoliniearitas dimana adanya korelasi diantara peubah bebas. Multikolinearitas umumnya disebabkan oleh kecenderungan
variabel-variabel ekonomi yang bergerak secara bersamaan. Akibatnya koefisien dugaan tidak stabil besar dan arah koefisien tidak valid dan sulit membedakan
pengaruh satu variabel dengan variabel lainnya. Menurut Gujarati 1988 untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah dengan menghubungkan data
cross-sectional dan data time series, mengeluarkan variabel bebas yang berkorelasi kuat dengan variabel bebas lainnya dan penambahan data baru.
3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual
Lampung merupakan propinsi penghasil tebu terbesar di luar Pulau Jawa dengan rata-rata produksi tebu mencapai 903 320 ton pada tahun 2009 Ditjenbun
Kementan 2010. Bahkan Lampung termasuk propinsi dengan produktivitas tertinggi di Indonesia, yaitu 97.72 ton perhektar pada tahun 2009 Ditjenbun
Kementan 2010. Akan tetapi, Akan tetapi jika dilihat dari produktivitas berdasarkan pengusahaan, maka besarnya produktivitas tebu di Lampung lebih
dikarenakan produktivitas tebu yang dihasilkan oleh perkebunan swasta dibandingkan dengan perkebunan rakyat. Bahkan produktivitas tebu rakyat paling
rendah dibandingkan dengan yang lain. Pada kurun waktu 2004-2009, rata-rata
produktivitas tebu rakyat hanya 67.81 ton perhektar, lebih kecil dibandingkan dengan produktivitas tebu perkebunan negara yang mencapai 78.75 ton perhektar,
dan tebu perkebunan swasta yang mencapai 102.91 ton perhektar BPS Propinsi Lampung, 2010. Rendahnya produksi dan produktivitas ini pada gilirannya juga
akan mengakibatkan rendahnya penerimaan usahatani para petani tebu. Selain itu, rendahnya produktivitas juga mencerminkan efisiensi produksi yang rendah karena
petani kurang optimal dalam melakukan budidaya tanamannya. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan produksi maupun
produktivitas tebu rakyat adalah dengan mengembangkan kemitraan antara petani tebu dengan pabrik. Kemitraan yang dilakukan berupa penyediaan fasilitas kredit
dimana PTPN VII Unit Usaha Bungamayang bertindak sebagai avalis dengan pihak perbankan. Petani yang mengikuti pola kemitraan ini lazim disebut sebagai
petani Tebu Rakyat Kredit TRK. Pola kemitraan lain yang dikembangkan adalah petani Tebu Rakyat Bebas TRB. Pola ini lebih ditujukan untuk memenuhi
kapasitas giling. Akan tetapi kemitraan yang terjadi TRK justru menimbulkan masalah antara lain pemberian kredit yang tidak tepat waktu, besarnya kredit yang
masih rendah dibandingkan dengan kebutuhan, bunga kredit yang dinilai terlalu besar, dan bagi hasil antara pabrik dan petani yang dinilai kurang memotivasi
petani untuk meningkatkan produksi maupun produktivitasnya. Jalinan kemitraan yang diharapkan mampu memotivasi petani untuk
meningkatkan produksi tebunya melalui pengadaan input yang lebih baik justru semakin mempersulit kehidupan para petani tebu rakyat itu sendiri. Hal ini karena
jumlah produksi yang dihasilkan cenderung tetap tetapi dengan tambahan biaya yang lebih akibat adanya tambahan biaya produksi berupa bunga yang harus
dibayarkan sebagai bagian perjanjian pinjaman. Hasil penelitian Sriati et al. 2008 menyimpulkan bahwa faktor akses terhadap kredit merupakan faktor yang
mempengaruhi petani untuk menjalin kemitraan dengan PTPN VII Unit Usaha Bungamayang. Jika kredit yang diberikan dipandang kurang menguntungkan bagi
petani, maka dikhawatirkan banyak petani yang tidak lagi mau bermitra dengan PTPN VII Unit Usaha Bungamayang. Selain itu, berbagai kendala di atas
dikhawatirkan juga berpengaruh terhadap proses produksi petani karena usahatani yang dijalankan menjadi tidak maksimal. Jika pengolahan dan bagi hasil serta
pelayanan fasilitas kredit utamanya merupakan faktor utama yang menentukan motivasi untuk mengusahakan tebu Kartikaningsih, 2009, berbagai kendala akan
membuat petani kehilangan motivasi untuk mengusahakan tebu dan berpindah ke komoditas lain. Kondisi pada gilirannya kurang menguntungkan bagi PTPN VII
Unit Usaha Bungamayang khususnya terkait dengan penyediaan bahan baku produksinya.
Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis pengaruh kemitraan terhadap tingkat pendapatan petani tebu rakyat dan faktor yang mempengaruhi
tingkat efisiensi serta pengaruh kemitraan terhadap tingkat efisiensi petani tebu rakyat baik dalam pola tanam non-keprasan maupun keprasan. Hal ini menjadi
penting untuk dilakukan karena dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, rendemen yang dihasilkan oleh petani TRB lebih tinggi dibandingkan dengan petani TRK.
Kerangka konseptual untuk penelitian lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual
Produktivitas Tebu Rakyat yang Rendah
Kemitraan Petani dengan Pabrik Gula
Pola Non-Keprasan Pola Keprasan
Rekomendasi Kebijakan
TRK TRB
TRK TRB
Analisis Usahatani Analisis Efisiensi Produksi
Stochastic Frontier
3.3. Hipotesis Penelitian
Merujuk pada rumusan permasalahan, tinjauan teori, penelitian terdahulu dan uraian kerangka konseptual di atas maka dapat diformulasikan hipotesis
sebagai berikut: 1.
Pendapatan petani keprasan lebih besar dibandingkan dengan petani non-keprasan dan pendapatan petani dengan pola kemitraan TRK lebih besar
dibandingkan dengan petani dengan pola kemitraan TRB. 2.
Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat efisiensi teknis usahatani tebu adalah luas lahan, bibit, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL,
pestidida padat, pestisida cair, tenaga kerja, pendidikan formal, pengalaman, dummy pola kemitraan dan ukuran usahatani. Petani pola tanam keprasan
diduga lebih efisien dibandingkan dengan petani dengan pola tanam non-keprasan dan petani dengan pola kemitraan TRB diduga lebih efisien
dibandingkan dengan petani dengan pola kemitraan TRK.
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Propinsi Lampung. Pemilihan Propinsi Jawa Lampung dilakukan secara purposive berdasarkan data dari
Ditjenbun Kementan 2010, dimana pada tahun 2009 produksi tebu di Lampung mencapai 903 320 ton atau menduduki peringkat kedua setelah Jawa Timur.
Selain itu, Lampung merupakan daerah pengembangan tebu yang potensial seiring dengan stagnasinya perkembangan areal perkebunan tebu di Pulau Jawa
khususnya Jawa Timur Malian et al., 2006 Adapun pemilihan sentra tebu rakyat yang dipilih yakni Kabupaten
Lampung Utara. Pemilihan Kabupaten Lampung Utara dilakukan secara purposive karena di kabupaten tersebut merupakan daerah yang paling besar
dalam pengembangkan komoditi tebu rakyat yaitu seluas 15 995 hektar dengan produksi sebesar 81 350 ton pada tahun 2009 atau 81.78 persen dari total produksi
tebu rakyat di Propinsi Lampung BPS Propinsi Lampung, 2010. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer mencakup karakteristik petani, input serta output usahatani
serta data lain yang membantu tercapainya penelitian ini. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan bantuan kuesioner. Data primer
diperlukan untuk melakukan analisis fungsi produksi dan mengukur tingkat efisiensinya
Data sekunder diperoleh dari Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Pusdatin Kementerian Pertanian, Ditjenbun Kementerian
Pertanian, Badan Pusat Statistik BPS Propinsi Lampung, Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Lampung Utara, Dinas Perkebunan Propinsi Lampung, Dinas
Perkebunan dan Kehutanan Lampung Utara dan PTPN VII Unit Usaha Bungamayang
4.3. Sampel dan Metode Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian ada dua macam, yaitu petani yang tergabung dalam TRK dan petani yang tergabung dalam TRB dengan pola tanam non-
keprasan dan keprasan. Petani TRK adalah para petani yang mendapatkan kredit dari PTPN VII Unit Usaha Bungamayang. Sampel dalam penelitian ada dua
macam, yaitu petani yang tergabung dalam TRK dan petani yang tergabung dalam TRB. Populasi dari petani TRK adalah para petani yang mendapatkan kredit dari
PTPN VII Unit Usaha Bungamayang. Jumlah petani TRK pada musim tanam 20092010 berdasarkan dari data PTPN VII Unit Usaha Bunga Mayang berjumlah
7648 petani yang tersebar di 33 desa. Dengan memperhatikan besarnya populasi dengan keragaman yang tinggi dan tersebar di wilayah yang luas, maka penentuan
sampel untuk petani TRK dilakukan dengan menggunakan metode cluster sampling. Pengklasteran dilakukan menurut sebaran geografis sehingga
didapatkan 11 kelompok. Hasil pengklasteran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Pengklasteran Petani Tebu Rakyat Kredit Berdasarkan Sebaran Geografis
Kelompok Desa atau Wilayah
Kelompok 1 Kota Napal;Bima Sakti
Kelompok 2 P. Panggung; Kotanegara; Negara Batin I
Kelompok 3 Negara Ratu; Negara Batin II, Batu Raja, Gedung Batin, Prokimal
Kelompok 4 Tanah Abang
Kelompok 5 Tulang Bawang Baru; Negara Tulang Bawang
Kelompok 6 Sukadana Udik; Sukamaju; Sukadana Ilir
Kelompok 7 Handuyang Ratu; Sumber Agung; Bandar Agung
Kelompok 8 Negeri Ujung Karang; Karang Sari; Karang Mulya; Karang Rejo; Karang Sakti
Kelompok 9 Dorowati; Gedung Jaya; Karang Rejo; Bangun Sari
Kelompok 10 Mulyorejo I; Mulyorejo II; Papan Rejo
Kelompok 11 Bandar Rejo; Iso Rejo
Dari 11 kelompok diatas, kelompok 7 dan 8 tidak dapat diambil sampelnya karena daerah-daerah yang masuk dalam kelompok tersebut sedang terjadi konflik
pemilikan lahan sehingga hanya 9 kelompok yang bisa diambil sampelnya. Masing-masing kelompok diambil 5 petani non-proportional sampling sehingga
jumlah keseluruhan adalah 45 petani. Jumlah sampel sebanyak 45 petani sudah
memenuhi batas minimum sampel 30 sampel yang dapat digunakan untuk menduga karakteristik variasi dari populasi Cooper dan Emory, 1996.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode judgemental sampling.
Petani TRB adalah para petani yang tidak mendapatkan fasilitas kredit dari PTPN VII Unit Usaha Bungamayang. Dalam penelitian ini, petani TRB yang akan
diambil sampelnya adalah petani TRB yang tergabung dalam koperasi. Penentuan koperasi dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Koperasi terdaftar di Dinas Perkoperasian, Perdagangan dan Industri
Lampung Utara. 2.
Koperasi tersebut menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan RAT secara rutin.
3. Koperasi memberikan pinjaman kredit bagi para petani baik yang melalui
PMUK maupun dana kredit yang bersumber dari koperasi. 4.
Koperasi mempunyai hubungan dengan PTPN VII Unit Usaha Bungamayang khususnya terkait dengan aktivitas giling.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka dipilih dua koperasi yaitu KUT Sejahtera Utama dan KPTR Manis Sejahtera. Jumlah sampel yang diambil
sebanyak 30 petani tebu dengan proporsi 12 petani dari KUT Sejahtera Utama dan 18 petani dari KPTR Manis Sejahtera. Pengambilan sampel dari masing-masing
koperasi tersebut dilakukan secara acak sederhana simple random sampling. Metode yang digunakan dalam pengambilan data yaitu wawancara dengan
bantuan kuesioner.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui
gambaran umum usahatani tebu dan keragaan usaha tebu baik tebu non-keprasan maupun keprasan yang diusahakan oleh para petani anggota TRB dan TRK di
wilayah kerja PTPN VII Unit Usaha Bungamayang. Sementara itu, analisis kuantitatf dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh
terhadap produksi tebu dan tingkat efisiensi usahatani tebu baik tebu non-keprasan