Teknik Pelukisan Fisik Analisis Tokoh Lintang dalam Novel Pulang karya Leila S. Chudori

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Analisis tokoh Lintang yang menjadi kajian ini dapat diimplikasikan dalam pembelajaran sastra di sekolah. Novel ini berintikan aspek sosial, pengetahuan, serta sejarah yang berfungsi untuk memahami struktur dan kaidah dalam novel, baik lisan maupun tulisan. Kaitannya dengan novel Pulang karya Leila S. Chudori ini, pendidik dapat memberikan rujukan kepada peserta didik untuk membaca dan memahami tokoh Lintang di dalam novel. Kepribadian tokoh Lintang dapat direfleksikan dalam kehidupan peserta didik. Hal ini dikarenakan dalam analisis tersebut digambarkan bahwa Lintang adalah perempuan indo yang mempunyai dua tanah air, dalam dirinya dia memburu identitas, mempunyai keingintahuan yang cukup besar akan tanah airnya walaupun situasinya sangat sulit karena statusnya sebagai anak eksil politik dan situasi politik saat itu. Namun, guru dituntut kejeliannya untuk menjelaskan kepada peserta didik bahwa ada beberapa sifat yang dimiliki Lintang yang tak pantas ditiru, yaitu bertengkar dengan ayahnya hingga beberapa waktu tidak berbicara dan bertemu dengan ayahnya. Selain itu, dalam menganalisis novel peserta didik diharapkan mampu menganalisis dan menjelaskan bagaimana tokoh Lintang pada novel yang telah dibaca, yaitu dengan cara berpartisipasi langsung dalam menganalisis. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perbedaan antara tokoh maupun teknik pelukisan tokoh dalam cerita. Dari hal ini peserta didik tidak hanya mengerti tentang kognitif saja yang berupa pengertian ataupun definisinya, tetapi juga mengerti bagaimana mempraktekkannya. Terdapat keterkaitan interdisipliner hubungan sastra dengan sejarah. Seperti dalam novel Pulang yang erat kaitannya dengan sejarah bangsa Indonesia khususnya yang terjadi di tahun 1965-1998. Hal ini tentunya berkaitan erat dalam pembelajaran sastra di SMA. Kaitannya dalam hal ini, guru Bahasa Indonesia harus sering bertukar pendapat dengan guru Sejarah agar tidak terjadi kerancuan atau perbedaan mengenai pengetahuan sejarah yang diajarkan kepada peserta didik sehingga mereka mendapatkan informasi sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, konfirmasi yang dilakukan oleh guru Bahasa Indonesia kepada guru Sejarah adalah sebuah langkah antisipasi untuk menanggulangi banyaknya buku bacaan, seperti versi mengenai G30S dan Reformasi Indonesia, dikhawatirkan dapat membuat peserta didik kebingungan. Namun dalam pengajaran, guru Bahasa Indonesia harus tahu mengenai batasan yang dijelaskan. Materi yang berbau sejarah tersebut tentunya akan lebih dipaparkan dengan jelas oleh guru Sejarah. Dalam menganalisis novel, guru juga dapat mengarahkan siswa untuk menggunakan teknik membaca intensif. Dengan membaca secara intensif, dapat diketahui secara detail analisis unsur intrinsik yang dianalisis oleh peserta didik. Selain itu, peserta didik juga berlatih berpikir kritis mengenai novel yang dibacanya dan tentunya mereka dapat berargumen. Seperti dalam novel Pulang, novel ini adalah novel sejarah. Tentunya diperlukan teknik membaca intensif agar lebih memahami novel ini karena banyak dipaparkan mengenai konflik yang terjadi pada tokohnya serta peristiwa yang berkaitan dengan sejarah Indonesia. Dengan demikian pengetahuan peserta didik dan pengajar akan semakin bertambah. 88

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap novel Pulang karya Leila S. Chudori, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Novel Pulang Karya Leila S. Chudori penulis analisis dengan menggunakan teknik pelukisan tokoh dramatik dalam buku Burhan Nurgiantoro. Ada delapan aspek yang menjadi bagian dalam teknik dramatik, yaitu teknik cakapan, tingkah laku, pikiran dan perasaan, reaksi tokoh, reaksi tokoh lain, pelukisan latar dan terakhir teknik pelukisan fisik tokoh. Analisis tokoh menggunakan delapan teknik tersebut dapat ditemukan kedirian sifat Lintang yang tergambar dalam novel seperti: Lintang memiliki sifat berkemauan keras, Lintang perempuan yang cerdas sehingga dianggap menjengkelkan kerena sulit menerima begitu saja apa yang didengarnya, berani, perduli dan tidak putus asa, krisis identitas, keadaan yang dialami oleh perempuan indo pada umumnya. 2. Penelitian ini dapat diimplikasikan terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah, dalam aspek membaca. Dalam pembelajaran sastra ini, kompetensi yang harus dicapai peserta didik ialah mengenalisis teks novel baik secara lisan maupun tulisan, dengan menjelaskan unsur-unsur intrinsik dalam novel serta menemukan nilai positif ataupun negatif yang terkandung dalam novel melalui tokoh Lintang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta implikasinya terhadap pembelajaran sastra, maka penulis menyarankan: 1. Melalui tokoh Lintang, peserta didik dapat belajar jika memiliki kemauan harus dicapai dengan kerja keras dan usaha. Selain itu,