dan para pemimpin mahasiswa dipanggil untuk dikenakan sanksi oleh universitas dan diancam dikeluarkan.
Atas nama solidaritas dan keadilan, mahasiswa Universitas Sorbonne memprotes penutupan kampus dan ancaman terhadap para
mahasiswa tersebut. Polisi juga mengepung Universitas Sorbonne. Situasi pun memanas. Sekitar 20 ribu mahasiswa dan dosen, serta para pendukung
ikut berdemonstrasi berjalan menuju Universitas Sorbonne.
c. Latar Sosial
Latar sosial mencakup hal-hal yang berhubungan dengan kondisi tokoh atau masyarakat yang diceritakan dalam sebuah cerita. Latar sosial
mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikap, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan lain-lain. Dalam novel Pulang
karya Leila S. Chudori, latar sosial ditemukan pada kehidupan eksil politik dari tahun 1965-1998.
Mbak Surti yang sejak peristiwa 65 terus-menerus diinterogasi di Guntur, kini juga dibawa, Mas.
52
Kutipan di atas adalah kutipan surat Aji Suryo untuk Dimas. Sejak G30S meletus, kehidupan para eksil politik dan keluarganya tidak habis-
habisnya mengalami
teror mental,
interogasi berulang-ulang,
penangkapan, penolakan, dan pembantaian yang terjadi saat itu. Ada sesuatu tentang Ayah dan Indonesia yang selalu ingin
kupahami. Bukan cuma soal sejarah yang penuh darah dan persoalan nasib para eksil politik yang harus berkelana mencari
negara yang bersedia menerima mereka.
53
Orang-orang yang dianggap terlibat langsung atau tidak dengan PKI dilarang untuk menginjakkan kaki ke Indonesia karena G30S. Sejak
ada istilah Bersih Diri dan Bersih Lingkungan tahun 1980-an, para mantan tapol diberi cap ET Eks Tapol pada Kartu Tanda Penduduk mereka.
52
Ibid., h. 19
53
Ibid., h.184.
Peraturan ini tidak hanya berlaku untuk para esil politik tetapi juga untuk keluarganya.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam novel Pulang karya Leila S. Chudori ini adalah sudut pandang orang pertama dan orang ketiga
mahatahu, walaupun sudut pandang orang pertama digunakan bergantian antar tokoh. Sudut pandang orang pertama didominasi oleh Dimas Suryo
dan Lintang Utara. 1.
Sudut pandang Dimas Suryo “Ada Perjanjian yang tak terucap di antara Tai, Risjaf, dan aku.
Sejak mas Nug ditinggal sang bunga anggrek Rukmini
54
Kutipan di atas menjelaskan pandangan Dimas tentang keadaan Nugroho setelah diceraikan Rukmini. Bahwa perceraian yang dialami
Nugroho merupakan sebuah pukulan yang keras dan ia membutuhkan sebuah pengakuan bahwa Nugroho merupakan pemimpin yang baik bagi
teman-temannya, walau ia tidak diakui sebagai pemimpin di keluarganya. 2.
Sudut pandang Lintang Utara “Tetapi saat yang paling penting untukku adalah berkhayal bersama
Ayah dan Maman.”
55
Lintang memiliki hubungan yang cukup dekat dengan ayahnya, ia mengetahui masa lalu ayahnya dari surat-surat Dimas yang sempat ia
baca.
6. Gaya Bahasa
Banyak ditemukan gaya bahasa dalam novel Pulang karya Leila S. Chudori. Dalam novel ini penggunaan gaya bahasa didominasi oleh
perumpamaan dalam mengungkapkan sebuah keadaan dan kehidupan. Perumpamaan yang digunakan dapat berupa perbandingan manusia
dengan sesuatu hal, penggambaran benda yang memiliki sifat seperti
54
Ibid., h. 105.
55
Ibid., h. 184.
manusia. Gaya bahasa yang digunakan antara lain menggunakan majas hiperbola, simile, dan personifikasi.
a Majas Hiperbola
Majas hiperbola ditemukan dalam beberapa kutipan di novel ini. Hiperbola diartikan sebagai gaya bahasa yang berlebihan dengan
membesar-besarkan suatu hal. Ayah adalah seorang Ekalaya. Dia ditolak tapi dia akan
bertahan meski setiap langkahnya penuh jejak darah dan luka.
56
Kutipan di atas diartikan bahwa Lintang memahami keteguhan Ayahnya yang akan tetap bertahan meski ditolak oleh pemerintah
Indonesia. Ayahnya akan tetap bertahan walaupun semuanya sulit bahkan seakan-akan berjalan penuh dengan jejak darah dan luka. Padahal tidaklah
seperti itu. Saya merasa langit Jakarta sudah retak. Lempengan besi
hitam itu menghujani kami.
57
Kutipan di atas menggambarkan keadaan yang dialami keluarga Hananto Parawiro. Penderitaan yang mereka alami tidak berkesudahan
bahkan setelah sang kepala keluarga dieksekusi mati. Seperti dihujani lempengan besi hitam, penggunaan kata dihujani oleh Leila adalah
pengungkapan penderitaan yang tidak berkesudahan.
b Majas Simile
Majas simile atau persamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu majas yang langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal
yang lain. Majas simile yang terdapat pada novel pulang yaitu perbandingan manusia seperti payung yang memberi keteduhan dan
perlindungan. Om Aji Suryo dan Tante Retno adalah payung besar tempat
kami berteduh di saat hujan, badai, dan terik matahari.
58
56
Ibid., h. 197.
57
Ibid., h. 246.
58
Ibid., h. 291.
Kutipan tersebut menjelaskan peran Aji Suryo dan Retno dalam membantu keluarga Hananto pasca Hananto dieksekusi mati.
Om Aji segera terbang ke samping kami seperti seekor induk burung elang yang memeluk anak-anaknya dengan sepasang sayap
yang luas.
59
Pada kutipan kedua, tergambarkan kesigapan dan peran Aji dalam membantu keluarga Hananto disamakan seperti induk burung elang yang
melindungi anaknya. “Wajahmu seperti kepiting rebus”
60
Kutipan di atas menjelaskan wajah lintang yang memerah karena panas.
c Majas Personifikasi
Personifikasi adalah
semacam gaya
bahasa kiasan
yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak
bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Dalam novel Pulang juga ditemukan beberapa majas personifikasi.
Tetapi bunyi dan aroma kue putu itu selalu berhasil mengetuk pintu dan jendela.
61
Leila mengumpamakan bunyi dan aroma kue putu mendobrak pintu dan jendela, padahal bunyi dan aroma kue putu adalah benda mati. Sedang
mendobrak adalah kegiatan makhluk hidup seperti yang sering dilakukan manusia. Makna yang hendak disampaikan lewat majas tersebut adalah
kondisi di malam hari dengan segala aktivitas yang ada. Malam sudah turun tanpa gerutu dan tanpa siasat.
62
59
Ibid., h. 292.
60
Ibid., h. 368.
61
Ibid., h. 2.
62
Ibid., h. 1.