Sinopsis Novel Analisis tokoh lintang dalam novel Pulang karya Leila S. Chudori dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA

30 September 1965 akan sangat menarik jika diceritidakan dalam sebuah karya. Leila pergi kuliah ke Kanada tahun 1982, negri multikultural yang damai dengan standar hidup yang jauh lebih “menjanjikan”. Enam tahun hidup di neg eri yang “tertib” tidak membuat Leila kehilangan selera atas tanah airnya. Ia memilih pulang: kembali ke tempat yang chaos, sumpek dan penuh persoalan.Leila ingat pesan ayahnya, “ada alasan mengapa kita dilahirkan sebagai orang Indonesia. Alasan itu harus kita cari sepanjang hidup kita.” “Karena tanah air ini sungguh remuk luka, penuh persoalan... Manusia Indonesia? Manusia yang gemar duit dan malas bekerja, yang gemar bergunjing hanya untuk kesenangan sehari-hari, yang main tembak, yang mempermainkan hukum..., ” tulisan Leila dalam peringatan 40 hari kepergian ayahnya. Tetapi, seperti kata Ayah pula, Indonesia juga memiliki matahari yang hangat. Ada banyak orang yang baik, yang perduli, yang bekerja tanpa mengeluh, banyak yang terus berpeluh tanpa pamrih agar sekadar sejengkal-dua-jengkal tanah air ini membaik. Kekaguman Leila pada Ayahnya Mohammad Chudori wartawan kantor Berita Antara dan The Jakarta Post itu, tidak mampu disembunyikannya. 5 Pada akhir tahun 2012, Leila akhirnya menerbitkan novel pertamanya, Pulang, yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia, dan Diluncurkan di Institute Goethe di Jakarta. Leila menghabiskan enam tahun melakukan riset untuk pekerjaan dan dibayar dua kunjungan ke Paris untuk wawancara antara lain, buangan politik Oemar Said dan Sobron Aidit yang baik untuk sementara meninggal, dan banyak bekas tahanan politik di Jakarta, termasuk wartawan Amarzan 5 Anonim, Leila Selalu Ingin Pulang, www.dw.deleila-yang-selalu-pulanga- 16821309 , diakses pada 09 Februari 2015 pukul 19:18. Loebis dan aktivis Djoko sri Moeljono, yang telah dipenjarakan di Pulau Buruh di bawah renzim militer Soeharto. 6 Pulang memenangkan Khatulistiwa Literary Award, mengalahkan novel karya penulis berbakat lainnya, seperti Dewi Kharisma Miceillia, Laksmi Pamuntjak, Okky Madasari, dan AS Laksana. Leila mengatakan ia merasa terhormat dan bersyukur pada penghargaan tersebut namun, ia teringat ungkapan ayahnya, yang terpenting dalam kreativitas adalah proses: penelitian dan penulisan. Ini adalah proses yang akan mengajarkan kita untuk menjadi rendah hati. Proses kreatif Leila selalu menggunakan latar jurnalistik untuk karya fiksinya. Dalam menulis Pulang Leila menghabiskan enam tahun untuk meneliti, membaca dan mewawancarai orang-orang buangan politik yang tinggal di Paris, seperti Oemar Said dan Sobron Aidit, pemilik Restoran Tanah Air. 7 6 Leila S. Chudori, Tentang Leila, http:www.leilaschudori.comabout-me , diakses pada 23 Oktober 2014. 7 Meghan Downes, Leila S. Chudori : Khatulistiwa Award Winner’s Commitment To The Writing Process, http:www.thejakartapost.comnews20140120leila-s-chudori-khatulistiwa-award- winner-s-commitment-writing-process.html , diakses pada 23 Oktober 2014. 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN NOVEL PULANG KARYA LEILA S. CHUDORI

A. Unsur Intrinsik Novel Pulang Karya Leila S. Chudori

1. Tema

Tema dalam suatu karya merupakan pokok penting karena menjadi dasar suatu cerita. Selain itu tema sering menjadi acuan untuk menentukan konflik dalam rangkaian peristiwa. Tema yang diangkat dalam novel Pulang karya Leila S. Chudori secara keseluruhan adalah perjuangan hidup para eksil politik. Sudah sejak awal tahun semua yang dianggap terlibat Partai Komunis Indonesia atau keluarga PKI atau rekan-rekan anggota PKI atau bahkan tetangga atau sahabat yang dianggap dekat dengan PKI diburu-buru, dan diintrogasi. Dik Aji menceritakan begitu banyak kisah suram. Banyak yang menghilang. Lebih banyak lagi yang mati. 1 Kutipan di atas menggambarkan konflik berdarah peristiwa 30 September 1965 dan setelah peristiwa itu berlangsung. Orang-orang yang terlibat langsung dengan PKI ataupun tidak menjadi korban pada peristiwa berdarah itu. Tokoh-tokoh penting dalam Pulang seperti Dimas dan kawan-kawan lainnya terasingkan di luar negeri karena pekerjaan mereka di Kantor Berita Nusantara dekat dengan segala yang berbau kiri. Mereka tidak bisa pulang selama Orde Baru masih memegang tongkat kuasa di Indonesia. Kutipan lain yang memberi gambaran keadaan eksil politik serta keluarga di Indonesia ataupun yang berada di luar negeri. Sembari mencerna koleganya mencerca kekacauan di negeri ini, dari soal keputusan-keputusan Presiden yang di buat tanpa perhitungan saat nilai rupiah terjun bebas hingga pengumuman Presiden memasukkan kerabat dan anak sendiri ke dalam Kabinet, 1 Leila S. Chudori, Pulang, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2012, h. 10- 11.