Teknik Tingkah Laku Analisis Tokoh Lintang dalam Novel Pulang karya Leila S. Chudori

identitasnya yang terasa asing, yakni Indonesia. Karena tidak mengenal secara langsung sebagian dari dirinya budaya Indonesia, Indonesia hanya dia ketahui dari cerita ayahnya, selain itu alasan lain Lintang melupakan bagian asing dalam dirinya adalah karena setiap mengingat Indonesia akan menimbulkan banyak rasa sakit tentang ayahnya yang ditolak oleh pemerintah Indonesia, tentang perceraian ibu dan ayahnya karena sebuah kenangan yang tidak bisa di lupakan ayahnya di Indonesia. Surti. Berikut kutipan lintang melupakan bagian asing dalam dirinya. Sudah lama sekali aku melupakan bagian asing di dalam diriku itu. 76 Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut jelaslah bahwa sejak kecil Lintang tidak pernah mengenal secara langsung salah satu latar belakangnya. Dia mencoba mengubur salah satu identitasnya dalam- dalam. Menurutnya, Indonesia adalah salah satu bagian asing dalam dirinya yang tidak pernah ia kenal. Berikut kutipan yang juga membahas persoalan identitas Lintang: Ayah mengatakan pilihanku mungkin menunjukkan siapa diriku, aku mendengar Ayah berbicara dengan Maman, saat aku tidur di malam hari, bahwa dia merasa bersalah. Pasti Lintang memilih tokoh-tokoh yang berburu identitas karena dia juga merasa krisis identitas. Pasti dia tengah bertanya-tanya, siapakah dirinya, orang Indonesia yang tak pernah ke Indonesia? Atau orang Parancis setengah Indonesia? 77 Dapat disimpulkan bahwa pemikiran dan perasaan yang dialami Lintang mengukuhkan kediriannya sebagai tokoh Indo. Lintang dilanda kegelisahan atas pertanyaan tentang identitas dalam dirinya. Walaupun identitas Indonesianya telah dikubur dalam-dalam, dia tidak pernah bisa menyangkal bahwa itu ada pada dirinya. Pilihan untuk menyimpan dalam- dalam keingintahuannya terhadap salah satu identitasnya bukan hanya karena dia tidak pernah diijinkan mengenal Indonesia secara langsung, tetapi juga karena dia adalah anak dari Dimas Suryo, seorang eksil politik. 76 Ibid., h. 137. 77 Ibid., h. 185.

4. Teknik Arus Kesadaran

Arus kesadaran sering disamakan dengan monolog batin. Percakapan yang hanya terjadi pada diri sendiri pada umumnya ditampilkan dengan gaya “aku”. Dalam hal ini, tokoh Lintang juga melakukan kegiatan monolog batin. Berikut ini adalah kutipan monolog yang dilakukan Lintang. Aku mulai merasa ada sebuah kehidupan lain di bawah kehidupan “normal” kami sebagai keluarga sejak aku masih kanak- kanak: keluarga kami berbeda dari keluarga Prancis umumnya. Bukan hanya karena aku anak hasil perkawinan campur Indonesia dan Prancis. Di kelasku, ada beberapa kawan keturunan perkawinan campur Prancis dan Maroko, Prancis dan Cina, atau Prancis dan Inggris, misalnya. Tetapi mereka selalu saja menceritakan tentang tanah air orangtuanya di Rabat atau Beijing atau London. 78 Pada kutipan tersebut, arus kesadaran pada Lintang terjadi saat kehidupan keluarganya terasa berbeda dengan kehidupan keluarga perkawinan campur lainnya. Dia merasa teman-temannya selalu menceritakan tanah air keluarganya selain Paris. Dia menyadari bahwa perbedaan keluarganya bukan hanya sekedar perkawinan campur saja. Latar belakang ayahnya yang penuh dengan drama politiklah yang membuatnya berbeda dengan keluarga perkawinan campur lainnya. Perbedaan tersebut terlihat pada kutipan berikutnya, yaitu saat Lintang lebih merasa nyaman di keluarga Nara. Aku lebih suka membantu Tante Jayanti merajang bawang putih, meracik bumbu, atau memanggang daging, dari pada memasak di apartemen Ayah di Le Marais atau apartemen Maman. Bahkan perbincangan tentang tokoh-tokoh wayang yang biasa terjadi antara Ayah, Maman, dan aku di masa kecilku kini berpindah ke ruang tamu atau teras apartemen keluarga Lafebvre. Mungkin karena aku senang melihat betapa mesra dan rukun pasangan itu. Atau mungkin aku mencoba mengisi sesuatu yang hilang. Aku tidak tahu. 79 Kutipan di atas menggambarkan keadaan Lintang yang mendapatkan kenyamanan dari keluarga Nara. Bukan karena mereka sama-sama lahir 78 Ibid., h. 143-144. 79 Ibid., h. 148.