Teknik Reaksi Tokoh Lain

Setiap sistem pendidikan kiranya perlu disertai usaha untuk menanamkan wawasan pemahaman budaya bagi setiap anak didik. Pemahaman budaya dapat menumbuhkan rasa bangga, rasa percaya diri dan rasa ikut memiliki. 3 Mengembangkan Cipta dan Rasa Setiap guru hendaknya selalu menyadari bahwa setiap siswa adalah seorang individu dengan keperibadian yang khas, kemampuan, masalah dan kadar perkembangannya masing-masing yang khusus. Oleh karena itu penting sekali kiranya memandang pengajaran sebagai proses pengembangan individu secara keseluruhan. Dalam hal pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat indra, yang bersifat penalaran, yang bersifat afektif dan bersifat sosial, serta dapat ditambahkan lagi yang bersifat religius. Karya sastra, sebenarnya dapat memberikan peluang-peluang untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan semacam itu. Oleh karenanya, dapatlah ditegaska, pengajaran sastra yang dilakukan dengan benar, akan dapat menyediakan kesempatan untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan tersebut lebih dari apa yang disediakan oleh mata pelajaran yang lain, sehingga pengajaran sastra tersebut dapat lebih mendekati arah dan tujuan pengajaran dalam arti yang sesungguhnya. 4 Menunjang Pembentukan Watak Pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Dibanding pelajaran-pelajaran lainnya, sastra mempunyai kemungkinan lebih banyak untuk mengantar kita mengenal seluruh rangkaian kemungkinan hidup manusia seperti: kebahagiaan. Kebebasan, kesetiaan, kebanggaan diri sampai pada kelemahan, kekalahan, keputusasaan, kebencian, perceraian dan kematian. Seseorang yang telah banyak mendalami berbagai karya sastra biasanya mempunyai perasaan yang lebih peka untuk menunjuk hal mana yang bernilai dan mana yang tak bernilai. Sehubungan dengan pembinaan watak, pengajaran sastra hendaknya dapat memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa yang antara lain meliputi, ketekunan, kepandaian, pengimajian, dan penciptaan. Sastra, seperti yang kita ketahui, sanggup memuat berbagai medan pengalaman yang sangat luas. 58

D. Penelitian Relevan

Penelitian mengenai novel Pulang pernah dilakukan oleh Uky Mareta Yudistyanto 2013 dalam tesisnya yang berjudul Pendekatan Sosiologi Sastra, Resepsi Sastra Dan Nilai Pendidikan Dalam Novel Pulang Karya Leila S. Chudori. Merupakan tesis di Universitas Sebelas Maret. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan. Pertama, analisis kajian tentang latar sosiologis karya sastra novel Pulang, yaitu: a ketidak adilan sosial yang meliputi stereotipe sosial dan pelanggaran HAM; b penyimpangan norma dalam masyarakat yang meliputi seks bebas, perselingkuhan, pengonsumsian minuman keras, tindak anarki dalam demonstrasi, pelecehan sesksual; c birokrasi yang meliputi pemerintah yang otoriter dan marginalisasi masyarakat; 2 analisis kajian tentang resepsi pembaca yang terdiri dari para pembaca ahli dan pembaca umum biasa; 3 analisis kajian tentang nilai pendidikan, yaitu: a nilai pendidikan akademis; b nilai pendidikan politik; c nilai pendidikan sosial yang meliputi rasa cinta tanah air dan rasa solidaritas yang tinggi, yaitu rasa empati, rasa saling menjaga, dan rasa senasib sepenanggungan. 59 Penelitian novel Pulang juga pernah dilakukan oleh Eko Sulistyo dalam penelitiannya yang berjudul Novel Pulang Karya Leila S. Chudori: Ananlisis Struktur Plot Robert Stanton. Merupakan skripsi di Universitas Gajah Mada. Dari hasil analisis dapat disimpulkan plot pulang bersifat rekat dan plausible. Rekat dan plausible berfungsi untuk membuat pulang seperti 58 B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, Yogyakarta: Kanisius, 1988 h. 24. 59 Uky Mareta Yudistyanto, Pendekatan Sosiologi Sastra, Resepsi Sastra Dan Nilai Pendidikan Dalam Novel Pulang Karya Leila S. Chudori, http:eprints.uns.ac.idideprint12182 , diakses pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 09:30.