Teknik Reaksi Tokoh Analisis Tokoh Lintang dalam Novel Pulang karya Leila S. Chudori
Alfred Lyall dalam Edward W. Said memaparkan tentang perbedaan watak utama dari pemikiran orang Timur dan Barat. Orang Barat adalah penalar
yang cermat, semua pernyataannya mengenai fakta, bebas dari semua bentuk kekaburan. Mereka adalah logikawan alami dan skeptis selalu
menuntut bukti sebelum menerima suatu kebenaran proporsi. Sebaliknya Timur sebaliknya, Alfred mengatakan penalaran Timur paling tidak
sistematis.
90
Pernyataan Alfred ini menguatkan sifat yang dimiliki Lintang, sifat yang dimiliki perempuan Barat pada umumnya yaitu cerdas, selalu
mempunyai pertanyaan-pertanyaan bagus dan menukik serta, tidak mudah menerima begitu saja apa yang didengarnya.
Berikut kutipan percakapan Monsieur Dupont yang mengganggap bahwa di dalam tubuh dan kehidupan Lintang mempunyai dua tanah air
yang cukup menarik untuk dijadikan tugas akhir. “kamu juga mempunyai dua tanah Air: Indonesia dan
Prancis. Dan kamu lahir di Paris, tumbuh dan besar di Paris. Tidaklah
kamu ingin
mengetahui identitasmu,
Tanah kelahiranmu?”
91
Monsieur Dupont melihat bahwa kehidupan ayahnya sebagai eksil politik cukup menarik untuk dijadikan tugas akhirnya daripada dia harus
membuat film dokumenter tentang Imigran Aljazair. Dupont juga bereaksi dengan mengatakan bahwa Lintang merupakan korban dari kekejaman
politik saat itu karena ia tidak mempunyai kesempatan untuk mengenal sebagian dari dirinya. Hal tersebut dibuktikan oleh kutipan di bawah ini:
“Saya paham. Tapi di mata penonton yang menyaksikan, di mata orang luar, kau tetap korban. Karena kamu belum pernah
mempunyai kesempatan untuk mengenal sebagian dirimu. Tanah air ayahmu.”
92
Selain kutipan di atas, kutipan berikut ini juga menjelaskan sifat Lintang yang digambarkan oleh ayahnya, Dimas Suryo.
90
Edward W. Said, Orientalisme, Bandung: Pustaka, 1985, h.48.
91
Ibid., h. 133.
92
Ibid., h. 256.
Dimas menatap anaknya dengan heran campur takjub. Lima bulan berpuasa bicara dengan ayahnya nampaknya telah membuat
Lintang lebih banyak berpikir. Atau itu memang didikan Universitas Sorbonne.
93
Dari kutipan di atas Dimas takjub terhadap puterinya yang mempunyai keinginan pergi ke Indonesia untuk menyelesaikan tugas
akhirnya. “Nara, begini,” Tante Sur memajukan kepala seperti akan
merancang sebuah perampokan bank,” Om Marto tadi bilang, itu pacarmu anaknya.... anaknya Dimas
Suryo.”
94
Kutipan di atas adalah reaksi Tante Sur ketika Lintang menghadiri perayaan hari Kartini di KBRI. Terlihat reaksi penolakan karena Lintang
adalah Anak dari seorang eksil politik. Dimas Suryo.