Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament TGT
menjawab pertanyaan- pertanyaan yang disusun oleh guru. Setelah menjawab pertanyaan tersebut, perwakilan siswa mempresentasikan
hasil belajarnya. Tujuan kelompok belajar pada kegiatan ini adalah memperoleh kecakapan mengolah informasi, mengambil keputusan
dengan cerdas, kecakapan bekerjasama dan kecakapan berkomunikasi. c Permainan Games, pertanyaan dalam permainan disusun dan dirancang
dari materi-materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh mewakili masing-masing kelompok. Setiap siswa
mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab pertanyaan sesuai dengan pada kartu tersebut.
d Turnamen, sisswa yang berada dalam satu kelompok akan dipisahkan kepada meja-meja pertandingan sesuai dengan tingkatan kecerdasan
mereka. Pada meja pertandingan disediakan satu set lembar pertandingan berupa kunci jawaban, kartu nomor dan format pertandingan.
e Penghargaan tim Team Recognition, Penghargaan diberikan kepada kelompok yang memiliki poin tertinggi. Penghargaan dapat berupa hadiah
atau sertifikat atas usaha yang dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama.
Pembelajaran STAD, NHT dan TGT secara garis besar merupakan pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa. Hampir semua kegiatan
dalam pembelajaran ketiga kelompok model pembelajaran tersebut sama. Hanya tahapan nya sedikit yang berbeda.
Tabel 2.3 Berikut ini disajikan tahapan pembelajaran :
Model pembelajaran STAD
NHT TGT
Penyajian kelas presentasi
Kegiatan diskusi kelompok
Kuis
Games Turnamen
Penghitungan skor
Penghargaan tim
5 . Pengertian Hasil Belajar
Setiap proses belajar yang dihasilkan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. James O. Whittaker, misalnya merumuskan belajar
sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
34
Cronbach berpendapat bahwa learning shown by change in behaviour as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang
ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
35
. Howard L.kingskey mengatakan bahwa
“learning is the proces by which behaviour in the broader sense is originated or change through practice or
training.” Belajar adalah proses dimana tingkah laku dalam arti luas
34
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2011, Cet. III, h.12.
35
Ibid.
ditimbulkan atau diubah melalui latihan.
36
Slameto menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
37
Dan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai pengalaman hasil individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif,afektif dan
psikomotor. Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian,
sikap apresiasi, kemampuan ability, dan keterampilan
38
. Wingkel dalam purwanto mengatakan belajar adalah aktivitas mental psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang mengahasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap
39
. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan, belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman
40
. Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang mengetahui bahan yang diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran
menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Banyak orang mendeskripsikan pengertian antara evaluasi, pengukuran
measurement, tes, dan penilaian assessment. Padahal keempatnya memiliki pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat
apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi
pelaksanaannya. Adapun pengukuran measurement adalah proses pemberian
36
Ibid.
37
Slameto, belajar faktor – faktor yang mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 2010
cet v, h.2
38
Feronica, Rina, dkk. Penerapan model pembelajarab kooperatif tipe Numbered Head Together NHT dalam pembelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan IPA. 2011.
39
Purwanto, Evaluasi hasil belajar, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011, Cet. III.h.39.
40
Oemar Hamalik, proses belajar mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, 2003, Cet 11, h.27
angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Penilaian
assessment adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar
peserta didik atau ketercapaian kompetensi rangkaian kemampuan peserta didik. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada
peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.
Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek
kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap : 1 penguasaan materi
akademik kognitif, 2 hasil belajar yang bersifat proses normatif afektif, dan 3 aplikatif produktif psikomotor. Selanjutnya akan dibahas lebih jelas
mengenai ketiga ranah atau domain tersebut. Hasil belajar penguasaan materi Kognitif, penilaian terhadap hasil belajar
penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan content objectives berupa materi-materi esensial
sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya
dalam bentuk hafalan. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental atau otak. Pada ranah kognitif terdapat enam
jenjang proses berfikir, mulai dari yang tingkatan rendah sampai tinggi, yakni: 1 pengetahuaningatan- knowledge, 2 pemahaman-comprehension, 3
penerapan-application, 4 analisis- analysis, 5 sintesis- synthesis, dan 6 evaluasi
– evaluation. Pada 2001 Rin W. Anderson dan David R. Krathwohl melakukan revisi
terhadap Taksonomi Bloom menjadi: 1 remember, 2 understand, 3 apply, 4 analyze, 5 evaluate, dan 6 create. Namun dalam bab berikut hanya akan
diuraikan Taksonomi Bloom sebelum direvisi, karena masih kuat dan banyak
dianut masyarakat pendidikan negara kita. Untuk menilai aspek penguasaan materi kognitif ini digunakan bentuk tes, yang dapat mengukur keenam
tingkatan tersebut. Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk. Dikategorikan lebih terinci secara hierarkis kedalam enam
jenjang kemampuan, yakni hafalan ingatan C
1
, pemahaman C
2
,penerapan C
3
, analisisC
4
, sintesisC
5
, dan Evaluasi C
6
.
41
Hasil belajar proses NormatifAfektif, hasil belajar proses berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan
proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran,
kedesiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan sebagainya. Ranah afektif ini dirinci oleh Krathowohl dkk, menjadi lima jenjang, yakni: 1
perhatianpenerimaan receiving, 2 tanggapan responding, 3 penilaian penghargaan valuing, 4 pengorganisasian organization, dan 5
karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai characterization by a value complex. Kecakapan ini bersifat generik, dimiliki semua disiplin ilmu, sebagai
prasyarat yang harus dimiliki siswa agar dapat menguasai disiplin ilmu dan keahlian kejuruan.untuk menilai hasil belajar ini dapat digunakan instrumen
evaluasi yang bersifat nontes, misalnya: kuesioner dan observasi.
42
Hasil belajar Aplikasi Psikomotor, hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan skill atau kemampuan bertinak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Simpson menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan
kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa
menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Ranah psikomotor ada yang membagi menjadi 7 tingkatan dan ada pula yang membaginya menjadi 6 tingkatan, yakni: Persepsi- perception mampu
41
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta, : Tim Kreatif Gaung Persada, 2006, h.14-15
42
Ibid., h.19-20
menafsirkan ransangan, peka terhadap rangsangan, menyeleksi objek, Kesiapan
– set mampu berkonsentrasi, menyiapkan diri secara fisik, emosi, dan mental, Gerakan terbimbing
– guided response mampu meniru contoh, mencoba-coba, pengembangan respon baru, Gerakan terbiasa
– mechanism berketerampilan, berpegang pada pola, respons baru muncul dengan
sendirinya, Gerakan kompleks – complex overt response sangat terampil
secara lancar, luwes, supel, gesit, lincah, Penyesuaian pola gerakan –
adaptation mampu menyeuaikan diri, bervariasi, pemecahan masalah, Kreatifitas keaslian
– creativity origination mampu menciptakan yang baru, berinisiatif.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam dalam diri organisme sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan, dimana pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak
belajar maka responnya menurun.