Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, NHT dan TGT pada Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia (Kuasi Eksperimen di MTs.N.13 JAKARTA)

(1)

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, NHT dan TGT pada

Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia

(Kuasi Eksperimen di MTs.N.13 JAKARTA)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

BACHTIAR

NIM: 109016100063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

BACHTIAR (109016100063), “Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, NHT dan TGT Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem Sirkulasi Darah” Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa menggunakan STAD, NHT dan TGT. Penelitian ini dilakukan di Mts.N. 13 Jakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian sebagai sampel. Penentuan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Pengambilan data menggunakan instrument menggunakan berupa tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda. Hasi lpenelitian mengungkapkan bahwa ada perbedaan nilai rata-rata pembelajaran STAD 83.38, NHT 78.82, TGT 79,12 dan nilai uji Anava satu jalur pada data pretes, nilai Fhitung yaitu 79.7 lebih dari Ftabel yaitu 3.07. Kesimpulan hasil

penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran STAD, NHT dan TGT pada konsep sistem sirkulasi darah.

Kata kunci : Model STAD, NHT dan TGT, perbedaan hasil belajar konsep sistem sirkulasi darah.


(6)

BACHTIAR (109016100063), “Difference of student Learning Outcomes Using Studing Team Achievement Division, Numbered Head Togeteher, and Team Games Tournament at Sirculation Concept’’. Undergraduate Thesis Biology Education Program Departmen of Science Education, Faculty of Tarrbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The Purpose of This Study was to determine difference in student learning Outcomes using Studing Team Acchievment Division, Numbered Head Togeteher, and Team Games Tournament. This research was conducted at MTs. N. 13 Jakarta, Academic year 2013/2014. The method used is Quasi-Experimental research design using a pre test – post test control group, wich involved 120 students in the sample. The samples using cluster random sampling technique. Retrieval of data using instrument such achievement test multiple choice. The results of study revealed that there are differences in the average value of learning Studing Team Achievement Division is 83.38, Numbered Head Togeteher is 78.82 and Team Games Tournament value 79.12 and the pretest data path, the value of Fcount is 79,7 greater than the Ftable is 3,07. The Conclusion of this study is

that there is defference in studing learning Outcomes Using Studing Team Acchievment Division, Numbered Head Togeteher, and Team Games Tournament at sirculation concept.

Keywords : Studing Team Acchievment Division, Numbered Head Togeteher, and Team Games Tournament at Sirculation Concept


(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi pada Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan, pelajaran, dan kepercayaan yang pernah diberikan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Tarbiah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd selaku pembimbing 1 dan Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, selaku pembimbing 2 yang telah memberikan waktu, bimbingan arahan, motivasi, dan semangat dalam membimbing penulis selama ini. Terlepas dari segala perbaikan dan kebaikan yang diberikan, semoga ibu bapak selalu berada dalam kemuliaan-Nya

5. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd selaku pembimbing akademik, Seluruh Dosen dan Staff

Jurusan Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah bapak dan ibu berikan mendapat keberkahan dari Allah SWT.

6. Pimpinan dan Staff Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.


(8)

7. Keluarga besar Mts.N.13 Jakarta, Ibu Ratna dewi, M.Pd selaku kepala sekolah, Dra. H. Halwati selaku guru Biologi dan Dewan Guru serta siswa siswi Mts.N. 13 Jakarta.

8. Keluarga tercinta Ayahanda Drs. Bakti, Ibunda Murtini yang tak henti-hentinya mendo’akan, melimpahkan kasih sayang dan dukungan lahir batin kepada penulis. Adik tersayang Dwi Intan Agustini dan calon istri Nikmah Fitriyana serta semua keluarga yang selalu mendo’akan, mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita

9. Sahabat terbaik dan tergokil Ichsanul Ferdiansyah, Adipati Murfi, Syahri Saripuddin, Abdul Chalik, Annisa, Ashabul kahfi, Wahyu Hubaidi, Indra Purnama, Ali Fikri, dan teman-teman seperjuangan Pendidikan Biologi Angakatan 09 yang memberikan motivasi penuh selama penyusunan skripsi.

10.Staff perpustakaan serta kakak kelas dan juga adik kelas yang telah memberikan do’a dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Demikianlah, betapa pun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyusun karya tulis yang sebaik-baiknya, namun diatas lembaran-lembaran skripsi ini masih saja ditemui berbagai macam kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jakarta, 1 April 2015


(9)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ………..

LEMBAR PENGESAHAN ………

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ………..

ABSTRAK ………...

ABSTRACT………..

KATA PENGANTAR ………..

i ii iii iv v vi

DAFTAR ISI ……… viii

DAFTAR TABEL ..……….. x

DAFTAR LAMPIRAN .………... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……...………....

B. Identifikasi Masalah………..

C. Pembatasan Masalah……….

D. Rumusan Masalah……….

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………....

1 5 6 6 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.Deskripsi Teoritik

1. Pembelajaran Kooperatif ..………..

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ……….

3. Model Pembelajarn Koperatif Tipe NHT ………....…...

4. Model Pembelajarn Koperatif Tipe TGT ……….………

5. Pengertian Hasil Belajar ....……….

B. Hasil Penelitian yang Relevan………..

C. Kerangka Berpikir……….

D. Hipotesis Penelitian………..

7 11 14 18 21 25 28 29


(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian………...

B. Metode dan Desain Penelitian………..

C. Populasi dan Sampel………...

D. Variabel Penelitian………

E. Teknik Pengumpulan Data………

F. Teknik Analisis Data .………

G. Hipotesis Statistik ..………..

30 30 31 32 32 38 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian……….

B. Analisis Data ..………..

C. Pembahasan dan Temuan Penelitian .…………..……….

44 49 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………. B. Saran………

62 62

DAFTAR PUSTAKA……… 63


(11)

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif…………...

Tabel 2.2 Kelebihan dan Kelemahan Kooperatif ..………

Tabel 3.1 Desain Penelitian………

Tabel 3.2 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas.………...……….

Tabel 4.1 Perbandingan Distribusi data Pretest kelompok STAD, NHT dan

TGT ...………...………....

Tabel 4.2 Presentase Indikator pada Sistem Sirkulasi ………..

Tabel 4.3 Kategori nilai N-Gain padakelas STAD, NHT dan TGT ………….

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas………..

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas………

Tabel 4.6 Ringkasan Perhitungan Anova………

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji t Dunnet ……….

Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Guru……….

Tabel 4.9 Hasil Observasi Teman Sejawat………

Tabel 4.10 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar

tradisional………..

Tabel 4.11 Sajian Tahapan Pembelajaran ……….……...

10 17 30 34

45 46 48 49 51 52 53 54 55

56 57


(12)

Lampiran 1 RPP Kelas STAD………...………..

Lampiran 2 RPP Kelas NHT .………...………..

Lampiran 3 RPP Kelas TGT ………...………

Lampiran 4 LKS STAD, NHT, dan TGT ..……….

Lampiran 5 Instrumen Kuis ………...

Lampiran 6 Kisi-kisi Instrumen ………..

Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tes Objektif ………

Lampiran 8 Uji Coba Instrumen ……….

Lampiran 9 Soal Uji Kompetensi Sistem Sirkulasi ..……….

Lampiran 10 Kunci Jawaban Uji Kompetensi ...………

Lampiran 11 Data skor kelompok STAD, NHT dan TGT ………...

Lampiran 12 Nilai Perindikator Tes Konsep Sistem Sirkulasi………...

Lampiran 13 Nilai N- Gain……….

Lampiran 14 Distribusi Frekuensi Pre Test………

Lampiran 15 Uji Normalitas Pre Test……….

Lampiran 16 Uji Homogenitas Pre Test……….

Lampiran 17 Uji Hipotesis Pre Test………...

Lampiran 18 Distribusi Frekuensi Post Test………..

Lempiran 19 Uji Normalitas Post Test………..

Lampiran 20 Uji Homogenitas Post Test………...

Lampiran 21 Uji Hipotesis Post Test……….

Lampiran 22 Lembar Observasi Aktivitas Guru………

Lampiran 23 Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi Kuadrat……….

Lampiran 24 Tabel Distribusi F……….

Lampiran 25 Tabel Distribusi t………..

66 84 102 118 127 132 138 156 165 171 172 179 185 187 199 202 204 206 218 221 223 226 232 234 238


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan1. Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan2. Edgar Dalle dalam Anwar pendidikan dapat dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan latihan yang berlangsung disekolah dan diluar sekolah3.

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Guru merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat rencna dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar4. Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya yakni : (1) Tujuan, (2) Materi, (3) Metode, (4) Organisasi, dan (5) Evaluasi. komponen-komponen tersebut, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama

menjadi dasar utama dalam mengembangkan sistem pembelajaran5. Kurikulum

secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan

1 Hasbullah. Dasar- Dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. IX, 2011), h.1.

2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 10.

3

Hafid Anwar dan Ahiri Jafar, dkk. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta: CV ALFABETA, 2013), Cet. I, h. 29.

4 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet XII, h.18

5Ibid.h. 24


(14)

berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran.

Pengamatan di lapangan melibatkan proses pembelajaran di sekolah kurang meningkatkan kreativitas siswa. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan di dominasi oleh sang guru. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kreativitas oleh guru dalam memvariasikan proses belajar mengajar. Pembelajaran kreatif mengoptimalkan kegiatan belajar siswa dalam proses pembelajaran6. Guru dapat menumbuhkan kreativitas siswa dengan cara mengajar menyenangkan, menghargai siswa sebagai pribadi yang unik, mengaktifkan siswa dalam belajar7.

Salah satu bentuk pembelajaran yang kreatif adalah pendekatan konstruktivis yaitu model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif mengacu kepada kaidah pembelajaran yang melibatkan siswa dengan berbagai kemampuan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil guna mencapai satu tujuan yang sama, sasaranya adalah tahap pembelajaran yang maksimum bukan saja untuk diri sendiri tetapi juga teman-teman lain dalam kelompok.

Terdapat lima macam metode belajar kooperatif yang berhasil dikembangkan para peneliti pendidikan di John Hopkins University, yaitu :

STAD (Student Team Achievement Division), TGT (Team Games

Tournament), TAI (Team Accelareted Instruction), CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dan Jigsaw8. Selain itu terdapat beberapa pembelajaran koooperatif lainnya yakni NHT (Numbered Head Together),

6 Lif Khoiru Ahmadi & Sofyan Amri, Strategi Pembelajaran Sekolah berstandar Internasional dan Nasional. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), Cet. I, h.122.

7Ibid.h.123

8Zulfiani., dkk. Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2009) Cet. I. h.137


(15)

Group Investigation, learning Together dan lain sebagainya9. Beberapa model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan dan metode sederhana yaitu STAD, NHT dan TGT.

STAD (Student Team Achievement Division) merupakan pendekatan koooperatif yang paling sederhana. Dalam metode ini, siswa dibagi dalam bentuk kelompok beranggotakan 4-5 orang yang heterogen. Guru menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Secara individual setiap dua minggu siswa diberi kuis10. TGT hampir sama dengan STAD, namun dalam TGT tidak menggunakan kuis atau

silang Tanya melainkan menggunakan turnamen atau lomba mingguan11. NHT

(Numbered Head Together) hampir sama dengan STAD. Ciri khas dari model

pembelajaran kooperatif tipe NHT ini adalah adanya penomoran pada masing-masing anggota dalam kelompok 12.

Kegagalan seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran atau pesan sering terjadi, sehingga tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal atau tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa dan lebih parahnya lagi siswa sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan13. Siswa dan guru merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran, jika dalam interaksi antara siswa dan guru mengalami kegagalan maka tidak akan tercapai tujuan dalam proses pembelajaran yaitu hasil belajar yang baik.

Dalam setiap materi pelajaran memiliki tingkat kesukaran yang berbeda, apalagi jika anak didik dihadapkan dengan bahan pelajaran yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi, mereka akan menjadi cepat merasa bosan dan kelelahan terlebih bagi anak didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan.

9Ibid.h.138.

10Ibid

11Ibid

12 Kristianti, Pengaruh Model Pendekatan Kooperatif dengan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) terhadap Hasil Belajar Ekonomi ditinjau dari Gaya Berpikir Siswa, Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, 2013.

13

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. XI, h. 160.


(16)

Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan pada pendidikan Biologi di kelas karena IPA Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam secara sistemastis yang dapat dilakukan dengan cara kerja sama antar siswa untuk memperoleh pengatahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip juga proses penemuannya. Konsep biologi mengenai sistem peredaran darah memuat submateri tentang darah, jantung, pembuluh darah, perdaran darah dan gangguan serta penyakit pada sistem peredaran darah14. Konsep sistem peredaran darah merupakan salah satu konsep biologi abstrak yang seringkali memunculkan pemikiran yang berbeda-beda diantara peserta didik, karena peserta didik seringkali sulit untuk membayangkan isi materi dari konsep biologi yang belum pernah dilihat sebelumnya secara jelas. Seringkali siswa mengalami kesulitan memahami konsep ini ketika membedakan sifat serta fungsi komponen darah, mengidentifikasi penggolongan darah dan mekanisme transfusi darah selain itu pada umumnya masih terdapat bahasa latin yang masih asing terdengar oleh siswa.

Konsep sistem peredaran darah, kompetensi dasar yang harus dicapai siswa adalah mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Agar kompetensi tersebut dapat tercapai siswa dengan baik, siswa diharapkan dapat memahami dan mengingat konsep pelajaran dengan baik serta dengan cara yang tidak membosankan. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep sistem peredaran darah.

Beberapa penelitian menyebutkan pembelajaran kooperatif STAD, NHT dan TGT dapat meningkatkan hasil belajar. Sebagai contoh dari penelitian Muhammad Anwar Hidayat bertujuan untuk mengetahui perbedaan belajar model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model

14 Daroji dan Hayati, Ilmu Pengetahuan Alam: Untuk kelas VIII SMP dan MTs, Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2012), Cet 1,h.8


(17)

konvensional15. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kristianti dalam penelitiannya berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dengan Model Pembelajaran Kooperatif NHT terhadap Hasil Belajar Ekonomi ditinjau dari Gaya Berpikir Siswa16. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif NHT dari ranah kognitif lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Iklilul Millah, dalam penelitiannya Pengaruh Penerapan Model Pembelajaram Kooperatif tipe TGT terhadap Prestasi Belajar siswa kelas X SMA Laboratorium UM pada Materi Hidrokarbon17. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa STAD dibandingkan pembelajaran konvensional, NHT dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, dan TGT dibandingkan dengan pembelajaran konvensioanal memiliki keunggulan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Namun belum ada yang membandingkan antara STAD, NHT dan TGT. Maka peneliti tertarik untuk membandingkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tersebut. Maka penelitian ini

berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, NHT dan TGT pada Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia”.

15 Muhammad anwar hidayat, “Perbedaan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan Model Konvensional pada pelajaran PKN”,

Jurnal pendidikan. 2011

16 Kristianti, “Pengaruh Model Pendekatan Kooperatif dengan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) terhadap Hasil Belajar Ekonomi ditinjau dari Gaya Berpikir Siswa,

Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, 2013.

17 Iklilul millah, Pengaruh penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) terhadap Prestasi Belajar Siswa pada materi Hidrokarbon, Jurnal Pendidikan Kimia FMIPA, 2011.


(18)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu :

1. Proses belajar mengajar yang masih monoton

2. Guru masih jarang mengggunakan pembelajaran kooperatif.

3. Di bandingkan pembelajaran konvensional pembelajaran kooperatif tipe STAD, NHT dan TGT memberikan hasil lebih tinggi. Namun belum diketahui yang paling objektif antara STAD, NHT dan TGT.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan dalam penyusunan skripsi ini maka penulis membatasi permasalahan pada :

1. Penggunaan model pembelajaran adalah cooperative learning tipe STAD,

TGT dan NHT pada konsep materi sistem peredaran darah

2. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa di tinjau dari ranah kognitif pada jenjang C1, C2, C3 dan C4.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan, rumusan

masalahnya yaitu : “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang

mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD, model kooperatif tipe NHT

serta model kooperatif tipe TGT dalam konsep materi sistem peredaran darah

kelas VIII Mts. N. 13 Jakarta?”

E. Tujuan dan Manfaat Penellitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kelas tipe STAD, NHT,dan TGT pada konsep sistem peredaran darah. Hasil peneltian ini diharapkan dapat memeberi manfaat kepada semua pihak yang terkait dalam dunia pendidikan terutama bagi :


(19)

1. Bagi guru, agar dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam memilih variasi pembelajaran biologi untuk menigkatkan hasil belajar sisiwa.

2. Bagi pembaca, sebagai sumber informasi ilmiah dan dapat dijadikan referensi untuk mengadakan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan penelitian ini.


(20)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.Deskripsi Teoritik

1. Pembelajaran kooperatif

a. Pengertian pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan membantu untuk memahami materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama18.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.19 Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa, atau suku yang berbeda (heterogen)20.

Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial, kemampuan, dan ketidak mampuan21. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui

18Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovasi-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2012), Cet.

VI, h. 58. 19

Robert E. Slavin, Kooperatif Teori, Riset dan Praktik, Terj. Narulita Yusron, (Bandung: Nusa Media, 2010), Cet. 8, h. 4.

20

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 7, h. 242.

21Op. cit. h.60


(21)

penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis.

Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.

Manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khusus dalam wujud input pada level individual. Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memilikislidaritas sosial yang kuat.

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbedaan latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja


(22)

secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan sekolah.

Arends dalam Trianto menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri, yaitu : ketuntasan materi pembelajaran, kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan heterogen, dan penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok ketimbang individu22.

c. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif terdapat empat prinsip dasar, yaitu : Prinsip ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interakasi tatap muka, dan partisipasi komunikasi.

Pertama, Prinsip Ketergantungan Positif (positive interdependence),

Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tak bisa menyelesaikan tugasnya dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.

Kedua, Tanggung Jawab Perseorangan (individual accountability),

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.

22 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovasi-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2012). Cet. VI. h. 65.


(23)

Ketiga, Interaksi Tatap Muka (face to face promotion interaction) , Pembelajaran kooperatif memberikan ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga pada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan masing-masing.

Terakhir, Partisipasi dan Komunikasi (participation communication),

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak.

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah tersebut digambar pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.


(24)

Evaluasi

materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok23.

Jadi, pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok24.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

a. Konsep-konsep Student Teams of Achievment Division ( STAD)

Menurut Slavin dalam Rusman, model STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah di adaptasi,telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, teknik dan banyak subjek lainnya dan pada pihak tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi25.

Slavin menyatakan bahwa “Gagasan utama dibelakang STAD adalah

memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk

menguasai keterampilan yang diajarkan guru”26

. Jika siswa menginginkan

23 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovasi-Progresif. (Jakarta: Kencana,2009), Cet VI, h. 67

24 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovasi-Progresif. (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. VI, h. 66.

25 Rusman,Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Professional Guru (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), cet.4, h. 213.

26 Robert, E. Slavin, Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik,Terj. Dari cooperative learning : theory, Research and practice oleh Narulita Yusron (Bandung : Nusa Media, 2010), cet.VIII, h.12.


(25)

kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman sekelompok untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan.

Para siswa diberi waktu untuk bekerjasama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling membantu dalam menjalankan kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai materi itu (tanggung jawab perseorangan). Para siswa mungkin bekerjasama berpasangan dan bertukar jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu satu sama lain, mereka bisa mendiskusikan pendekatan-pendekatan untuk masalah itu.

b. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model STAD

Langkah-langkah ada 6,yaitu :Penyampaian tujuan motivasi, pembagian kelompok, persentasi dari guru, kerja tim, kuis dan penghargaan prestasi tim.

Pertama, Penyampaian tujuan dan motivasi yaitu menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar

Kedua, Pembagian kelompok yaitu siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender / jenis kelamin, rasa tau etnik.

Ketiga, Presentasi dari guru yaitu Guru menyampaikan materi pelajaran dengan teknik dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicpai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru member motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demontrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus di lakukan serta cara-cara mengerjakannya.

Keempat, Kerja tim yaitu Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja


(26)

kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpentig STAD.

Kelima, Kuis (Evaluasi), yaitu guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menerapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84 dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.

Keenam, Penghargaan prestasi tim, Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan berikut : menghitung skor individu, menghitung skor kelompok, pemberian hadiah dan pengakuan skor skor kelompok.

Menghitung skor individu, Menurut Slavin dalam Trianto, untuk menghitung perkembangan skor individu di hitung sebagaimana dalam tabel berikut27 :

No Nilai tes Skor

perkembangan

1 Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 0 poin

2 Skor 0 sampai 10 poin diatas skor dasar 10 poin

3 Lebih dari 10 poin diatas skor dasar 20 poin

4 Pekerjaan sempurna

(tanpa memperhatikan skor awal)

30 poin

27Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007), h. 72


(27)

Menghitung skor kelompok, Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan angggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok sebagaimana dalam tabel :

No Rata-rata skor Kualifikasi

1 0 ≤ N ≤ 5 -

2 6 ≤ N ≤ 15 Tim baik

3 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang baik sekali 4 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang istimewa

Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok, Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat, guru memeberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya. STAD merupakan suatu metode generik tenang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi kebanyakan guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambaha atau mengganti materi itu.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

Number Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama

adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur


(28)

kelas tradisional28. Struktur yang dikembangkan oleh Kagan ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru. Struktur yang dikembangkan oleh Kagan ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kelompok, dari pada penghargaan individual.

Numbered Heads Together penomoran berpikir bersama adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu

kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Numbered

Heads Together (NHT) melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi

yang tercangkup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Tujuan model pembelajaran NHT adalah agar pemahaman siswa bercerita melalui model NHT yang diberikan dalam bentuk tugas berkelompok agar siswa dapat saling menambah kekurangan pembendaharaan kata dalam merangkai kembali cerita yang dipelajarinya29. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam proses pembelajaran dilaksanakan melalui tahap persiapan, penyajian kelas, kegiatan kelompok, melaksanakan evaluasi, penghargaan kelompok dan menghitung ulang skor dasar setiap kelompok.

Pertama, Tahap persiapan. Terdiri dari memilih materi pokok, membuat RPP, Lembar Pengamatan dan LKS, menentukan skor dasar individu,

membentuk kelompok-kelompok kooperatif. Pembentukan kelompok

kooperatif didasarkan dari yang mengatakan bahwa pembentukan kelompok belajar harus berdasarkan heterogenitas (kemacam ragaman) merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif.Kelompok

28 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovasi-Progresif. (Jakarta: Kencana, 2012),

Cet. VI, hal.82.

29 Feronica, Rina, dkk. Penerapan model pembelajarab kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan IPA. 2011.


(29)

heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama, sosial, ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran kooperatif, biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademik kurang.

Kedua, Tahap penyajian kelas, terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT dimulai dengan pendahuluan dan penjelasan tentang garis besar materi. Pada kegiatan awal guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa apa yang akan dipelajari dan kenapa hal itu sangat penting dipelajari. Hal ini bertujuan untuk merangsang rasa ingin tahu siswa terhadap konsep yang akan dipelajari. Selanjutnya guru meninjau ulang informasi atau pengetahuan prasyarat. Kemudian guru menginformasikan materi pembelajaran dengan memberikan penekanan pada materi yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok.

Kegiatan inti, Pada kegiatan inti siswa dibimbing dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(a) Guru memberikan penomoran pada setiap siswa selanjutnya siswa duduk dalam kelompok membahas dan mendiskusikan materi pembelajaran. (b) Kegiatan selanjutnya siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS)

dibawah bimbingan guru.

(c) Masing-masing kelompok menyatukan pendapat terhadap jawaban yang ada pada lembar kerja siswa, sehingga masing-masing siswa mengetahui kesimpulan jawaban yang benar berdasarkan hasil diskusi kelompok. d) Guru mengecek pemahaman siswa dengan cara mengajukan pertanyaan

kepada salah satu nomor dan nomor yang dipanggillah yang berhak menjawab pertanyaan tersebut.

Kegiatan akhir, Pada kegiatan ini setelah siswa mempertanggung jawabkan hasil kerja kelompoknya, maka guru bersama dengan siswa


(30)

melakukan serangkaian kegiatan yaitu menarik kesimpulan yang didapatkan dari hasil kegiatan pada hari itu. Kemudian guru memberikan PR dalam bentuk tugas di rumah.

Ketiga Evaluasi,Evaluasi dikerjakan secara individu dalam waktu yang telah ditentukan guru, pada saat evaluasi siswa harus bisa menunjukkan penguasaan tentang materi yang telah dibahas dalam kelompok. Skor yang diperoleh siswa dalam evaluasi selanjutnya diproses untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok.

Keempat, Penghargaan Kelompok, Untuk menentukan bentuk penghargaan kelompok langkah-langkahnya yaitu Menghitung skor Individu dan skor kelompok. Perhitungan skor individu ditunjukkan untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok. Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan perolehan selisih skor dasar dengan tes hasil belajar biologi (setelah dilakukan tindakan). Siswa memperoleh point untuk kelompoknya berdasarkan tingkatan dimana skor kuisnya melampaui skor dasar mereka. Kemudian memberikan penghargaan kelompok dan skor kelompok dihitung berdasarkan nilai perkembangan yang disumbangkan anggota kelompok. Skor kelompok adalah nilai perkembangan individu yang disumbangkan kepada kelompok dan dihitung nilai rata-rata dari nilai perkembangan setiap anggota kelompok. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan skor kelompok yang disesuaikan dengan kriteria penghargaan kelompok yaitu :

a) Kelompok dengan rata-rata skor 15, kelompok baik. b) Kelompok dengan rata-rata skor 20, kelompok hebat. c) Kelompok dengan rata-rata skor 25, kelompok super.

Dari model pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan dan kelemahannya, adapun kelebihan maupun kelemahannya dapat dilihat ditabel berikut:30

30 Lif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta,: Tim Prestasi Pustaka, 2011), h.59-60.


(31)

Tabel 2.2 kelebihan dan kelemahan kooperatif

Kelebihan Kelemahan

 Setiap siswa menjadi siap semua  Kemungkinan nomor yang

dipanggil, dipanggil lagi oleh guru

 Dapat melakukan diskusi dengan

sungguh-sungguh

 Tidak semua anggota kelompok

dipanggil oleh guru

 Siswa yang pandai dapat mengajari

siswa yang kurang pandai

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

Secara umum TGT sama saja dengan STAD. TGT menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis dan skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering digunakan dikombinasikan dengan STAD dengan menambahkan turnamen tertentu pada struktur STAD yang biasanya. Deskripsi dari komponen-komponen TGT ada 3 yaitu: Presentasi dikelas (sama seperti STAD), pembentukan tim (sama seperti STAD), Game dan tournament31.

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang konten relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi dikelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan diatas meja dengan tiga orang siswa yang memiliki tim yang berbeda . kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. seorang siswa mengambil kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut.

Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen.

31 Robert, E. Slavin, Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik, terj. dari cooperative learning: theory, research and practice oleh nurulita yusron (Bandung : Nusa Media, 2010), cet.VIII, h.166.


(32)

Tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada meja turnamen akhir. Pemenang pada tiap meja naik tingkat ke meja berikutnya yang lebih tinggi (misalnya dari meja ke 6 ke meja 5). Skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama dan yang skornya paling rendah diturunkan. Dengan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterunya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja yang sesungguhnya.

Dalam metode ini, setiap siswa dalam kelompok harus saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah satu sama lain. Tetapi ketika dalam turnamen teman sekelompok tidak boleh saling membantu. Sehingga sangat penting tanggung jawab individu dalam metode ini. Berikut ini deskripsi dari komponen-komponen dalam metode ini.

Tim. Terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh komponen kelas seperti kemampuan akademik dan jenis kelamin. F ungsi utama tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan mempersiapkan anggotanya untuk menghadapi turnamen. Tim merupakan bagian yang penting dalam metode TGT. Tim memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik dalam pembelajaran seperti memberikan perhatian dan respek terhadap anggota kelompok. Sehingga dengan adanya hal tersebut dapat meningkatkan hubungan emosional antar kelompok, rasa harga diri, dan saling menghargai terhadap kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing- masing anggota kelompok.

Game. Game pada TGT terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang

kontenya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan tim. Game dalam TGT dilaksanakan bersamaan dengan turnamen yaitu berupa kegiatan cerdas cermat antar kelompok dengan masing-masing kelompok memberikan perananan dalam kemenangan kelompoknya.


(33)

Turnamen. Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen – tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya berada di meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Ilustrasi hubungan antara tim heterogen dan meja turnamen homogen dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Penempatan anggota kelompok pada meja turnamen32

Slavin menjelaskan terdapat lima komponen utama dalam TGT, yaitu: pembelajaran awal, kelompok belajar, permainan, turnamen/ kompetisi, dan pengakuan kelompok.33

a) Pembelajaran awal, pembelajaran awal pada metode TGT tidak berbeda dengan pengajaran biasa, hanya pelajaran difokuskan kepada materi yang sedang dibahas saja. Tujuan pelajaran awal adalah membentuk siswa

dalam kecakapan komunikasi, menggali informasi, kecakapan

bekerjasama dalam kelompok, dan kecakapan dalam memecahkan masalah.

b) Kelompok belajar (Team Study), pada kelompok belajar siswa

mempelajari materi pelajaran dari sumber belajar kemudian

32

Robert E Slavin.Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, terj. Nurulita Yusron (Bandung: Nusa Media, 2010), Cet ke – 15, 168

33


(34)

menjawab pertanyaan- pertanyaan yang disusun oleh guru. Setelah menjawab pertanyaan tersebut, perwakilan siswa mempresentasikan hasil belajarnya. Tujuan kelompok belajar pada kegiatan ini adalah memperoleh kecakapan mengolah informasi, mengambil keputusan dengan cerdas, kecakapan bekerjasama dan kecakapan berkomunikasi. c) Permainan (Games), pertanyaan dalam permainan disusun dan dirancang

dari materi-materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh mewakili masing-masing kelompok. Setiap siswa mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab pertanyaan sesuai dengan pada kartu tersebut.

d) Turnamen, sisswa yang berada dalam satu kelompok akan dipisahkan kepada meja-meja pertandingan sesuai dengan tingkatan kecerdasan mereka. Pada meja pertandingan disediakan satu set lembar pertandingan berupa kunci jawaban, kartu nomor dan format pertandingan.

e) Penghargaan tim (Team Recognition), Penghargaan diberikan kepada kelompok yang memiliki poin tertinggi. Penghargaan dapat berupa hadiah atau sertifikat atas usaha yang dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama.

Pembelajaran STAD, NHT dan TGT secara garis besar merupakan pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa. Hampir semua kegiatan dalam pembelajaran ketiga kelompok model pembelajaran tersebut sama. Hanya tahapan nya sedikit yang berbeda.


(35)

Tabel 2.3

Berikut ini disajikan tahapan pembelajaran :

Model pembelajaran STAD NHT TGT

Penyajian kelas ( presentasi )

  

Kegiatan diskusi kelompok

  

Kuis   

Games Turnamen   

Penghitungan skor   

Penghargaan tim   

5. Pengertian Hasil Belajar

Setiap proses belajar yang dihasilkan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. James O. Whittaker, misalnya merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.34Cronbach berpendapat bahwa learning shown by change in behaviour as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman35. Howard L.kingskey mengatakan bahwa “learning is the proces by which

behaviour (in the broader sense) is originated or change through practice or

training.” Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas)

34 Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), Cet. III, h.12. 35


(36)

ditimbulkan atau diubah melalui latihan.36 Slameto menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.37 Dan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai pengalaman hasil individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif,afektif dan psikomotor.

Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap apresiasi, kemampuan (ability), dan keterampilan38. Wingkel dalam purwanto mengatakan belajar adalah aktivitas mental /psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang mengahasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap39. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan, belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman40.

Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang mengetahui bahan yang diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.

Banyak orang mendeskripsikan pengertian antara evaluasi, pengukuran (measurement), tes, dan penilaian (assessment). Padahal keempatnya memiliki pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Adapun pengukuran (measurement) adalah proses pemberian

36

Ibid.

37

Slameto, belajar & faktor – faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010) cet v, h.2

38

Feronica, Rina, dkk. Penerapan model pembelajarab kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan IPA. 2011.

39

Purwanto, Evaluasi hasil belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), Cet. III.h.39. 40


(37)

angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.

Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap : (1) penguasaan materi akademik (kognitif), (2) hasil belajar yang bersifat proses normatif (afektif), dan (3) aplikatif produktif (psikomotor). Selanjutnya akan dibahas lebih jelas mengenai ketiga ranah atau domain tersebut.

Hasil belajar penguasaan materi (Kognitif), penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam bentuk hafalan. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental atau otak. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari yang tingkatan rendah sampai tinggi, yakni: (1) pengetahuan/ingatan- knowledge, (2) pemahaman-comprehension, (3) penerapan-application, (4) analisis- analysis, (5) sintesis- synthesis, dan (6) evaluasi –evaluation.

Pada 2001 Rin W. Anderson dan David R. Krathwohl melakukan revisi terhadap Taksonomi Bloom menjadi: (1) remember, (2) understand, (3) apply,

(4) analyze, (5) evaluate, dan (6) create. Namun dalam bab berikut hanya akan diuraikan Taksonomi Bloom sebelum direvisi, karena masih kuat dan banyak


(38)

dianut masyarakat pendidikan negara kita. Untuk menilai aspek penguasaan materi (kognitif) ini digunakan bentuk tes, yang dapat mengukur keenam tingkatan tersebut. Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk. Dikategorikan lebih terinci secara hierarkis kedalam enam jenjang kemampuan, yakni hafalan (ingatan) (C1), pemahaman (C2),penerapan(

C3), analisis(C4), sintesis(C5), dan Evaluasi (C6).41

Hasil belajar proses (Normatif/Afektif), hasil belajar proses berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedesiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan sebagainya. Ranah afektif ini dirinci oleh Krathowohl dkk, menjadi lima jenjang, yakni: (1) perhatian/penerimaan (receiving), (2) tanggapan (responding), (3) penilaian/ penghargaan (valuing), (4) pengorganisasian (organization), dan (5) karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai (characterization by a value complex). Kecakapan ini bersifat generik, dimiliki semua disiplin ilmu, sebagai prasyarat yang harus dimiliki siswa agar dapat menguasai disiplin ilmu dan keahlian kejuruan.untuk menilai hasil belajar ini dapat digunakan instrumen evaluasi yang bersifat nontes, misalnya: kuesioner dan observasi.42

Hasil belajar Aplikasi (Psikomotor), hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertinak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Simpson menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari. Ranah psikomotor ada yang membagi menjadi 7 tingkatan dan ada pula yang membaginya menjadi 6 tingkatan, yakni: Persepsi- perception (mampu

41 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta, : Tim Kreatif Gaung Persada, 2006), h.14-15


(39)

menafsirkan ransangan, peka terhadap rangsangan, menyeleksi objek), Kesiapan – set (mampu berkonsentrasi, menyiapkan diri secara fisik, emosi, dan mental), Gerakan terbimbing – guided response ( mampu meniru contoh, mencoba-coba, pengembangan respon baru), Gerakan terbiasa – mechanism

(berketerampilan, berpegang pada pola, respons baru muncul dengan sendirinya), Gerakan kompleks – complex overt response (sangat terampil secara lancar, luwes, supel, gesit, lincah), Penyesuaian pola gerakan –

adaptation (mampu menyeuaikan diri, bervariasi, pemecahan masalah),

Kreatifitas/ keaslian – creativity/ origination (mampu menciptakan yang baru, berinisiatif).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam dalam diri organisme sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan, dimana pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.

B.Hasil penelitian Yang Relevan

Motlan dan Makmur Hartono dalam jurnalnya yang berjudul “Perbedaan Antara Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran STAD (Students Teams Achievment Division) dan NHT (Numbered Head Together) pada Materi Pokok Listrik Statis Kelas IX SMP Pahlawan Nasional” menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan yang diajar dengan menggunakan NHT. Hal ini dapat dilihat dari uji perbedaan rata-rata hasil postes kedua kelas sampel dan diperoleh hasil Thitung

> Ttabel (3,20 > 1,99)43.

Fitri dalam skripsinya yang berjudul, Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) dan TGT (Teams Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa pada Pokok

43 Motlan, dkk,”Perbedaan Antara Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran STAD (Students Teams Achievment Division) dan NHT (Numbered Head Together) pada Materi Pokok Listrik Statis”. Jurnal pendidikan IPA. 2011.


(40)

Bahasan Interaksi Sosial Kelas VII SMP Nurul Hikmah Cipondoh Kota Tangerang” menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara

kelas yang menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Head

Together) dengan TGT (Teams Games Tournament), dimana model

pembelajaran NHT lebih baik daripada model pembelajaran TGT. Hal ini dapat dilihat dari analisis data nilai rata-rata hasil belajar kelas VII-1 sebesar 78,5 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar kelas VII-2 hanya sebesar 64,7 44. Yekti kartika sari dalam jurnalnya yang berjudul “Studi komparasi pembelajaran dengan metode TGT dan STAD terhadap prestasi belajar siswa pada materi hidrokarbon ditinjau dari kemampuan memori siswa kelas X

SMA negri kebak karamat tahun pelajaran 2012” menyatakan bahwa terdapat

pengaruh antara metode pembelajaran kelas eksperimen I (metode TGT) dan kelas eksperimen II (metode STAD) terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi sistem koloid. Lebih lanjut, jika dilihat dari tabel 4 rata-rata prestasi kognitif kelas dengan metode pembelajaran TGT (86,26) lebih besar daripada kelas dengan metodepembelajaran STAD (80,88)45.

Muhammad Anwar Hidayat dkk. Dalam penelitiannya yang bertujuan mengetahui perbedaan belajar model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model konvensional. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar kognitif peserta didik kelas eksperimen (74,55) lebih baik daripada kelas kontrol (70,88). Hasil tersebut sama secara signifikan α = 0,031 < 0,05 pada taraf signifikansi 5%. Sedangkan hasil belajar afektif (82,55) dan psikomotor (84,02) peserta didik kelas eksperimen lebih baik daripada hasil belajar afektif (81,67), psikomotor (83,23) peserta didik kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar peserta didik kelas X SMKN 6 Malang pada pelajaran PKn yang diajar dengan menggunakan model

44 Fitri, “Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) dan TGT (Teams Games Tournament) untuk Meningkatkan Hasil Belajar’’. Skripsi, (Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. i. tidak dipublikasikan

45 Yekti, “Studi komparasi pembelajaran dengan metode TGT dan STAD terhadap prestasi belajar siswa pada materi hidrokarbon ditinjau dari kemampuan memori siswa”. Jurnal pendidikan IPA. 2012


(41)

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.46

Marnoko dengan judul penelitian Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan Model Pembelajaran Konvensional pada Hasil Belajar Ekonomi Mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dan model pembelajaran konvensional pada hasil belajar ekonomi Mahasiswa FE UNPAB Medan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FE kelas pagi yang berjumlah 466 orang serta Sampel penelitian ini diambil keseluruhan kelas A401 dan kelas A402 sebanyak 100 orang, yaitu 50 orang dikelas A401 sebagai eksperimen dan 50 orang dikelas A402. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji beda47.

Kristianti dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dengan Model Pembelajarn Kooperatif NHT terhadap Hasil Belajar Ekonomi ditinjau dari Gaya Berpikir Siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan prestasi belajar ekonomi antara

kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif Number

Head Together dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung ditinjau dari gaya belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan siswa yang memiliki gaya belajar divergen cocok belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Number Head Together 48.

Iklilul Millah, dengan judul penelitian Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT terhadap Prestasi Belajar siswa kelas X

46

Muhammad anwar hidayat, “Perbedaan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Student Team Achievement Division (STAD) dan Model Konvensional pada pelajaran PKN”.

Jurnal pendidikan. 2011

47Marnoko, Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament dan Model Pembelajaran Konvensional pada Hasil Belajar Ekonomi Mahasiswa, Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu, Vol. 4, 2011.

48 Kristianti, Pengaruh Model Pendekatan Kooperatif dengan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) terhadap Hasil Belajar Ekonomi ditinjau dari Gaya Berpikir Siswa,


(42)

SMA Laboratorium UM pada Materi Hidrokarbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa yang dibelajarkan

dengan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) dan siswa yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah) pada materi hidrokarbon. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah). Siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT mempunyai rata-rata nilai kognitif (75,9) dan rata-rata-rata-rata nilai afektif (54,1) lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah) yang mempunyai rata-rata nilai kognitif (71,6) dan rata-rata nilai afektif (52,3)49.

C. Kerangka berpikir

Biologi merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dengan metode ilmiahnya dapat melatih siswa untuk berpikir kritis, terampil, kreatif dan menumbuhkan sikap ilmiah seorang saintis. Layaknya cabang ilmu IPA yang lain, teori-teori atau konsep-konsep materi biologi berasal dari temuan fakta-fakta yang dilakukan oleh para ilmuan. Dalam menemukan fakta tersebut dibutuhkan keterampilan-keterampilan tertentu agar dapat dengan mudah menemukan fakta tersebut. Sehingga dalam mempelajarinya pun, kita harus dapat menemukan dan menunjukan fakta-fakta tersebut ke dalam dunia pendidikan.

Begitu pun dalam hal pembelajaran materi biologi dibutuhkan konsep yang tepat dalam mempelajarinya. Kesalahan konsep adalah pengertian tentang suatu konsep yang tidak tepat, salah dalam menggunakan nama konsep, salah dalam mengklasifikasikan contoh-contoh konsep, keraguan terhadap konsep-konsep yang berbeda, tidak tepat dalam menghubungkan berbagai macam

49 Iklilul millah, Pengaruh penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) terhadap Prestasi Belajar Siswa pada materi Hidrokarbon, Jurnal Pendidikan Kimia FMIPA, 2011.


(43)

konsep dalam susunan hierarkinya atau pembuatan generalisasi suatu konsep yang berlebihan atau kurang jelas.

Pembelajaran

Kooperatif

Gambar 2.2 Skema Kerangka Teori

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori di atas, maka hipotesis pada penelitian :

Ha : Ada perbedaan hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran STAD, NHT, dan TGT dalam konsep sistem peredaran darah.

Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran STAD, NHT, dan TGT dalam konsep sistem peredaran darah

Untuk mengetahui perbedaan itu berasal dari X1, X2, atau X3 maka

dibuat hipotesis minor.

Ha1 : Ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang mendapat model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan siswa yang mendapat model pembelajaran NHT

Ha2 : Ada perbedaan hasil pembelajaran antara siswa yang mendapat model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan siswa yang mendapat model pembelajaran TGT

Ha3 : Ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang mendapat model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan siswa yang mendapat model pembelajaran TGT.

Model STAD

Pembelajaran Menyenangkan, Siswa lebih aktif dan berperan

di kelas

Hasil Belajar Biologi - IPA

Siswa Model TGT


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs.N. 13 Jakarta yang terletak dijalan H. Muchtar Raya Petukangan Utara Jakarta Selatan. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian adalah Semester genap tahun ajaran 2013 / 2014.

B. Metode dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitaif dengan metode eksperimen semu atau quasi eksperimen yaitu metode yang tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan secara penuh terhadap faktor lain yang mempengaruhi variabel dan kondisi ekperimen, misalnya faktor minat, motivasi dan inteligensi.

Desain penelitian ini menggunakan pre tes-post test kelompok kontrol. Variasi dari desain ini dapat dimaksudkan untuk menguji pengaruh perlakuan yang berbeda.50

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Tes Awal Perlakuan (X) Tes Akhir

STAD

(Eksperimen I)

O1 X1 O2

NHT

(Eksperimen II)

O1 X2 O2

TGT

(Eksperimen III)

O1 X3 O2

50

Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1999), Cet II, h. 331


(45)

Keterangan:

O1 : Pre test yang diberikan sebelum proses belajar mengajar dimulai,

diberikan kepada kedua kelompok eksperimen

X : Pemberian proses belajar mengajar menggunakan STAD, NHT, danTGT

O2 : Post test yang diberikan setelah proses belajar mengajar berlangsung dan

diberikan kepada ketiga kelompok

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang di ambil untuk penelitian. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Mts.N.13 Jakarta tahun ajaran 2013/2014. Sedangkan populasi terjangkau adalah siswa kelas VIII Mts.N.13 Jakarta. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sampel acak kelompok atau Group random sampling.

Jumlah kelas VIII Mts.N.13 Jakarta sebanyak 5 kelas. Penempatan siswaa VIII Mts.N.13 Jakarta dilakukan secara merata dalam hal kemampuan, artinya tidak ada kelas unggulan serta kurikulum yang diberikan juga sama, maka karakteristik antar kelas dapat dikatakan homogen, sedangkan karakteristik dalam kelas cukup heterogen, artinya ada siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

Berdasarkan karakteristik yang telah dijelaskan, maka pemilihan sampel

yang dilkukan dengan teknik sampel acak kelompok (Group Random

Sampling), dengan mengambil tiga kelas secara acak dari 5 kelas yang memiliki karakteristik yang sama.

Teknik ini digunakan saat tidak menemukan data-data tentag individu. Yang dilihat data mengenai kelasnya, dan kelas tersebut haruslah homogen. Dari seluruh kelas X yang ada, kemudian dirandom dan terpilih tiga. Kemudian dari ketiga kelas tersebut dirandom lagi untuk menentukan kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, NHT atau TGT.


(46)

D. Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut dan kemudian ditarik kesimpu lannya51. Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)52. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas53.

1. Variabel bebas (X) adalah hasil belajar biologi. Instrumen variabel terikat menggunakan tes hasil belajar biologi yang dibuat oleh peneliti. 2. Variabel terikat (Y) adalah model pembelajaran yang digunakan

(STAD, NHT dan TGT). Peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk kelas eksperimen I (STAD), kelas eksperimen II (NHT) dan kelas eksperimen III (TGT).

E. Tekhnik pegumpulan data 1. Instrumen Test

Penelitian ini menggunakan tes kemampuan sebagai instrument pengumpulan data dalam bentuk pilihan ganda. Instrument penelitian perlu dilakukan uji validitas agar mendapatkan data yang valid dan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sesuai, sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Validitas yang digunakan adalah validitas item, yaitu ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.

51 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: ALFABETA, 2008). Cet IV. h.60.

52Ibid., h. 61.


(47)

Butir soal objektif maka menggunakan koefisien korelasi biseral. Rumus yang digunakan untuk menghitung. koefisien korelasi biseral antara skor butir soal dengan skor total tes adalah:

a. Uji Validitas

Keterangan :

= koefisisien korelasi antara skor butir soal nomor I dengan skor total

= rata-rata skor total responden menjawab benar butir soar nomor i

= rata-rata skor total semua responden = standar deviasi skor total semua responden

= proposisi jawaban benar untuk butir nomor i

= proposisi jawaban salah untuk butir nomor i

Dengan ketentuan :

Jika maka item ke-I dinyatakan tidak valid.

Jika maka item ke-I dinyatakan valid.54

Di atas adalah rumus untuk menentukan soal yang valid. Tetapi peneliti menggunakan cara lain untuk membantu menentukan soal yang valid dengan menggunakan software anastesv4. Berdasarkan hasil perhitungan dengan software anastesv4 dari 45 soal yang diuji cobakan diperoleh 35 butir soal yang valid melingkup semua indikator yang diukur. Lampiran 5 dan lampiran 8.

54

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (UIN Jakarta Press, 2006), Cet. ke 1, h. 108


(48)

b. Uji Reliabilitas

Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrument tersebut konsisten dan memberikan penilaian atas apa yang diukur.

Keterangan :

= koefisien realibitas instrument

= jumlah varian skor tiap-tiap item

= varian total

= banyaknya item yang valid

= bilangan konstan

Klasifikasi interpretasi reliabilitasi yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 3.2 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas

Nilai Korelasi Interpretasi

Tidak ada korelasi Korelasi rendah Korelasi sedang Korelasi tinggi Korelasi sangat tinggi

Korelasi sempurna

Di atas adalah rumus untuk menentukan nilai realibilitas soal. Tetapi peneliti menggunakan cara lain untuk membantu menentukan tingkat kerealibitisannya dengan menggunakan software anates v.4. Berdasarkan hasil perhitungan uji realibilitas instrument, diperoleh nilai 0,73 untuk validasi


(49)

pertama dan 0,52 untuk validasi kedua, maka instrument penelitian tersebut dapat disimpulkan memiliki kriteria koefisien reliabilitas yang tinggi untuk validasi pertama dan koefisien realibilitas yang sedang untuk validasi kedua, oleh karena itu memenuhi persyaratan instrument yang memiliki ketetapan jika digunakan.

c. Taraf Kesukaran

Uji taraf kesukaran instrument penelitian dihitung dengan menghitung indeks besarannya. Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Hal ini bertujuan untuk mengetahui soal-soal tersebut mudah, sedang dan sukar. Untuk itu gunakan rumus55 :

Keterangan :

P = taraf kesukaran

B = banyak siswa yang menjawab soal itu dengan betul

N = jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi tingkat kesukaran.

0,00 < P≤ 0,30 : soal sukar

0,30 < P≤ 0,70 : soal sedang

0,70 < P≤ 1,0 : soal mudah

Di atas adalah rumus untuk menentukan tingkat kesukaran soal. Tetapi peneliti menggunakan cara lain untuk membantu menentukan tingkat kesukaran soal dengan menggunakan software anatesv4. Berdasarkan hasil perhitungan uji tingkat kesukaran butir soal instrument, dari 45 soal yang

digunakan diperoleh 5 soal dengan tingkat kesulitan “mudah”, 25 soal dengan tingkat kesulitan “sedang” dan 5 soal dengan tingkat kesulitan “sukar”.

55Ibid., h. 103


(50)

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan siswa yang yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pandai atau kelompok atas (upper group) dan kelompok bodoh atau kelompok bawah (lower group). Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus56 :

Keterangan :

: Banyaknya peserta kelompok atas : Banyaknya peserta kelompok bawah : Jumlah peserta tes

Klasifikasi daya pembeda : D : 0,00 – 0,20 : jelek D : 0,20 – 0,40 : cukup D : 0,40 – 0,70 : baik

D : 0,70 – 1,00 : baik sekali

Di atas adalah rumus untuk menentukan kemampuan soal untuk membedakan siswa tingkat atas dan siswa tingkat bawah. Tetapi peneliti menggunakan cara lain untuk membantu menentukan kemampuan soal dengan menggunakan software anatesv4. Dari hasil perhitungan daya pembeda soal, ditemukan bahwa dari 30 soal yang digunakan, 1 soal memiliki daya pembeda

“jelek”, 7 soal memiliki daya yang “cukup”, 18 soal memiliki daya beda “baik” dan 4 soal memiliki daya beda “baik sekali”.

56Ibid., h. 104


(51)

e. Kisi-kisi Instrumen Indikator Ranah Kognitif Jumlah Persen -tase

C1 C2 C3 C4

Mengidentifikasi komponen-komponen darah

1 2,3 4, 5 5 11,1%

Menjelaskan fungsi komponen-komponen darah

6, 7,8 9 4 8,8%

Menjelaskan proses pembekuan darah

11 10 12 13 4 8,8%

Mengidentifikasi macam-macam golongan darah

14, 15 16, 17 18 5 11,1%

Menjelaskan fungsi peredaran darah pada manusia

19 20, 21 22 4 8,8%

Mengidentifikasi alat-alat peredaran darah

23 24, 26 25 4 8,8%

Mendeskripsikan struktur alat-alat peredaran darah manusia

28 27 29, 30 4 8,8%

Membedakan proses peredaran darah besar dan kecil

31 32, 34 33 35 5 11,1%

Menjelaskan sistem peredaran getah bening

36 37 38 3 6,7%

Menjelaskan berbagai penyakit pada sistem peredaran darah dan hubungannya dengan kesehatan

40, 44 39, 41 42, 43, 45 7 15,5%

Jumlah 11 16 9 9 45

100%


(52)

2. Instrument Non Tes a. Observasi

Data hasil observasi disajikan dalam bentuk tabel untuk memudahkan dalam membaca data, selanjutnya dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.

Observasi aktivitas guru, dimana responden hanya membubuhkan tanda ceklist pada kolom yang sesuai. Untuk observasi aktivitas siswa, setiap aspek yang diamati, observer diberikan 3 pilihan penilaian yaitu baik, cukup, dan kurang. Untuk setiap pilihan jawaban kemudian diberi skor untuk mengetahui secara deskriptif kegiatan pembelajaran. Skor tersebut kemudian dibandingkan dengan skor netral untuk mengetahui kecendrungan kegiatan pembelajaran yang dilakukan sebagai bahan refleksi untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya. Pemberian skor diberikan oleh observer dengan skor terendah 1 dan tertinggi 3. Skor tiap pertemuan dijumlahkan kemudian dihitung rata-ratanya.

F. Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh pretest dan posttest dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas menggunakan Chi-Kuadrat dan uji homogenitasnya menggunakan Analisis Varian (ANOVA).

a. Uji Normalitas dengan Rumus Chi-Squre

Uji Normalitas dengan Rumus Chi-Kuadrat (Chi-sque) digunakan untuk menguji data dengan bentuk data kelompok dalam tabel frekuensi.Chi kuadrat adalah teknik statistic yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dimana data berbentuk nominal dan sampelnya besar57. Langkah-langkah kerja uji Normalitas dengan Rumus Chi-Squre58:

57 Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. (Bandung: ALFABETA, 2011), h.107.


(53)

1) Perumusan hipotesis

H0: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1: Sampel berasal dari populasi berdistribusitidak normal

2) Data dikelompokan kedalam distribusi frekuensi

3) Menentukan luas interval dari suatu distribusi normal melalui

tranformasi ke skor baku:

4) Menentukan F (z) yang merupakan luas daerah dari harga z

5) Menghitung selisih dari F(z) berikutnya dengan F(z) sebelumnya ( luas kelas interval)

6) Menghitung Fo = luas kelas interval x jumlah sampel

7) Menghitung nilai

8) Menentukan tabel pada derajat bebas (db) = k-3, diman k banyaknya

kelompok

9) Kriteria pengujian

Jika tabel maka H0diterima

Jika tabel maka H0ditolak

Kesimpulan

tabel: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal tabel : Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal b. Homogenitas Varians dengan Uji-Bartlett

Andaikan empat kelompok A1, A2, A3 dan A4 dengan ukuran sampel masing-masing sebesar 40 subjek. Uji homogenitas varians dari empat kelompok, yaitu kelompok A1, A2, A3 dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett.59

1) Hipotesis yang akan diuji adalah: H0:

H1: Bukan H0


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dengan Game Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Momentum Dan Impuls (Kuasi Eksperimen Di Man 4 Jakarta)

0 9 291

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)

0 13 259

Pengaruh penggunaan cd ineraktif dalam model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar IPA: kuasi eksperimen di SMP Negeri 5 Tangerang.

0 3 252

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 3 melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TGT : teams games tournament di MI Darul Muqinin Jakarta Barat

0 29 169

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Pengaruh penggunaan media animasi dengan analogi terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem peredaran darah: kuasi eksperimen di SMP Muhammadiyah 22 Pamulang

2 15 257

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152