memenuhi batas minimum sampel 30 sampel yang dapat digunakan untuk menduga karakteristik variasi dari populasi Cooper dan Emory, 1996.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode judgemental sampling.
Petani TRB adalah para petani yang tidak mendapatkan fasilitas kredit dari PTPN VII Unit Usaha Bungamayang. Dalam penelitian ini, petani TRB yang akan
diambil sampelnya adalah petani TRB yang tergabung dalam koperasi. Penentuan koperasi dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Koperasi terdaftar di Dinas Perkoperasian, Perdagangan dan Industri
Lampung Utara. 2.
Koperasi tersebut menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan RAT secara rutin.
3. Koperasi memberikan pinjaman kredit bagi para petani baik yang melalui
PMUK maupun dana kredit yang bersumber dari koperasi. 4.
Koperasi mempunyai hubungan dengan PTPN VII Unit Usaha Bungamayang khususnya terkait dengan aktivitas giling.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka dipilih dua koperasi yaitu KUT Sejahtera Utama dan KPTR Manis Sejahtera. Jumlah sampel yang diambil
sebanyak 30 petani tebu dengan proporsi 12 petani dari KUT Sejahtera Utama dan 18 petani dari KPTR Manis Sejahtera. Pengambilan sampel dari masing-masing
koperasi tersebut dilakukan secara acak sederhana simple random sampling. Metode yang digunakan dalam pengambilan data yaitu wawancara dengan
bantuan kuesioner.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui
gambaran umum usahatani tebu dan keragaan usaha tebu baik tebu non-keprasan maupun keprasan yang diusahakan oleh para petani anggota TRB dan TRK di
wilayah kerja PTPN VII Unit Usaha Bungamayang. Sementara itu, analisis kuantitatf dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh
terhadap produksi tebu dan tingkat efisiensi usahatani tebu baik tebu non-keprasan
maupun tebu keprasan dengan menggunakan analisis fungsi produksi dan analisis efisiensi usahatani tebu baik pola non-keprasan maupun keprasan.
Pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excell 2007, SAS 9.1, dan Frontier 4.1. Data yang telah diolah selanjutnya disajikan
dalam bentuk tabel dan diuraikan secara deskriptif.
4.4.1. Analisis Pendapatan Usahatani
Dalam melakukan analisis pendapatan usahatani, perlu dilakukan pencatatan seluruh penerimaan total dan biaya total usahatani dalam satu musim
tanam. Penerimaan total adalah nilai produk total dalam jangka waktu tertentu. Biaya total adalah nilai semua input yang dikeluarkan untuk proses produksi.
Soekartawi 2002 menjelaskan bahwa pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai
adalah pendapatan atas biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani. Sedangkan pendapatan atas biaya total adalah penadapatan dimana semua input
milik keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya. Secara matematis, perhitungan penerimaan total, biaya dan pendapatan dirumuskan sebagai berikut :
TR = Py x Y
TC = TFC + TVC
π tunai = TRtotal - TCtunai π tunai = TRtotal – TCtunai + Bd41
dimana : TRtotal : Total penerimaan tunai usahatani Rupiah
TCtunai : Total biaya tunai usahatani Rupiah π
: Pendapatan Rupiah Bd
: Biaya yang diperhitungkan Rupiah Py
: Harga output Rupiah Y
: Jumlah output kg TVC
: Total biaya variabel Rupiah TFC
: Total biaya tetap Rupiah Penerimaan usahatani terbagi atas penerimaan tunai dan penerimaan total.
Penerimaan tunai merupakan nilai uang yang diterima dari penjualan produk
usahatani, yaitu jumlah produk yang dijual dikalikan dengan harga jual produk. Penerimaan total usahatani merupakan keseluruhan nilai produksi usahatani baik
dijual, dikonsumsi keluarga dan dijadikan persediaan. Selain itu, biaya usahatani juga dibagi menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai adalah
jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi kebutuhan usahatani. Sedangkan biaya total adalah seluruh nilai yang dikeluarkan bagi
usahatani, baik tunai maupun tidak tunai. Analisis RC rasio merupakan alat analisis dalam usahatani yang berfungsi
untuk mengetahui kelayakan dari kegiatan usahatani yang dilaksanakan dengan membandingkan nilai output terhadap nilai inputnya atau dengan kata lain
membandingkan penerimaan usahatani dengan pengeluaran usahataninya. Analisis RC rasio dilakukan untuk mengetahui besarnya penerimaan yang
dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan pada suatu kegiatan usahatani. Jika rasio RC bernilai lebih dari satu RC 1, maka usahatani layak untuk
dilaksanakan. Sebaliknya jika rasio RC bernilai kurang dari satu RC 1, maka usahatani tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Analisis RC rasio dilakukan
berdasarkan jenis biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya total. Adapun rumus RC rasio atas biaya tunai adalah sebagai berikut :
RC atas Biaya Tunai = Sedangkan rumus RC rasio atas biaya total adalah sebagai berikut:
RC atas Biaya Total =
4.4.2. Model Fungsi Produksi
Analisis fungsi produksi digunakan untuk melihat hubungan antara faktor- faktor produksi tebu variabel terikat dan produktivitas tebu variabel bebas.
Dalam analisis ini dilakukan analisis fungsi produksi dan analisis regresi untuk mengetahui faktor-faktor produksi tebu terhadap produktivitas tebu baik pada
usahatani tebu pola non-keprasan maupun usahatani tebu keprasan. Adapun langkah-langkah dalam menganalisis fungsi produksi adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi variabel bebas dan variabel terikat
Identifikasi variabel dilakukan dengan mendaftar faktor-faktor produksi tebu yang digunakan dalam proses produksi tebu, baik tebu non-keprasan maupun
tebu keprasan. Faktor-faktor produksi tebu untuk usahatani tebu non-keprasan adalah luas lahan, bibit tebu, pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pestisida
padat, pestisida cair dan tenaga kerja. Sementara itu, untuk usahatani tebu keprasan faktor produksi tebu yang digunakan adalah luas lahan, pupuk Urea,
pupuk TSP, pupuk KCL, pestisida padat, pestisida cair dan tenaga kerja. Bibit tidak digunakan dalam hal ini karena petani dalam usahatani keprasan tidak
menggunakan bibit seperti dalam usahatani tebu non-keprasan. Faktor-faktor produksi ini merupakan variabel bebas yang akan diuji pengaruhnya terhadap
variabel terikat yaitu hasil produksi tebu. 2.
Analisis fungsi produksi Fungsi produksi untuk usahatani tebu non-keprasan di Lampung Utara
diasumsikan berbentuk Cobb Douglas yang ditransformasikan kedalam bentuk linier logaritma natural sebagai berikut:
Ln Y = Ln b
+ b
1
Ln X
1
+ b
2
Ln X
2
+ b
3
Ln X
3
+ b
4
Ln X
4
+ b
5
Ln X
5
+ b
6
Ln X
6
+ b
7
Ln X
7
+ b
8
Ln X
8
+ ν
i
-µ
i
........................................ 4.1 Sementara itu, untuk model fungsi produksi keprasan dimana petani tidak
menggunakan bibit seperti halnya dalam usahatani non-keprasan sehingga model menjadi sebagai berikut:
Ln Y = Ln b
+ b
1
Ln X
1
+ b
3
Ln X
3
+ b
4
Ln X
4
+ b
5
Ln X
5
+ b
6
Ln X
6
+ b
7
Ln X
7
+ b
8
Ln X
8
+ ν
i
-µ
i
........................................................ 4.2 Keterangan:
Y = hasil produksi tebu ton
X
1
= luas tanah ha X
2
= bibit tebu ton X
3
= pupuk Urea kilogram X
4
= pupuk TSP kilogram X
5
= pupuk KCL kilogram X
6
= pestisida padat kg