Pemikiran Leila S. Chudori

39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN NOVEL PULANG KARYA LEILA S. CHUDORI

A. Unsur Intrinsik Novel Pulang Karya Leila S. Chudori

1. Tema

Tema dalam suatu karya merupakan pokok penting karena menjadi dasar suatu cerita. Selain itu tema sering menjadi acuan untuk menentukan konflik dalam rangkaian peristiwa. Tema yang diangkat dalam novel Pulang karya Leila S. Chudori secara keseluruhan adalah perjuangan hidup para eksil politik. Sudah sejak awal tahun semua yang dianggap terlibat Partai Komunis Indonesia atau keluarga PKI atau rekan-rekan anggota PKI atau bahkan tetangga atau sahabat yang dianggap dekat dengan PKI diburu-buru, dan diintrogasi. Dik Aji menceritakan begitu banyak kisah suram. Banyak yang menghilang. Lebih banyak lagi yang mati. 1 Kutipan di atas menggambarkan konflik berdarah peristiwa 30 September 1965 dan setelah peristiwa itu berlangsung. Orang-orang yang terlibat langsung dengan PKI ataupun tidak menjadi korban pada peristiwa berdarah itu. Tokoh-tokoh penting dalam Pulang seperti Dimas dan kawan-kawan lainnya terasingkan di luar negeri karena pekerjaan mereka di Kantor Berita Nusantara dekat dengan segala yang berbau kiri. Mereka tidak bisa pulang selama Orde Baru masih memegang tongkat kuasa di Indonesia. Kutipan lain yang memberi gambaran keadaan eksil politik serta keluarga di Indonesia ataupun yang berada di luar negeri. Sembari mencerna koleganya mencerca kekacauan di negeri ini, dari soal keputusan-keputusan Presiden yang di buat tanpa perhitungan saat nilai rupiah terjun bebas hingga pengumuman Presiden memasukkan kerabat dan anak sendiri ke dalam Kabinet, 1 Leila S. Chudori, Pulang, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2012, h. 10- 11. Aji berpikir dengan apatis. Seburuk apa pun, dia merasa negara ini tak akan berubah. 2 Kutipan di atas adalah sikap apatis Aji Suryo adik Dimas. Sikap apatis Aji bukan tanpa sebab, semua iu terjadi karena pengalaman hidupnya, Aji dan keluarga Dimas selalu menjadi bahan pergunjingan karena Dimas merupakan orang yang paling dianggap sebagai simpatisan komunis. Setelah peristiwa 30 September banyak para eksil politik yang hidup mengelana dari satu negeri ke negeri yang lain tanpa identitas karena ditolak oleh negerinya sendiri Indonesia karena tuduhan sebagai simpatisan komunis, mereka disebut sebagai eksil politik. Kutipan lain yang menunjukan penolakan pemerintahan Indonesia terhadap eksil politik dan keluarganya adalah sebagai berikut Aku masih terdiam. Memikirkan istilah Bersih Lingkungan. Memikirkan wajah dan oandangan Tante Sur, berbagai diplomat dan tamu pada pesta di KBRI. 3 Kutipan di atas adalah kutipan yang menggambarkan keadaan yang dialami Lintang sebagai anak dari seorang eksil politik Dimas Suryo pada saat menghadiri perayaan Hari Kartini di KBRI. Pada tahun 1980-an ada kebijakan yang dikenakan kepada seorang yang dianggap terlibat dalam Gerakan 30 September, anggota PKI, atau anggota sejenis lainnya. Kebijakan ini dikenal dengan istilah Bersih Diri dan Bersih Lingkungan. Bersih Lingkungan adalah istilah yang dikenakan kepada anggota keluarga seorang yang dicap komunis. Istilah Bersih Diri mengakibatkan para mantan tahana politik tragedi 1965 dan anak cucu mereka menjadi anggota TNIPOLRI, guru, pendeta, atau profesi yang dianggapa mampu mempengaruhi masyarakat. Berdasarkan paparan tersebut maka, tema yang diangkat penulis adalah perjuangan hidup para eksil politik. 2 Ibid., h. 328. 3 Ibid., h. 164.

2. Tokoh dan Penokohan

Salah satu unsur intrinsik yang membangun sebuah kisah adalah tokoh dan penokohan. Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh tersebut disebut penokohan. Novel Pulang karya Leila S. Chudori ini memiliki tokoh yang cukup banyak, terlebih tokoh yang berasal dari sisi korban peristiwa tahun 1965. Satu sisi inilah yang membuat novel ini hampir memiliki keseragaman pemikiran pada setiap tokohnya. Setiap tokoh tentunya memiliki karakter yang kuat dan dibekali proporsi yang seimbang dalam cerita, tetapi tokoh yang akan dianalisis dalam penelitian ini hanya tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh cukup besar dan mendapatkan sorotan lebih dalam cerita.

a. Dimas Suryo

Dimas Suryo seorang redaktur Kantor Berita Nusantara. Suami dari Vivinne Devereaux ini harus rela terpisah jauh dari keluarga, ibu, dan adiknya, Aji Suryo, karena situasi politik yang sedang memanas di Indonesia. Ayah dari Lintang Utara ini dianaktirikan oleh tanah airnya sendiri karena tuduhan sepihak telah terlibat langsung atau hanya sebagai simpatisan PKI. Dimas yang harus menahan rindu kepada tanah airnya sampai waktu yang tidak ditentukan sama s ekali tidak bisa melupakan Surti beserta anak-anaknya dengan Hananto, yakni Kenanga, Bulan, dan Alam. Dimas adalah tokoh utama dalam novel Pulang karya Leila S. Chudori yang bila dilihat dari segi perwatakan digambarkan sebagai tokoh berkembang. Dia menjadi tokoh sentral karena semua cerita terfokus dan tertuju kepadanya. Dalam novel ini diceritakan bahwa Dimas menjadi tokoh paling dominan karena tahapan kehidupannya dikisahkan dengan lengkap, dimulai dari sejak dia mengalami pengasingan sebagai eksil politik sejak tragedi politik September 1965 yang membuat hidupnya berubah. Selain karena kehidupannya yang diceritakan secara lengkap, Dimas juga menjadi tokoh utama dilihat dari penyampaian tema cerita yang tergambar dalam setiap tahapan yang dilaluinya. Dimas berbeda dengan ketiga sahabatnya. Walaupun sama-sama dari Indonesia, terasingkan jauh dari negerinya, namun dia tetap setia pada tanah kelahirannya. Meskipun dia berkelana ke benua lain, beradaptasi kemudian membangun keluarga di sana, tetapi ruhnya tetap pada tanah tempat dia lahir dan dibesarkan, Indonesia. Dia selalu ingin kembali ke tanah air, bukan kepada keluarga yang dibentuknya di benua yang dia tempati sekarang. Dimas adalah burung camar yang senantiasa ingin kembali ke tanah kelahirannya; bukan kepada keluarga yang dibentuknya di benua sekarang. 4 Dari kutipan di atas terlihat bahwa Dimas begitu mencintai tanah airnya. Dimas seperti burung camar yang terbang berkelana dari satu negeri ke negeri yang lain untuk tetap bertahan hidup jauh dari tempat tinggalnya, namun tempat yang dia kunjungi hanya sebagai tempat persinggahan sementara bukan untuk menetap, baik dimas ataupun burung camar selalu punya keinginan untuk kembali ke tempat mereka berasal. Menurut Dimas, Indonesia adalah rumahnya, tempat di mana dia ingin pulang dan bisa menghabiskan hari tua serta menutup mana walaupun setiap tahunnya dia selalu merasakan kecewa karena permohonan visanya agar bisa masuk ke Indonesia selalu ditolak. Selama sang Jendral masih berkuasa di tanah airnya, orang-orang seperti Dimas dan ketiga sahabatnya harus rela menelan pil pahit karena tetap tidak bisa pulang ke negerinya sendiri. Tapi puluhan tahun berlalu dan Sang Jendral semakin kuat dan semakin ditakuti. Mungkin gaya pemerintahan Indonesia tidak sama dengan gaya para jendral di negara-negara Amerika Latin. Tapi Sang Jendral masih mencengkeram takhtanya dengan kuat. 5 4 Ibid., h. 205. 5 Ibid., h. 204.